Latar belakang
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[1] Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepadaImaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja SuriahNuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.
Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut Waliullah yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.
Aun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamnnya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.
Naik ke kekuasaan
Di kemudian hari Saladin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid.
SUMBER: id.wikipedia.org
Shalahuddin Al-Ayyubi: Macan Perang Salib
Shalahuddin Al-Ayyubi sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Beliau sendiri dilahirkan pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq. Sejak kecil Shalahuddin sudah mengenal kerasnya kehidupan.
Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus, menjadi tentara Sultan Nuruddin, penguasa Suriah waktu itu. Karenan memang pemberani, pangkatnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Shirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran.Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan pamannya yang wafat. Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib.Shalahuddin terkenal sebagai penguasa yang menunaikan kebenaran—bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tepat pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad. Belom cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, sesudah kematian Sultan Nuruddin, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia.Satu persatu wilayah penting berhasil dikuasinya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186). Sebagaimana diketahui, berkat perjanjian yang ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius menyusul jatuhnya Antioch, Damaskus, dan Yerusalem pada tahun 636 M, orang-orang Islam, Yahudi dan Nasrani hidup rukun dan damai di Suriah dan Palestina.Mereka bebas dan aman menjalankan ajaran agama masing-masing di kota suci tersebut. Perang Salib Namun kerukunan yang telah berlangsung selama lebih 460 tahun itu kemudian porak-poranda akibat berbagai hasutan dan fitnah yang digembar-gemborkan oleh seorang patriarch bernama Ermite.Provokator ini berhasil mengobarkan semangat Paus Urbanus yang lantas mengirim ratusan ribu orang ke Yerusalem untuk Perang Salib Pertama. Kota suci ini berhasil mereka rebut pada tahun 1099.Ratusan ribu orang Islam dibunuh dengan kejam dan biadab, sebagaimana mereka akui sendiri: “In Solomon’s Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horses.” Menyadari betapa pentingnya kedudukan Baitul Maqdis bagi ummat Islam dan mendengar kezaliman orang-orang Kristen di sana, maka pada tahun 1187 Shalahuddin memimpin serangan ke Yerusalem. Orang Kristen mencatatnya sebagai Perang Salib ke-2.Pasukan Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee pada 4 July 1187. Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali.Berita jatuhnya Yerusalem menggegerkan seluruh dunia Kristen dan Eropa khususnya. Pada tahun 1189 tentara Kristen melancarkan serangan balik (Perang Salib ke-3), dipimpin langsung oleh Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus dan Raja Inggris Richard ‘the Lion Heart’. Perang berlangsung cukup lama. Baitul Maqdis berhasil dipertahankan, dan gencatan senjata akhirnya disepakati oleh kedua-belah pihak.Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah Palestina menjadi dua: daerah pesisir Laut Tengah bagi orang Kristen, sedangkan daerah perkotaan untuk orang Islam; namun demikian kedua-belah pihak boleh berkunjung ke daerah lain dengan aman.Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya.Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini. Parcel untuk Musuh Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja.Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya. Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidak nepotis atau pilih kasih.Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan. Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya. Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.” (sa/ind/berbagaisumber)
SUMBER:http://www.eramuslim.com/profil/shalahuddin-al-ayyubi-macan-perang-salib.htm
Shalahuddin al-Ayyubi
Kali ini kita akan bercerita tentang seorang laki-laki mulia dan memiliki peranan yang besar dalam sejarah Islam, seorang panglima Islam, serta kebanggaan suku Kurdi, ia adalah Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadi atau yang lebih dikenal dengan Shalahuddin al-Ayyubi atau juga Saladin. Ia adalah seorang laki-laki yang mungkin sebanding dengan seribu laki-laki lainnya.
Asal dan Masa Pertumbuhannya
Shalahuddin al-Ayyubi adalah laki-laki dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Shalahuddin adalah orang Arab, ia berasal dari suku Kurdi. Ia lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Karena suatu alasan, kelahiran Shalahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, “Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang.”
Dari Tikrit, keluarga Kurdi ini berpindah menuju Mosul. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat. Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.
Diangkat Menjadi Mentri di Mesir
Sebelum kedatangan Shalahuddin al-Ayyubi, Mesir merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Kemudian pada masa berikutnya Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.
Nuruddin benar-benar merealisasikan cita-citanya, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun lari kocar-kacir sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang Fathimyah saja. Daulah Fathimiyah berhasil dihancurkan dan Shalahuddin diangkat menjadi mentri di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah.
Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini ia tujukan untuk memberantas pemikiran Syiah yang bercokol sekian lama di tanah Mesir. Hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini, Mesir menjadi salah satu negeri pilar dakwah Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.
Menaklukkan Jerusalem
Persiapan Shalahuddin untuk menggempur Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia menggabungkan persiapan keimanan (non-materi) dan persiapan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi Pasukan Salib. Dengan kampanyenya ini ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando. Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan dengan cita-cita yang sama dan memiliki landasan keimanan yang kokoh.
Dari segi fisik Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer, benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dll.
Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari situ tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin membara. Ia bertekad apabila sembuh dari sakitnya, ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusalem, membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan trinitas.
Dengan karunia Allah, Shalahuddin pun sembuh dari sakitnya. Ia mulai mewujudkan janjinya untuk membebaskan Jerusalem. Pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah, Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, perang ini dinamakan Perang Hathin, perang besar sebagai pembuka untuk menaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan yang terdiri dari para ulama dan orang-orang shaleh, mereka berhasil membunuh 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.
Setelah menguras energy di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem, dengan jumlah pasukan yang besar tentara-tentara Allah ini mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertambah semangat untuk segera menaklukkan Pasukan Salib.
Untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.
Pasukan Salib mulai terpojok, merek tercerai-berai, dan mengajak berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”. Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran, mengancam “Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi yang bisa engkau harapkan!” Inilah ancaman yang diberikan Pasukan Salib kepada Shalahuddin dan pasukannya.
Shalahuddin pun mendengarkan dan menuruti kehendak Pasukan Salib dengan syarat setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusalem dengan tertunduk dan hina. Kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.
Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut.
Wafatnya Sang Pahlawan
Sebagaimana manusia sebelumnya, baik dari kalangan nabi, rasul, ulama, panglima perang dan yang lainnya, Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. Semoga Allah meridhai, merahmati, dan membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Jerusalem.
Sumber:
Shalahuddin al-Ayyubi Bathalu al-Hathin oleh Abdullah Nashir Unwan
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Basim al-Usaili
Shalahuddin al-Ayyubi oleh Abu al-Hasan an-Nadawi
Islamstroy.com
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com
SUMBER:http://kisahmuslim.com/shalahuddin-al-ayyubi/
Fakta Unik dari Salahudin Al Ayyubi dan Richard The Lionheart (Dua Pemimpin Pada Perang Salib)
Fakta unik dari Salahudin al ayubi dan richard the lionheart (dua pemimpin pada perang salib)..
Apakah anda tahu perihal perang salib?
Pada masa tersebut terlihat dua orang pemimpin termashur dari sisi yang berlawanan.
Saladin sebagai pemimpin kaum muslimin. Dan Raja Richard sebagai salah seorang pemimpin kaum nasrani.
Dan tahukah anda kalau raja Richard dari Inggris tidak bisa berbahasa Inggris?
Ataukah anda tahu kalau raja Richard dan sultan Saladin sering makan malam bersama dijeda pertempurannya?Seperti layaknya perang-perang yang lain, maka perang salib banyak sekali menyimpan cerita atau fakta unik dibaliknya.
1. Richard the Lion heart, yang terkenal sebagai Raja Inggris, dan konyolnya beliau tidak bisa bahasa inggris. Karena sejak kecil dia selalu berada di Prancis. Dia cuma numpang lahir di Inggris. Bahkan konon, beliau lebih mahir bahasa Arab daripada bahasa Inggris.
2. Saking tidak percayanya dengan motivasi rekannya sesama ekspedisi perang salib, Raja Richard pernah mengatakan : “Saya lebih rela Yerusalem dipimpin oleh seorang Muslim yang bijak dan berjiwa ksatria daripada kota suci itu jatuh ketangan para baron Eropa yang hanya mengejar kekayaan pribadi “
3.Bulan Juli 1192, sepasukan Muslim menggerebek 12 tenda prajurit Kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah Jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.
Salahuddin yang melihatnya, bergumam kepada al-Malik al-Adil saudaranya ,”Bagaimana mungkin seorang Raja berjalan Kaki bersama prajuritnya? Pergilah, Ambil dua Kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat seperti ini dengan berjalan kaki.”
Fragmen diatas dicatat sejarawan Kristen dan Muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin sebagai seorang Ksatria.
4. Suatu hari, Richard sakit keras. Mendengar kabar itu, Shalahuddin mengirimkan dokter terbaiknya untuk mengobati Richard. Kapan lagi kita bisa mendapatkan pemimpin kaum muslim yang memiliki akhlak seperti Salahuddin?
5. Ada juga cerita mengenai Richard yang memasuki Yerusalem dengan menyamar dan makan malam bersama Saladin : mereka benar-benar saling bersikap ramah. Dalam rangkaian perbincangan, Richard bertanya kepada Sultan tentang bagaimana pandangannya mengenai Raja Inggris. Saladin menjawab bahwa Richard lebih mengunggulinya dalam sifat keberaniannya sebagai seorang ksatria, tapi kadang-kadang dia cenderung menyia-nyiakan sifatnya ini dengan terlalu gegabah dalam pertempuran. Sedangkan menurutnya Richard, Saladin terlalu moderat dalam memperkuat nilai-nilai keksatriaan, bahkan dalam pertempuran
6. Ketika ada salah satu panglima perang saladin memberontak, Richard membunuhnya dan menyerahkan kepalanya pada saladin serta berkata, “Aku tidak ingin orang ini mengacaukan “permainan” kecil kita”. Dan keesokan harinya mereka bertempur sengit.
7. Pernah dalam suatu pertempuran, Richard melihat bahwa pedang saladin tumpul dan dia menghentikan perang hari itu untuk memberikan kesempatan agar saladin mengasahnya
8. Orang Eropa pada awalnya menyebut orang Muslim sebagai Barbarian, tetapi akibat kontak yang intensif dari perang salib, Lambat laun mereka menyadari bahwa yang barbar sesungguhnya adalah mereka. Jika ditilik dari tingginya peradaban budaya dan ilmu kaum muslimin saat itu.
9. 4 Maret 1193 di Damaskus, Salahuddin meninggal dunia di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tak memiliki harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya setiap perjalanan dan uang senilai 66 Dirham Nasirian (mata uang suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan Panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu.
*Copas from: Mengungkap Konspirasi Iluminati
Apakah anda tahu perihal perang salib?
Pada masa tersebut terlihat dua orang pemimpin termashur dari sisi yang berlawanan.
Saladin sebagai pemimpin kaum muslimin. Dan Raja Richard sebagai salah seorang pemimpin kaum nasrani.
Dan tahukah anda kalau raja Richard dari Inggris tidak bisa berbahasa Inggris?
Ataukah anda tahu kalau raja Richard dan sultan Saladin sering makan malam bersama dijeda pertempurannya?Seperti layaknya perang-perang yang lain, maka perang salib banyak sekali menyimpan cerita atau fakta unik dibaliknya.
1. Richard the Lion heart, yang terkenal sebagai Raja Inggris, dan konyolnya beliau tidak bisa bahasa inggris. Karena sejak kecil dia selalu berada di Prancis. Dia cuma numpang lahir di Inggris. Bahkan konon, beliau lebih mahir bahasa Arab daripada bahasa Inggris.
2. Saking tidak percayanya dengan motivasi rekannya sesama ekspedisi perang salib, Raja Richard pernah mengatakan : “Saya lebih rela Yerusalem dipimpin oleh seorang Muslim yang bijak dan berjiwa ksatria daripada kota suci itu jatuh ketangan para baron Eropa yang hanya mengejar kekayaan pribadi “
3.Bulan Juli 1192, sepasukan Muslim menggerebek 12 tenda prajurit Kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah Jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.
Salahuddin yang melihatnya, bergumam kepada al-Malik al-Adil saudaranya ,”Bagaimana mungkin seorang Raja berjalan Kaki bersama prajuritnya? Pergilah, Ambil dua Kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat seperti ini dengan berjalan kaki.”
Fragmen diatas dicatat sejarawan Kristen dan Muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin sebagai seorang Ksatria.
4. Suatu hari, Richard sakit keras. Mendengar kabar itu, Shalahuddin mengirimkan dokter terbaiknya untuk mengobati Richard. Kapan lagi kita bisa mendapatkan pemimpin kaum muslim yang memiliki akhlak seperti Salahuddin?
5. Ada juga cerita mengenai Richard yang memasuki Yerusalem dengan menyamar dan makan malam bersama Saladin : mereka benar-benar saling bersikap ramah. Dalam rangkaian perbincangan, Richard bertanya kepada Sultan tentang bagaimana pandangannya mengenai Raja Inggris. Saladin menjawab bahwa Richard lebih mengunggulinya dalam sifat keberaniannya sebagai seorang ksatria, tapi kadang-kadang dia cenderung menyia-nyiakan sifatnya ini dengan terlalu gegabah dalam pertempuran. Sedangkan menurutnya Richard, Saladin terlalu moderat dalam memperkuat nilai-nilai keksatriaan, bahkan dalam pertempuran
6. Ketika ada salah satu panglima perang saladin memberontak, Richard membunuhnya dan menyerahkan kepalanya pada saladin serta berkata, “Aku tidak ingin orang ini mengacaukan “permainan” kecil kita”. Dan keesokan harinya mereka bertempur sengit.
7. Pernah dalam suatu pertempuran, Richard melihat bahwa pedang saladin tumpul dan dia menghentikan perang hari itu untuk memberikan kesempatan agar saladin mengasahnya
8. Orang Eropa pada awalnya menyebut orang Muslim sebagai Barbarian, tetapi akibat kontak yang intensif dari perang salib, Lambat laun mereka menyadari bahwa yang barbar sesungguhnya adalah mereka. Jika ditilik dari tingginya peradaban budaya dan ilmu kaum muslimin saat itu.
9. 4 Maret 1193 di Damaskus, Salahuddin meninggal dunia di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tak memiliki harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya setiap perjalanan dan uang senilai 66 Dirham Nasirian (mata uang suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan Panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu.
*Copas from: Mengungkap Konspirasi Iluminati
SUMBER:http://azkiya-izzah.blogspot.com/2012/10/fakta-unik-dari-salahudin-al-ayyubi-dan.html
Kisah Salahuddin Al-Ayyubi Yang Tidak Banyak Diketahui Orang !
Salahuddin Al-Ayyubi atau yang juga sering disebut sebagai Sultan Saladin, adalah pahlawan Islam ketika terjadi perang salib. Pada suatu ketika dia berkata:
" Bagaimana aku ingin tertawa sedangkan masjid Al-Aqsha masih dibawah jajahan musuh? "
kata Sallahuddin al-Ayubbi ketika ditanya mengapa ia selalu serius dan tidak pernah tertawa ..
Salahuddin adalah dari keturunan Kurdi. Bukan orang Arab, bukan berkebangsaan Palestina .. tapi .. mengapa salahuddin menghabiskan sepanjang hidupnya berperang untuk membebaskan Palestina dan Al-Aqsha?
Betapa hebatnya salahuddin ketika berhasil menyatukan umat islam yang terpecah belah, segala persoalan paham, mazhab, ras, dan keturunan semuanya ditinggalkan untuk bersatu di bawah panji Islam yang dipimpin Salahuddin. Bahkan .. Salahuddin berhasil menyatukan paham yang sering berselisih yaitu Syiah dan Ahli Sunnah waljamaah untuk berjuang atas nama Islam ..
Hebat benar engkau Salahuddin ....
Suatu ketika dulu ia pernah meminta air minum, tetapi entah apa sebabnya air itu tidak diberikan kepadanya. Beliau meminta sampai lima kali lalu berkata, "Aku hampir mati kehausan". ia kemudian meminum air yang dibawakan kepadanya tanpa menunjukkan kemarahan ..
Betapa sabarnya kau Salahuddin ..
Dalam kesungguhan, semangat dan ketahanan rasanya tidak ada yang bisa menandingi Salahuddin.
Kadang-kadang ia sendiri pergi ke tempat perkemahan tentara musuh bersama pengawalnya paling tidak sekali bahkan dua kali sehari. Ketika berperang ia sendiri akan pergi menerjang celah-celah tentara musuh yang sedang maju. beliau selalu mengadakan pemeriksaan pada setiap tentaranya dan memberikan arahan kepada panglima-panglima tentaranya.
Suatu Malam .. Richard the Lion Raja Inggris, musuh salahuddin sedang sakit didalam tenda tentara Kristen ..
Tiba-tiba ada satu sosok manusia datang kepada Richard the Lion untuk mengobati penyakitnya .. siapa sangka manusia itu musuh Richard sendiri .. Solahuddin Al-Ayubi .. Dia sanggup menyamar dan membuang perasaan benci untuk merawat musuhnya sendiri. Subhanallah ..
Pernah diceritakan, Salahuddin Al-ayubi pernah berhadapan dengan Richard the lion untuk menunjukkan kehebatan dan keahlian masing-masing. Richard the lion yang berbadan besar mengambil pedang dari sarungnya dan dengan penuh tenaga menghunus kearah sebuah batu besar .. batu itu terbelah ..
Ketika tiba giliran Salahuddin .. Salahuddin lantas melemparkan sehelai kain sutra kelangit dan mengulurkan pedangnya,. Kain sutra dengan perlahan jatuh dan hinggap dimata pedang .. Kain itu terpotong dua karena tajamnya mata pedang Salahuddin.
Dalam medan peperangan beliau bagaikan seorang ibu yang garang kehilangan anak tunggal akibat dibunuh oleh tangan-tangan jahat.
Dia akan bergerak dari satu ujung medan peperangan ke ujung yang lain untuk
mengingatkan pasukannya agar benar-benar berjihad di jalan Allah semata-mata.
Dia juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinang
mengajak manusia supaya bangkit membela Islam.
Ketika mengepung Acre dia hanya minum tanpa mau makan, itupun setelah dipaksa oleh dokter pribadinya. Dokter itu mengatakan bahwa Salahuddin hanya makan beberapa suap makanan semenjak hari Jumat sampai Senin kerena beliau tidak ingin perhatiannya kepada peperangan terganggu ..
Semangan Tentara Islam teramat dahsyat memaksa tentara Kristen menyerah. tidak ada lagi pertempuran terjadi
Panglima tentara kristen berkuda menuju kearah Salahudin Al-Ayubbi didepan Yerusalem ..
"Apakah kamu orang islam akan memperlakukan kami seperti kami memperlakukan keatas orang-orang kamu sebelumnya?" Kata Panglima Militer Kristen
Selama Kristen merebut Yerusalem dahulu, jalan-jalan di Jerusalem 'tersumbat' dengan mayat-mayat, orang-orang Islam yang tidak bersenjata disiksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas atap dan menara rumah-rumah ibadah. Darah merah mewarnai bumi Palestina akibat pembunuhan orang Islam secara massal.
"Kami orang Islam tidak seperti kamu" Jawab Salahuddin Al-Ayubi.
Jawaban ini telah menyebabkan banyak orang Kristen memeluk Islam karena keindahan akhlak yang ditampilkan Salahuddin Al-ayubbi ..
Salahuddin tidak membalas tindakan mereka membunuh orang Islam yang tidak bersalah saat orang Kristen merebut Yerusalem. Sesuai dengan tuntutan Islam, Orang sipil tidak dapat dibunuh dalam peperangan ..
Hari itu, Langit begitu cerah. Teriakan "Allahhu Akbar" dan "Tiada tuhan melainkan
Allah "telah memenuhi langit .. Para tentara tersenyum girang ..
Pada Jumat, 27 Rajab 583H bersamaan dengan tanggal peristiwa isra’ mikraj Rasulullah SAW.
Yerusalem diambil alih tentara Mukmin.
Banyak orang yang terdiri dari ulama, pembesar-pembesar, pedagang dan orang-orang biasa datang merayakan kemenangan ini setelah menunggu hampir 90 tahun saat shalat Jumat digelar kembali di Baitul Muqaddis. ALLAHUAKBAR!
Salib yang terpampang di 'Dome of Rock' telah diturunkan.
Betapa hebatnya hari itu hanya Allah yang tahu ..
Sebuah kemenangan bagi seluruh Umat Islam
27 Safar, 589H
Malam itu telah nampak tanda-tanda berakhirnya kehidupan Salahuddin
Syeikh Abu Ja'afar, seorang yang wara' telah diberi kepercayaan untuk duduk disebelah Salahuddin ketika ia Nazak.
Salahuddin antara pingsan dan sadar.
Lalu Syeikh Abu Jaafar membacakan
"Dialah Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata"
(Al-Hasyr: 22)
Segera setelah Syeikh Abu Jaafar membacakan ayat tersebut, Salahuddin terus membuka matanya sambil tersenyum dengan muka yang berseri dan perasaan yang gembira dia berkata:
"Memang Benar"
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Rohnya pun kembali kerahmatullah.
Salahuddin tidak meninggalkan harta kecuali satu dinar dan 47 dirham ketika beliau wafat. Tidak ada rumah-rumah, barang-barang, tanah, kebun dan properti-properti lain yang ditinggalkannya. Bahkan harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk biaya pemakamannya. Keluarganya terpaksa meminjam uang untuk menanggung biaya pemakaman. Bahkan kain kafan pun diberikan oleh seorang menterinya.
Empat puluh tahun kemudian, Lord Olenby yang memimpin tentara Salibiah berhasil memasuki kembali kota Yerusalem, dia pergi ke kuburan Salahuddin dan menginjakkan kakinya ke atas kuburan Salahuddin sambil berkata:
"Sekarang aku datang kembali ke sini."
Alangkah penakutnya Si Olenby .. Celakalah si penakut ini karena hanya berani berhadapan dengan Salahuddin yang telah mati ..
Tidak cukup dengan itu,
1917
Setelah Perdana Menteri Inggris mengumumkan berakhirnya perang salib,
Jenderal Perancis, Goro telah datang kekubur Salahuddin Al-Ayubi dan menendang kubur pembela Islam ini sambil berkata
"Bangunlah Salahuddin, Kami sudah sampai disini!"
Alangkah bencinya mereka terhadap Pahlawna umat Islam ini .. Maha Suci Allah, telah mengaruniakan seorang manusia yang hebat dalam membantu menegakkan umat Islam
Layakkah kita dibandingkan dengan Salahuddin Al-Ayubi? Kisahkan sejarah ini kepada anak-anak kita, agar semangat membela Islam tumbuh di dada mereka. Kenalkan mereka dengan pahlawan-pahlawan Islam, bukan pada pahlawan fiktif yang sering mereka lihat di TV.
Semoga Allah mengirimkan lagi lebih banyak Salahuddin di bumi ini…
SUMBER: http://blogerbantul.blogspot.com/2013/08/kisah-salahuddin-al-ayyubi-yang-tidak.html
SALAHUDIN AL AYUBI
Masih ingatkah anda dengan peristiwa peperangan yang paling lama dan paling menegangkan dalam sejarah? Iya, peperangan itu dikenal dengan nama “Perang Salib” atau “Crusade.” Yaitu peperangan yang terjadi antara pasukan kristen (disokong dan dibujuk oleh Yahudi) di satu pihak, berhadapan dengan pasukan Islam di pihak lain. Pada tahun 1085 M perang salib dimulai. Dinamakan perang salib karena pasukan nasrani pada saat itu mengenakan pakaian bergambar salib. Pasukan salib berpusat di Eropa. Salahudin Al Ayubi merupakan panglima legendaris dalam perang salib. Dialah panglima pasukan Islam yang berhasil memukul mundur pasukan salib. Sehingga salibis pulang ke eropa dengan tangan hampa.
Perang Salib
Panglima pasukan kristen bernama Peter sang Pertapa menggerakan pasukan salib gelombang kedua berjumlah 40.000 orang tentara. Sepanjang perjalanan tentaranya berbuat liar dan kejahatan. Mereka juga diperbolehkan melakukan dosa. Peter sang Pertapa mempunyai cita-cita merebut kota suci Mekkah dari tangan orang-orang Islam, termasuk juga kota Darussalam (jerussalem) yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha. Gelombang ketigatentara salib dipimpin oleh seorang Biarawan Jerman. Bergerak dari Eropa mereka pada mulanya berhasil merebut sebagian besar daerah Syiria, termasuk kota suci Yerussalem (Darussalam). Namun, sayang mental pasukan salib yang rusak membuat penduduk di negeri tsb menjadi sasaran kekejian pasukan salib. Kebrutalan pasukan kristen melebihi kaum bar-bar. Orang-orang Islam yang sipil dibantai habis-habisan. Mill, seorang ahli kristen, mengemukakan banyak keterangan tentang kejahatan tentara salibis. Pada abad ke-12 Masehi (1.200M) ketika tentara salib berada pada puncak kekejian, raja-raja Jerman dan Prancis; panglima Richard yang mendapat julukan “si berhati singa” telah berhasil menguasai banyak medan peperangan dan bersiap sedia menaklukan kota suci. Pada saat itu munculah seorang panglima yang gagah berani dari tentara Islam yang bernama Salahudin Al Ayubi.
Siapa Salahudin Al Ayubi?
Ia lahir tahun 1137 M. ayahnya bernama Najmuddin Ayub, dan pamannya bernama Asaduddin Sherkoh. Keduanya merupakan pembantu Raja Syiria Nuuruddin Mahmud. Bahkan pada 8 Januari 1169, Sherkoh diangkat sebagai menteri sekaligus panglima perang oleh Khalifah Fathimiyah Mesir. Pada saat itu, Salahuddin menjabat Perdana Menteri Mesir. 2 tahun kemudian, pamannya, Sherkoh wafat. Disusul oleh wafatnya khalifah. Salahuddin mendapat simpati dan kepercayaan dari para pejabat dan rakyat untuk menjadi Sultan negara Mesir. Tak berapa lama, negeri Syiria yang dipimpin oleh raja belia Malikus Saleh (anaknya Nuruddin Mahmud). Raja belia tersebut amat lemah sehingga Syria pun dikepung oleh pasukan jerman (salib) dan diharuskan membayar upeti kepada mereka. Khalifah Shalahuddin pun turun membela negara Syria. Raja yang masih muda, Malikus Saleh, tak berapa lama wafat (1181-1182). Maka Salahudin diangkat oleh bangsa Syria sebagai khalifah di negeri Syria. Jadi, Sultan Salahuddin diamanati dua negara, yaitu Mesir dan Syria.Pada saat itu, perang salib sedang berkecamuk. Kemunculan dan keberanian Sultan Salahuddin membuat nyali tentara salib ciut. Gencatan senjata diajukan oleh pasukan salib Jerman dibawah pimpinan Frank terhadap Sultan. Adapun sultan, ia selalu mentaati perjanjian, berbeda dengan pasukan salib. Ahli sejarah berkebangsaan Prancis bernama Michoudmenulis: “Pasukan Muslimin menghormati perjanjian bersama itu, sedangkan pasukan kristen menunjukan tanda-tanda melakukan peperangan yang baru.” Benar saja tak berapa lama, pemimpin Kristen bernama Renauld atau Reginald dari Chatillon menyerang rombongan umat muslim Islam yang melewati markas mereka, membantainya, dan merampas barang-barangnya.Tindakan tersebut membuat Sultan Salahudin turun tangan. Dengan kejadian tsb Sultan bebas bertindak terhadap pasukan kristen, sebab mereka telah melanggar lebih dahulu. Sultan melakukan strategi jitu terhadap tentara kristen, tahun 1187, pasukan sultan menjebak pasukan musuh didekat Bukit Hittin dan berhasil menaklukannya tanpa mendapat perlawanan berarti. Maka jatuhlah kawasan Hittin kepada pasukan Muslim. Dalam suatu gerakan cepat, pasukan sultan merebut daerah dan negara-negara yang semula telah dikuasai pasukan salib. Pasukan muslimin dibawah pimpinan Sultan berhasil merebut Nablus, Jericho, Ramlah, Caesarea, Asruf, Jaffa, dan Beirut.
Merebut Kembali Darussalam (Yerussalem)
Pada saat itu, Yerussalem berada di bawah penguasaan pasukan Salib. Terdapat 60.000 pasukan kristen di sana. Pasukan muslim di bawah komando Sultan Salahuddin bergerak masuk ke kota suci tersebut. Pasukan kristen gentar dan akhirnya menyerah tak berkutik kepada pasukan Muslim. Apa yang dilakukan pasukan Sultan setelahnya menaklukan kota Jerussalem? Mereka tidak melakukan kerusakan, tidak melakukan pembantaian, bahkan mereka menunjukan akhlak terpuji; hal ini sangat berbeda dengan sikap pasukan kristen di bawah pimpinan Titus saat merebut kota Jerussalem dari tangan umat Islam dimana mereka membantai dan mengusir penduduk secara tak berperikemanusiaan. Sejarah mencatat bahwa pembantaian orang kristen terhadap umat Islam disaat merebut Jerussalem berjumlah 70.000 orang Islam sipil dibunuh secara kejam. Pembantaian tsb terjadi 90 tahun sebelum Sultan Salahudin merebut kembali Jerussalem. Saat pasukan Muslim menguasai kota Jerussalem para penduduk beragama kristen dibiarkan tinggal di Jerussalem. Kecuali para tentara kristen diminta untuk meninggalkan kota. Para tentara tsb juga ditahan dan diminta memberikan tebusan sebesar yang mereka rampas selama pendudukan jerusalem. Namun, Sultan Salahudin yang baik hati seringkali memberikan uang tebusan sendiri dan memberi ongkos. Bahkan ia tak tega jika ada seorang ibu yang menggendong anaknya meminta agar suaminya (tentera kristen) dibebaskan tanpa syarat atau memberi bekal untuk perjalanan pulang ke negara asal (eropah).
Pergerakan Pasukan Sultan
Pasukan Sultan bergerak ke Tyre. Di sana menemukan pasukan salib (yang telah dibebaskan) sedang menyusun kekuatan kembali. Mereka langsung dilumpuhkan pasukan sultan. Pasukan muslim berhasil merebut kembali kota yang sebelumnya direbut pasukan salib, seperti kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, Bozair, dan Derbersak. Sultan Salahudin juga berhasil menangkap bangsawan kristen bernama Guy de Lasignan. Kemudian Sultan membebaskannya dengan syarat ia harus segera pulang ke Eropa. Namun, Lasignan berkhianat, ia mengumpulkan tentara kristen untuk menyerang kembali kemudian mereka mengepung kota Ptolemais.Saat Jerussalem jatuh ke pasukan sultan. Bangsa-bangsa di eropa kaget. Mereka menurunkan bantuan tentara salib. Raja-Raja Jerman dan Prancisbergerak, serta Raja Inggris bernama Richard—si berhati singa—bergerak untuk merebut kembali Jerussalem. Mereka mengepung Acre (Acre) berbulan-bulan sehingga banyak orangorang Islam menderita kelaparan dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Atas tindakan Raja Inggris, yaitu Richard, maka muncullah kemarahan Sultan Salahuddin. Pasukan muslim bergerak. Dalam sebelas kali pertempuran, pasukan kristen berhasil dilumpuhkan oleh pasukan muslim. Atas kekalahan beruntun, Raja Richard mengajukan perjanjian damai dengan Sultan Salahuddin. Pada bulan September 1192 berakhirlah perang salib. Para pasukan salib diperintahkan meninggalkan kota suci Jerussalem, mereka memanggul kopor pulang ke eropa.Seorang ahli kristen bernama Michoud menyatakan: “Pasukan gabungan Barat (Pasukan Salib atau Pasukan Kristen) tidak bisa mendapat apa-apa kecuali merebut Akra danmenghancurkan kota Ascalon. Dalam perang ini, pasukan eropa menderita kerugian yang besar. Dari 600.000 pasukan (6 lakh) yang diutus dalam perang salib, termasuk pasukan-pasukan terbaik dan para ksatria pilihan, namun hanya 100.000 pasukan (1 lakh) saja yang pulang ke Eropa.” Jerussalem atau Darussalam yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha akhirnya kembali ke tangan muslim di bawah kepemimpinan Sultan Salahuddin Al Ayubi setelah dikuasai selama 90 tahun oleh pasukan salib. Kota Darussalam kembali aman dan damai. Berbondong-bondong umat Islam melaksanakan shalat di Masjidil Aqsha. Demikian juga umat kristen diberi kebebasan untuk berkunjung ke tempattempat bersejarah peninggalan Yesus. Demikianlah Sultan Salahuddin mampu menjaga keamanan kota suci ketiga umat Islam, yakni Darussalam (Jerussalem). Sangatlah penting menjaga keamanan Darussalam sebab disanalah pusat dakwah nabi-nabi terkemuka. Di kota tersebut banyak peninggalan sejarah dari semenjak Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yaqub, Nabi Musa-Harun, Nabi Daud sampai Nabi Sulaiman. Yang dilanjutkan oleh Keluarga Imran (Ali Imran), Nabi Zakariya, Nabi Yahya, Siti Maryam, sampai Nabi Isa. Itulah Sultan Salahudin seorang pimpinan yang salih berhasil menciptakan ketentaraman umat Islam melalui mewujudkan ketentraman tiga kota suci yaitu Mekkah, Madinah, dan Darussalam.
Trilogi Peperangan
Bagi memperkukuhkan tentera Islam, Salahuddin meminta negara Islam diurus di bawah satu pemerintahan. Walaupun cadangannya tidak dipersetujui sesetengah pihak termasuk pemimpin Syria, cita-cita Salahuddin itu termakbul.Dalam bulan Zulkaedah 570 Hijrah (Mei 1175 Masihi), khalifah Abbasiyyah mengisytiharkan Salahuddin al-Ayubi sebagai Sultan Mesir dan menggelarkan dirinya sebagai Sultan al-Islam wa al-Muslimin. Pada tahun itu juga beliau membina kota pertahanan di Kaherah.Pada tahun 583 Hijrah (1187 Masihi) berlaku Perang Salib kedua, yang juga dikenali sebagai Perang Hittin. Peperangan ini dipimpin sendiri oleh Salahuddin al-Ayubi hingga membuka jalan mudah untuk menawan kembali Baitulmaqdis.Pada tahun 588 Hijrah (1192 Masihi) berlaku Perang Salib ketiga, hasil dendam dan kekecewaan golongan pembesar Kristian. Mereka berusaha merampas semula Baitulmaqdis daripada orang Islam. Walaupun perang Salib yang ketiga itu menggabungkan seluruh kekuatan negara Kristian, mereka tidak mampu menggugat kekuatan tentera Salahuddin al-Ayubi.Pihak Kristian mengalami kekalahan dan ramai tentera terbunuh dan tertawan. Baitulmaqdis yang dikuasai orang Kristian selama 88 tahun, dapat ditakluki semula oleh Salahuddin al-Ayubi.Lane-Poole (penulis Barat) mengesahkan, kebaikan hati Salahuddin mencegahnya daripada membalas dendam. Beliau menulis bahawa Salahuddin menunjukkanketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.Selanjutnya Lane-Poole menuliskan mengenai tindak-tanduk tentera Kristian ketika menawan Baitulmaqdis kali pertama pada 1099. Tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata diseksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat.Darah membasahi bumi yang mengalir daripada pembunuhan orang Islam secara beramai-ramai. Ia juga mencemarkan kesucian gereja yang sebelumnya mengajar sifat berkasih sayang. Orang Kristian sangat bertuah apabila mereka dilayan dengan baik oleh Salahuddin.
Akhir Riwayat
Beliau mempersembahkan keseluruhan hidupnya untuk jihad di jalan Allah.Semasa berjihad Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa sebuah peti tertutup yang amat dijaganya. Orang terdekat menyangka terdapat berbagai batu permata dan benda berharga tersembunyi di dalamnya.Tetapi selepas wafatnya apabila peti dibuka maka yang ditemui hanyalah sehelai surat wasiat dan kain kafan yang dibeli dari titik peluhnya sendiri dan sedikit tanah.Apabila surat itu dibuka tertulis ” Kafankanlah aku dengan kain kafan yang pernah dibasahi air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi kaabah yang mulia dan makam Rasulullah s.a.w. Tanah ini ialah sisa-sisa masa perang, buatkanlah darinya ketulan untuk alas kepalaku di dalam kubur”Dari tanah tersebut dapat dibuat 12 ketulan tanah yang hari ini terletak di bawah kepala Salahuddin al-Ayyubi. Setiap kali Salahuddin al-Ayyubi kembali dari berperang yang dimasuki bertujuan berjihad kepada Allah, beliau akan berusaha mengumpulkan tanah-tanah yang melekat pada muka dan pakaiannya dan meletakkannya di dalam peti rahsia itu. Beliau telah berjaya mengumpulkan tanah yang boleh dibuat 12 ketulan, kiralah berapa banyak pertempuran yang dihadapinya kerana berjihad bagi menegakkan kalimah Allah!!Ketika hayatnya, beliau lebih banyak berada di khemah perang daripada duduk di istana bersama keluarga. Siapa saja yang menggalakkannya berjihad akan mendapat kepercayaannya. Apabila hendak memulakan jihad melawan tentera salib, beliau akan menumpukan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan menaikkan semangat tentera.Di medan perang, beliau bagaikan seorang ibu garang kehilangan anak tunggal. Beliau bergerak dari satu hujung medan peperangan ke hujung yang lain untuk mengingatkan tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah.Beliau juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinangan mengajak manusia supaya bangkit membela Islam. Beliau meninggal dunia pada 27 Safar 589 Hijrah (1193 Masihi) pada usia 55 tahun di Damsyik, Syria slepas memerintah selama 25 tahun. Beliau sakit selama 14 hari sebelum menghembuskan nafas terakhir.Pernah satu ketika, Salahuddin Al-Ayyubi menyuruh wazirnya balutkan tubuh dia dengan kain kafan tapi Salahuddin Al-Ayyubi pesan supaya tangannya dibiarkan terbuka. Wazirnya menjawab “Aku tidak sanggup melakukannya”. Kata Salahuddin Al-Ayyubi, “Kalau begitu, engkau lakukannya di saat aku mati nanti. Sampai waktunya yang telah ditetapkan, Salahuddin menghembuskan nafas yang terakhir. Wazirnya melaksanakan pesan Salahuddin Al-Ayyubi. Seluruh tubuhnya dibalut dengan kain kafan kecuali tangannya dibiarkan terbuka. Semasa jenazah diusung, ramai la yang melihat tangan Salahuddin Al-Ayyubi tak berbalut. Mereka bertanya kepada wazir Salahuddin Al-Ayyubi “Kenapa engkau biarkan tangannya dibiarkan terbuka?” Jawab wazir tersebut, “Baru kini aku mengerti. Salahuddin Al-Ayyubi ingin menunjukkan bahawa tiada ada apa yang akan dibawa ketika mati nanti.”
Sinopsis
Kepiawaian Sultan Salahuddin menaklukan pasukan salib tidak hanya dikenal oleh umat Islam, melainkan ia juga telah menjadi legenda bangsa Eropa. Sultan Salahuddin yang wafat 4 Maret 1193, tidak lama setelah merebut kota suci, telah meninggalkan keteladanan yang sangat berkesan dalam ingatan umat Islam. Ia melambangkan seorang panglima yang penyayang, sederhana, dan memperlakukan non-Muslim dengan perlakuan yang manusiawi. Tidaklah heran jika ia tidak hanya menjadi panutan muslim, melainkan ia pun disegani oleh balatentara dari eropa, bahkan sampai kini Sultan Salahuddin tetap menjadi panutan mereka. Jamil Ahmad mengutip pernyataan Philip K. Hitti, seorang ilmuwan Eropa: “Sikap terpuji Sultan Salahudin telah menyentuh imajinasi penulis-penulis kisah berbahasa Inggris, para penulis novelis modern dan ia juga selalu dikenang sebagai suri teladan bagi kesopanan dan kekesatriaan.”
SUMBER: http://johneox.wordpress.com/salahudin-al-ayubi/
Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
Buntut dari pengepungan Kairo yang dilakukan oleh orang-orang Kristen, Asaduddin Syirkuh paman Salahuddin beserta enam ribu pasukan dikirim ke Mesir dan Salahuddin al-Ayyubi juga termasuk dari pasukan tersebut. Dengan datangnya Salahuddin, orang-orang Kristen angkat kaki dari Mesir dan demikianlah bagaimana proses kedatangan orang-orang Ayyub di Mesir.
Asaduddin Syirkuh wafat setelah dua bulan kedatangannya di Mesir dan Salahuddin al-Ayyubi mengambil alih posisinya sebagai panglima dan gubernur Mesir. Konsekuensi pengalihan kekuasaan ini, membuat pengaruh dan kekuasaan Khalifah Bani Fatimiyah semakin berkurang dan yang tersisa hanyalah namanya saja sebagai penguasa. Hingga beberapa tahun setelahnya, Salahuddin pada khutbah-khutbahnya menggantikan nama Khalifah Abbasiyah sebagai ganti nama Khalifah Fatimiyah dan demikianlah pemerintahan Bani Fatimiyah di Mesir menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan Ayyubi.
Salahuddin sangat menentang orang-orang Syiah Mesir dan dengan menghancurkan simbol-simbol dan syiar-syiar Syiah, ia berusaha memberangus Syiah hingga ke akar-akarnya. Ia terkadang bersikap toleran dengan orang-orang Kristen namun bersikap tegas dan keras dalam menghadapi orang-orang Syiah. Salahuddin berusaha keras menyebarkan fikih Syafi'i dan menyebarluaskan mazhab Syafi'I sebagai ganti mazhab Syiah Ismaliyyah.
Popularitas Salahuddin intinya berpulang pada kiprahnya pada pelbagai peperangan Salib. Salahuddin banyak mencetak orang-orang hebat di pelbagai kota dan menguatkan pondasi-pondasi pemerintahannya sehingga orang-orang Eropa tidak mampu berbuat macam-macam. Dari sisi lain, ia menyerang kota-kota yang diduduki oleh orang-orang Eropa dan menaklukkan kota-kota tersebut serta menangkapi orang-orang Eropa atau mengusir mereka dari kota-kota tersebut.
Salahuddin banyak menduduki kota-kota dalam tempo kurang dari lima tahun. Namun puncaknya adalah penaklukan Baitul Muqaddas. Salahuddin dengan penaklukkan Baitul Muqaddas dari tangan orang-orang Kristen mampu mencetak dirinya sebagai orang terkenal pada dunia Islam.
Salahuddin Yusuf bin Ayyub bin Syadzi yang kemudian setelah itu terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi (orang-orang Eropa menyebutnya sebagai Saladin), merupakan salah seorang adalah salah seorang panglima perang dan jenderal dalam sejarah Islam. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam di hadapan agresi orang-orang Kristen Eropa yang akan kita bahas bersama pada kesempatan ini.
Najmuddin Ayyub adalah ayah raja-raja Ayyub yang hidup di Tikrit dan Salahuddin Ayyubi juga lahir di kota tersebut. Ia tinggal di kota ini suku Kurdi ini dan keluarga Ayyubi adalah termasuk sebagai salah satu kaum pada suku Kurdi.
Namun karena dominasi bangsa Arab pada masa itu sehingga mereka kurang dikenal sebagai suku Kurdi. Hal ini disebabkan oleh karena pada masa itu bangsa-bangsa selain Arab sebagai bangsa khusus yang memiliki kekuasaan.
Najmuddin Ayyub hidup pada masa Imaduddin Zanggi penguasa kota Balbak (Ba'labak, Libanon Selatan). Salahuddin semenjak kecil sangat gemar mempelajari strategi dan teknik berperang, khususnya bermain pedang dan berperang dengan pisau. Pada akhirnya Salahuddin menguasai seni berperang ini. Kemungkinan besar, Salahuddin telah mengenal fikih Syaf'i semenjak masa kecilnya; mazhab fikih yang kelak ia usahakan penyebarannya.
Salahuddin tentulah seorang Sunni fanatik dan bermazhab Syafi'i. Tatkala berhasil merebut kekuasaan di Mesir, Salahuddin berusaha keras untuk menyebarkan mazhab ini dan menjadikanya sebagai mazhab resmi menggantikan mazhab Syiah yang akan kami jelaskan nantinya.
Masuknya Salahuddin ke Mesir dan Akhir Pemerintahan Bani Fatimiyyah
Orang-orang Kristen pada awal-awal tahun perang Salib mampu menaklukkan banyak daerah yang didiami oleh masyarakat Muslim dan penaklukan ini telah banyak memompa semangat mereka sehingga tertanam keinginan untuk menaklukkan Kairo, ibu kota pemerintahan Bani Fatimiyyah.
Pasukan besar orang-orang Kristen bergerak ke arah kota Kairo dan merebut, merampas dan membunuh orang-orang yang tinggal daerah-daerah yang terdapat dalam lintasan perjalanan menuju Kairo di antaranya kota besar Belbeis (Mesir). Pada akhirnya mereka sampai di Kairo dan mengepung kota Kairo. Namun warga kota Kairo yang merasa takut jangan-jangan Faranggi memperlakukan orang-orang di Kairo sebagaimana apa mereka lakukan di Bilibis bangkit mengusung perlawanan membela kota mereka.
Al-'Adhid yang merupakan Khalifah Bani Fatimiyyah memerintah di tempat itu meminta bantuan dari pemerintahan Bani Abbasiyah. Ia meminta kepada pemerintahan Abbasiyah untuk mengirim bala tentara untuk berperang dengan pasukan orang-orang Kristen. Al-'Adhid mengetahui dengan baik bahwa tanpa bantuan, ia tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi orang-orang Barat. Karena itu ia memutuskan supaya Asaduddin Syirkuh panglima besar dan paman Salahuddin untuk memimpin pasukannya menuju Kairo.
"Asaduddin dengan enam ribu bala tentara bergerak menuju Mesir dan sebelum bergerak, ia memenuhi segala kebutuhan bala tentaranya. Ia memberikan dua puluh Dinar kepada setiap prajuritnya. Terdapat sekelompok orang juga yang berkhidmat kepadanya dan Salahuddin Yusuf bin Ayyub bersama ayahnya Ayyub saudara Syirkah ikut serta bersamanya. Setelah bala tentara tersebut mendekat ke Kairo, Eropa menarik pasukannya dan kembali ke kotanya. Syirkuh pada pertengahan tahun tersebut memasuki kota Kairo. Al-'Adhid Lidinillah Khalifah Bani Fatimiyyah memberikan penghargaan kepadanya dan ia dan bala tentaranya ditempatkan pada satu tempat yang khusus."
Asaduddin setelah beberapa memasuki Kairo mampu membunuh Perdana Menteri Khalifah, Syawar dibantu oleh para jenderalnya dan sesuai dengan permintaan al-'Adhid sendiri. Syawar sebelumnya adalah panglima yang berkuasa dan memerintah pada batasan tertentu di Mesir."
Dengan kematian Syawar, Asaduddin telah menjadi orang yang sangat penting di Kairo. Praktis, dengan pengaruh ini, Al-'Adhid hanya mengemban nama sebagai khalifah saja. Namun setelah menaklukkan Kairo, Asaduddin tidak berumur panjang dan ia meninggal dunia dua bulan setelah itu.
Setelah Asaduddin, orang-orang berbeda pendapat tentang siapa yang layak menggantikannya sebagai panglima, hingga sesuai dengan permintaan Khalifah Bani Fatimiyyah dan sebagian jenderal, mengangkat Salahuddin Yusuf bin Ayyub sebagai penggantinya dan demikianlah pemerintahan Salahuddin bermula di Mesir.
Setelah Salahuddin naik takhta, tidak tersisa bagin Al-'Adhid kekuasaan kecuali nama saja sebagai khalifah. Ia sama sekali tidak memiliki peran dalam urusan pemerintahan hingga ia jatuh sakit dan ditarik dari pemerintahan yang akan kita bahas pada bagian pemerintahan Bani Fatimiyyah.
Pemerintahan Bani Fatimiyyah
Pemerintahan Bani Fatimiyyah dapat disebut sebagai pemerintahan Alawi; sebuah pemerintahan yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan masa pemerintahan yang panjang. Pemerintahan Bani Fatimiyyah bermula semenjak tahun 296 H dan berakhir pada tahun 567. Khalifah Pertama Bani Fatimiyyah bernama al-Mahdi Billah. Ia adalah Abu Muhammad Ubaidillah bin Ahmad bin Ismail Ketiga (Tsalits) bin Ahmad bin Ismail Tsalits (Kedua) bin Ismail A'raj bin Ja'far al-Shadiq As.
Adapun terkait nasab-nasab yang dinukil bagi penguasa Bani Fatimiyyah yang lain terdapat perbedaan. Namun apa yang pasti dari perbedaan nasab ini adalah bahwa mereka adalah Alawi dan Ismaili, sambungan nasabnya hingga Ali."
Para Khalifah Bani Fatimiyyah banyak membantu penyebaran Syiah di Mesir yang tentunya bukan tempatnya di sini untuk membahas masalah itu. Namun demikian kita akan mencukupkan tulisan ini bahwa Bani Fatimiyyah mengibarkan bendera Syiah dan menyatakan Syiah sebagai mazhab resmi orang-orang Mesir.
Kejatuhan Bani Fatimiyyah disebabkan dua hal yang mereka miliki pada akhir-akhir pemerintahannya:
Para menteri Bani Fatimiyyah memperoleh kekuasaan besar sehingga memperlemah kekuasaan para khalifah Bani Fatimiyyah. Rapuhnya fondasi-fondasi pemerintahan; para menteri memperoleh kekuasaan dan mereka saling memperbutkan kekuasaan satu sama lain. Perebutan kekuasaan internal ini telah melemahkan internal pemerintahan.
Al-'Adhid, Khalifah Terakhir Bani Fatimiyyah tidak terlalu panjang berkuasa karena kebanyakan urusan pemerintahan berada di tangan para menteri. Salah satu menteri yang paling berpengaruh dan paling berkuasa adalah Syawar yang kemudian terbunuh di tangan Asaduddin Syirkuh.
Setelah kematian Syawar, Asaduddin mengambil alih urusan pemerintahan Mesir. Asaduddin yang bermazhab Sunni dan merupakan salah seorang mitra koalisi Khalifah Baghdad, mengambil alih urusan pemerintahan yang merupakan penyebar Syiah. Pemerintahan Bani Fatimiyyah memandangnya dirinya sebagai musuh pemerintahan Baghdad menujukkan pemerintahan Bani Fatimiyyah berada alam kondisi yang sangat terjepit. Pengurusan pemerintahan yang berada di tangan Asaduddin disertai dengan penguasa yang lemah, telah menjadi cikal-bakal runtuhnya pemerintahan Bani Fatimiyyah.
Setelah Asaduddin, Salahuddin naik takhta kekuasaan dan memberikan beberapa potong tanah yang sangat berharga kepada sanak saudaranya yang datang kepadanya. Ia mempersempit ruang gerak para pendukung Adhid dan ia sendiri yang langsung mengatur urusan pemerintahan. Setelah beberapa lama, Adhid jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, pada tahun 567.
Pada masa ini, masyarakat menunjukkan sikap acuh-tak-acuh terkait dengan seseorang yang namanya harus disampaikan pada mimbar-mimbar sebagai khalifah, hingga hari Jum'at dan seseorang naik ke atas mimbar menyampaikan khutbah dan menyebut nama al-Mustadhi (Khalifah Abbasiyah) dan tiada seorang pun yang protes atas penyebutan nama itu. Di Mesir, setelah itu dan seterusnya, khutbah yang menyebut nama Bani Abbasiyah disampaikan dan Mesir pada saat itu lepas dari pemerintahan Bani Fatimiyyah dan Salahuddin Yusuf bin Ayyub tanpa adanya saingan dan penentang pemerintah di Mesir."
Demikianlah pemerintahan Bani Fatimiyyah berakhir dan Salahuddin Ayyub menjadi penguasa tanpa penentang.
Salahuddin Ayyubi dan Orang-orang Syiah
Pemerintahan-pemerintahan Sunni pada umumnya tidak memiliki hubungan baik dengan orang-orang Syiah. Umumnya mereka berusaha melenyapkan Syiah yang hidup di sekeliling mereka. Bahkan pada kebanyakan hal, para penguasa Sunni berlaku baik dan hormat terhadap pemeluk agama lainnya seperti Yahudi dan Nasrani. Bahkan mereka memberikan jabatan-jabatan kepada mereka. Namun mereka tidak berlaku seperti ini terhadap Syiah. Mereka akan memerangi Syiah dalam bentuk yang terburuk.
Atas hal itu, kita dapat menyebutkan dalil-dalil dan bukti-bukti atas perlakuan ini yang memerlukan pembahasan lain dan akan kita bahas pada kesempatan yang lain.
Pemerintahan Dinasti Ayyubi yang puncaknya diduduki oleh Salahuddin berdasarkan sirah ini, berusaha keras untuk memberantas ajaran Syiah di Mesir. Usaha ini boleh jadi ditopang oleh selaksa dalil. Dan satu hal yang pasti dari dalil tersebut adalah dalil-dalil mazhab. Salahuddin Ayyub adalah seorang pemeluk mazhab Syafi'i yang sangat fanatik dan tidak kuasa membendung keberadaan kaum minoritas seperti Syiah. Salahuddin sedemikian memerangi orang-orang Syiah sehingga seolah-olah menjadi taklif syar'i.
Di samping itu, ia juga memiliki dalil-dalil politik; karena pemerintahan Bani Fatimiyyah adalah pemerintahan Syiah dan Salahuddin mengambil alih pemerintahan dari mereka dan sebagai ikutannya ia menganggap orang-orang Syiah sebagai rival yang besar kemungkinan suatu hari orang-orang Syiah akan bangkit melawannnya. Dengan demikian Salahuddin menyatakan perang dan perlawanan melawan Syiah.
Namun dengan dua dalil, pelbagai peperangan yang terjadi di luar Mesir, ia berusaha untuk tidak banyak mempekerjakan prajurit di Mesir. Karena itu, ia berusaha menjadikan perang melawan orang-orang Eropa sebagai prioritas pekerjaannya. Pada kesempatan ini kita akan membahas secara ringkas beberapa perlawanan dan terkadang sikap tidak ksatria Salahuddin terkait dengan Syiah.
Berperang melawan ajaran-ajaran dan simbol-simbol mazhab Syiah: Salahuddin mengisolir ulama Syiah dan merusak sekolah-sekolah mereka atau merubahnya menjadi sekolah-sekolah Sunni. Ia juga memerintahkan untuk membakar perpustakaan besar Bani Fatimiyyah. Dan yang paling penting adalah syiar-syiar Syiah harus dihentikan. Di antara syiar tersebut adalah Asyura. Salahudin mengumunmkan hari Asyura sebagai hari gembira dan berpesta nasional. Tindakannya ini telah menjadi penghalang besar pelaksanaan acara Asyura di Mesir bagi orang-orang Syiah. Demikian juga, ungkapan "Hayya 'ala Khair al-'Amal" yang merupakan salah satu syiar mazhab Syiah dihapus dari azan. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah 565. Ia menginstruksikan supaya nama-nama para khalifah rasyidun yang merupakan simbol Ahlisunnah disebutkan pada setiap khutbah. Pergantian para hakim Syiah adalah salah satu tindakan Salahuddin dalam melenyapkan Syiah. Dengan menempatkan hakim Syafi'i sebagai ganti hakim Syi'ah berusaha supaya fikih Syiah dihapuskan dan fikih Syafi'i dijalankan di tengah masyarakat Mesir sehingga masyarakat akrab dengan jenis fikih ini. Pada sebagian waktu berujung pada adanya pemberontakan-pemberontakan Syiah di beberapa daerah namun Shaluhuddin lebih memilih melakukan kegiatan-kegiatan kultural dan ideologikal, namun ia tetap saja melakukan perlawanan militer melawan Syiah. Menjatuhkan dan mengejar orang-orang Syiah merupakan salah satu pekerjaan serius para menteri di bawah pemerintahan Salahuddin. Pada masa Salahuddin menjadi Syiah adalah sebuah tindak pidana dan orang-orang Syiah akan ditindak secara hukum dan diseret ke hadapan pengadilan yang hakimnya dipilih oleh Salahuddin hanya karena mereka Syiah. Mengatur urusan ekonomi dengan melibatkan pihak pemerintah secara aktif: Pada akhir-akhir pemerintahan Bani Fatimiyyah, kondisi ekonomi masyarakat sangat susah dan dua ratus ribu Dinar yang harus dibayar oleh rakyat setiap tahunnnya. Namun pada masa Salahuddin, ia memberikan kelonggaran kepada rakyat untuk membayar sekali saja pajak mereka. Hal ini dilakukan supaya rakyat akan senantiasa bergantung kepada pemerintahan Salahuddin dan melupakan pemerintahan Syiah dan pemikiran Syiah. Mendirikan sekolah-sekolah Syafi'i: Salahuddin yang berusaha menyebarkan mazhab Syafi'i mendirikan sekolah Syafi'i di Mesir dan melalui madrasah ini kebanyakan alim dan pendakwah Syafi'Ii akan memasuki kehidupan masyarakat sehingga dapat membantu penyebaran mazhab Syafi'i di Mesir.
Perang-perang Salib dan Salahuddin
Perang-perang Salib (I, II, III, dan IV) adalah perang yang dikobarkan oleh kaum Krisetn melawan kaum Muslimin. Perang Salib ini bermula semenjak tahun 1096 M dan berlanjut hingga dua abad kemudian. Peperangan ini berkecamuk dalam beberapa tingkatan.
Peristiwa bersejarah ini dikaji secara detil oleh para sejarawan dan salah satu literatur yang menulis peperangan ini secara detil adalah buku al-Kâmil fi al-Târikh karya Ibnu Atsir yang kira-kira bermula semenjak pertengahan jilid 22 hingga pertengahan jilid 24. Buku ini kurang lebih tujuh puluh persen yang berkaitan dengan perang-perang Salib dan Salahuddin.
Pada masa-masa perang ini, Salahuddin memerintahkan orang-orang kuat di pelbagai kota dan menguatkan fondasi-fondasi kota-kota supaya orang-orang Eropa tidak mampu mendekati daerah itu. Dari sisi lain, pasukan Salahuddin menyerang kota-kota di Suriah (Syam) yang jatuh di tangan orang-orang Eropa dan menaklukkannya kemudian menangkap orang-orang Eropa. Salahuddin dalam masa kurang dari lima tahun banyak menguasai kota-kota, namun yang lebih penting dari semua itu adalah penaklukkan Baitul Muqaddas.
Kota Baitul Muqaddas merupakan salah satu tempat strategis dan sangat penting dari sudut pandang keagamaan. Baitul Muqaddas adalah tempat strategis dan ideologis. Kota ini pada perang Salib I jatuh di tangan orang-orang Kristen dan Salahuddin mampu mengambil alih kota tersebut dari tangan orang-orang Kristen.
Shalahudin dengan menaklukkan Baitul Muqaddas dan membebaskannya dari tangan orang-orang Kristen, mampu membuat namanya terkenal dan terpatri di seantero penjuru kota Islam.
Kiprah Salahuddin khususnya dalam peperangan Salib, menjadi sebab ia dikenal dan dihormati di kalangan kaum Muslimin khususnya Sunni dan kebanyakan ulama dan sejarawan Sunni menyebutnya namanya dengan harum.
Akan tetapi keterkenalan dan kiprahnya tidak dapat menjadi dalih bahwa seluruh perbuatannya dapat dibenarkan. Ia juga melakukan tindakan-tindakan yang secara moral dan syariat tidak benar dan bahkan dapat dipandang sebagai perbuatan tercela. Salah satu dari perbuatan tercelanya adalah sikapnya terhadap orang-orang Syiah yang telah disebutkan sebelumnya.
Di samping itu, supaya tidak membiarkan orang-orang Kristen begitu saja tanpa balasan, ia juga melakukan tindakan serupa. Membunuh dan merampas, banyak menyiksa rakyat sipil sebagaimana yang dilakukan orang-orang Kristen setelah menaklukkan kota-kota. Ia juga melakukan hal yang sama setelah menaklukkan kota-kota. Perbuatan-perbuatan ini meski pada masa tersebut dinilai sebagai perbuatan biasa, namun sekali-kali kita tidak dapat memandangnya sebagai perbuatan islami.
Pada kesempatan ini, kami akan mencukupkan dengan menyebutkan beberapa contoh dari perbuatannya:
"…Salahuddin singgah di tepi pada Nahr al-Aswad. Di tempat itu ia membunuh dan menjarah harta orang-orang di kota itu."
"…Salahuddin pergi ke Ra's al-'Ain dan mengusir orang-orang di tempat itu. Kemudian ia membawa lasykar ke Mardin (sekarang bagian tenggara Turki) dan ditempat itu ia menjarah dan memunuh orang-orang di tempat itu. "
"…Salahuddin menjarah kota Tabariyah (Tiberia, Suriah) dan membakarnya.
Wafat Salahuddin
Pada bulan Shafar tahun 589, Salahuddin Yusuf bin Ayyub bin Syadzi panglima Mesir, Suriah, al-Jazirah dan kota-kota lainnya, tutup usia di Damaskus. Ia menjadi penguasa di Mesir pada tahun 564 H. Ia sakit disebabkan karena ia pergi untuk menemui jama`ah haji. Ia pulang dan jatuh sakit. Sakitnya sangat keras. Ia bertahan selama 8 hari dari saat ia jatuh sakit, lalu meninggal dunia.
SUMBER:http://www.islamquest.net/
SALAHUDIN AL AYYUBI “ SANG LEGENDA PERANG SALIB ”
Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai “Saladin” di dunia barat, merupakan panglima perang Muslim yang dikagumi kepiawaian berperang serta keshalihannya baik kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib.Juli 1192 sepasukan muslim dalam perang salib menyerang tenda-tenda pasukan salib diluar benteng kota Jaffa, termasuk didalamnya ada tenda Raja Inggris, Richard I. Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan muslim dengan Kristen adalah 4:1. Salahudin Al Ayubi yang melihat Richard dalam kondisi seperti itu berkata kepada saudaranya : ” Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki “. Fragmen diatas dicatat sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Walalupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan menghormati lawan-lawannya.
Sejarah Hidup Salahudin
Salahudin lahir disebuah kastil di Takreet tepi sungai Tigris (daerah Irak) tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Bernama asli Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya Najm ad-Din masih keturunan suku Kurdi dan menjadi pengelola kastil itu. Setelah kelahiran Salahudin keluarga Najm-ad-Din bertolak ke Mosul, akibat ada konflik didalam kastil. Di Mosul , keluarga Najm bertemu dan membantu Zangi, seorang penguasa arab yang mencoba menyatukan daerah-daerah muslim yang terpecah menjadi beberapa kerajaan seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus.
Zangi berhasil menguasai Suriah selanjutnya Zangi bersiap untuk menghadapi serbuan tentara Salib dari Eropa yang telah mulai memasuki Palestina. Zangi bersama saudaranya; Nuruddin menjadi mentor bagi Salahudin kecil yang mulai tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga ksatria. Dari kecil sudah mulai terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah hati, santu serta penuh belas kasih. Zangi meninggal digantikan Nuruddin. Paman Salahudin, Shirkuh kemudian ditunjuk untuk menaklukan Mesir yang saat itu sedang dikuasai dinasti Fatimiyah. Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.
Salahudin yang masih muda dan dinggap “hijau” ternyata mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan Salib ke Mesir dapat Salahudin patahkan. Akan tetapi keberhasilan Salahudin dalam memimpin mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda. Salahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya banyak disambut dan dielu-elukan. Salahudin yang santun berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru dan masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Salahudin dan Perang Salib
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Perang salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan pasukan Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang merupakan bagian dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah 25000 orang mengepung tentara salib didaerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templaryang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya. Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir.Salahudin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Menuju Yerussalem
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan dalam film “Kingdom Of Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.
Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik bagi penulis, yang kurang lebih seperti ini :
Balian : ”Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim”
Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji anda ?” (Balian masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak penduduk sipil muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khawatir Salahudin melakukan hal yang sama )
Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya Allah ..saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda”.
…………………………………………………………
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam.
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa menampung kurang dari 6 orang.Walaupun sebagai raja besar dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan hadiah serta tim pengobatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditaklukan Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian diserahkan ke tangan Israel.
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget karena ternyata Salahudin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah waktu itu).
Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar yang penuh sikap murah hati.
Data lengkap tentang King Salahudin Al-Ayubi
Memerintah 1174 M. – 4 Maret-1193 M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama lengkap Yusuf Ayyubi
Lahir 1138 M. di Tikrit, Iraq
Meninggal 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubid
Memerintah 1174 M. – 4 Maret-1193 M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama lengkap Yusuf Ayyubi
Lahir 1138 M. di Tikrit, Iraq
Meninggal 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubid
SUMBER:http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-legenda-perang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar