Dzul Qarnain
Dzul Qarnain (Arab: ذو القرنين Dzū al-Qarnayn) adalah julukan seorang raja yang disebutkan di dalam Qur'an, ia digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Dikisahkan bahwa ia telah membangun tembok besi yang tinggi untuk melindungi kaum lemah dari seranganYa’juj dan Ma’juj, yang ditemuinya dalam perjalanannya menuju timur.
Etimologi
Secara harfiah Dzul Qarnain memiliki arti "pemilik dua tanduk" atau "ia yang memiliki dua tanduk." Dzu (Arab: ذو, ḏzū) berarti "pemilik." Beberapa pendapat mengenai etimologi dari Dzul Qarnain adalah sebagai berikut:
- Ia pernah meninggal dan hidup kembali setelah mendapat pukulan tepat di kepala bagian kanan dan kiri.
- Rancangan ketopong besinya memiliki tanduk.
- Dia bisa melihat dengan jelas di siang hari dan di kegelapan malam.
- Dia pernah hidup selama dua abad sehingga ia dapat disebut "Dzu al-Qarnain" (ذوالقرن ن)
Sedangkan kata qarn (قرن Qorn) memiliki beberapa arti, diantaranya adalah: Kekuasaan (wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Barathingga Timur), kuat dan berani.
Genealogi
Menurut kisah dari Ubaid bin Umair (tokoh dari kalangan tabi'in) bahwa Dzul Qarnain adalah sepupu Khidr dari pihak ibu, bertepatan dengan masa Ibrahim dan Luth. Dikatakan pula bahwa Khidr menjadi penasehat spiritualnya.
Sedangkan menurut sejarawan Muslim yang lain, Dzul Qarnain memiliki nama asli Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisydari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M) dan kerajaannya disebut At-Tababi’ah.
Dalam buku yang berjudul Jejak Yakjuj dan Makjuj karya Wisnu Sasongko di Books.google.com, Dzul Qarnain seorang raja Arab memiliki nama asli Abdullah bin adh Dhahhak, catatan lain mengisahkan namanya Mush'ab bin Abdullah keturunan Kahlal bin Saba'.
Kisah Dzul Qarnain
Diriwayatkan Waqi dari Israil dari Jabir dari Mujahid dari Abdullah bin Amr, dia berkata: “Dzul Qornain seorang nabi”, diriwayatkan al-Hafid bin Asakir dari hadits Abi Muhammad bin Abi Nasr dari Abi Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad bin Abi Duaib, berkata Muhammad bin Hamad, bercerita Abdu Razzaq dari Muammar dari Ibnu Abi Duaib dari Muqbiri dari Abi Hurairah ia berkata: “Rasulullah bersabda: Aku tidak tahu atau tidak, aku tidak tahu khudud itu menghapus dosa pelakunya atau tidak dan aku tidak tau Dzul Qarnain itu seorang nabi atau bukan, dan ini ghorib dari sisi ini.
Berkata Ishaq bin Basyar dari Ustman bin as-Syaj dari Khusoif dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata: “Dzul Qarnain adalah seorang raja yang sholeh, Allah meridhoi amalnya” dan memuji dalam kitabnya. Dia adalah orang yang ditolong, Khidir adalah menterinya, dan disebutkan bahwa Khidir adalah pemimpin tentaranya, dia orang yang diajak bermusyawarah oleh sang raja sebagai menterinya dalam rangka memperbaiki masyarakat saat itu.
Telah disebutkan al-Azraqi dan lainnya bahwa Dzul Qarnain beragama islam atas ajakan khalilullah Ibrahim dan melakukan tawaf diKa’bah al-Mukarramah bersama Ismail, diriwayatkan dari Ubaid bin Umair dan anaknya Abdullah dan lainnya bahwa Dzul Qarnain melakukan ibadah Haji dengan jalan kaki, tatkala Ibrahim mengetahui kehadirannya, ia menemuinya, mendoakan dan meridhoinya kemudian Allah menundukkan untuknya awan yang bisa membawanya kemana ia mau, dan perbedaan pendapat dalam asal muasal dinamakan Dzul Qarnain, dikatakan: Karena dikepalanya menyerupai dua tanduk. Berkata Wahab bin Munabih: dia memiliki dua tanduk dari tembaga dikepalanya, dan ini lemah.
Berkata sebagian ahli kitab: karena dia raja Persia dan Romawi, dan dikatakan: Karena dia sampai pada dua ujung matahari barat dan timur dan menguasai keduanya, dan ini menyerupai kesalahannya yaitu perkataan az-Zuhri. Berkata Hasan al-Bashri: Dia memiliki dua jalinan rambut yang melingkar maka dinamakan Dzul Qarnain. Berkata Ishaq bin Abdillah bin Basyar dari Abdillah bin Ziyad bin Sam’an dari Umar bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata: Dia memanggil raja yang lalim kepada Allah kemudian memukul tanduknya, mematahkanya dan meremukkannya, maka dinamakan Dzul Qarnain.
id.wikipedia.org/wiki/Dzul_Qarnain
SIAPAKAH DZULQARNAIN ITU?Dr. Yusuf Al-Qardhawi Pertanyaan: Didalam Al-Qur'an diterangkan masalah Dzulqarnain, yaitu: "Hingga apabila dia telah sampai pada tempat terbenammatahari, dia pun melihat matahari terbenam kedalam lautyang berlumpur hitam, dan dia mendapati disitu (di laut itu)segolongan ummat. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain! Kamu bolehmenyiksa mereka dan boleh berbuat kebaikan terhadapmereka'." (Q.s. Al-Kahfi: 86). Apakah yang dimaksud dengan matahari yang terbenam dalammata air yang hitam? Siapakah orang-orang yang didapati oleh Dzulkarnain? Jawab: Kisah Dzulqarnain telah diterangkan dalam Al-Qur'an padaSurat Al-Kahfi, tetapi Al-Qur'an tidak menerangkan siapakahsebenarnya Dzulqarnain, siapakah orang-orang yangdidapatinya, dan dimana tempat terbenam dan terbitnyamatahari? Semua itu tidak diterangkan dalam Al-Qur'an secararinci dan jelas, baik mengenai nama maupun lokasinya, halini mengandung hikmah dan hanya Allahlah yang mengetahui. Tujuan dari kisah yang ada dalam Al-Qur'an, baik pada SuratAl-Kahfi maupun lainnya, bukan sekadar memberi tahu hal-halyang berkaitan dengan sejarah dan kejadiannya, tetapi tujuanutamanya ialah sebagai contoh dan pelajaran bagi manusia.Sebagaimana Allah swt. dalam firman-Nya: "Sesungguhnyapada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaranbagi orang-orang yang berakal." (Q.s.Yusuf: 111) Kisah Dzulqarnain, mengandung contoh seorang raja saleh yangdiberi oleh Allah kekuasaan di bumi, yang meliputi Timur danBarat. Semua manusia dan penguasa negara tunduk ataskekuasaannya, dia tetap pada pendiriannya sebagai seorangyang saleh, taat dan bertakwa. Sebagaimana diterangkan dibawah ini: "Berkata Dzulqarnain, 'Adapun orang yang menganiaya, makakelak Kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikankepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yangtiada taranya'." (Q.s. Al-Kahfi: 87). "Adapun orang yang beriman dan orang beramal saleh, makabaginya pahala yang terbaik sebagai balasan ..." (Q.s.Al-Kahfi: 88). Jadi, apa yang diterangkan dalam Al-Qur'an, hanyalahmengenai perginya Dzulqarnain ke arah terbenamnya matahari,sehingga berada pada tempat yang paling jauh. Di situditerangkan bahwa dia telah melihat matahari seakan-akanterbenam di mata air tersebut, saat terbenamnya. Sebenarnya,matahari itu tidak terbenam di laut, tetapi hanya bagipenglihatan kita saja yang seakan tampak matahari ituterbenam (jatuh) ke laut. Padahal matahari itu terbitmenerangi wilayah (bangsa) lain. Maksud dari ayat tersebut, bahwa Dzulqarnain telah sampai ketempat paling jauh, seperti halnya matahari terbenam di mataair yang kotor (berlumpur) , yang disebutkan diatas. Begitujuga maksud dari ayat tersebut, Dzulqarnain telah sampai ditempat terjauh, yaitu terbitnya matahari dan sampai bertemupula dengan kaum Ya'juj dan Ma'juj. Dalam keadaan demikian, Dzulqarnain tetap pada pendiriannyasemula, yaitu sebagai seorang raja yang adil dan kuatimannya, yang tidak dapat dipengaruhi oleh hal-hal yangdikuasai dan kekuasaannya diperkuatnya dengan misalnyamembangun bendungan yang besar, yang terdiri daribahan-bahan besi dan sebagainya. Di dunia ini beliau selaluberkata dan mengakui, bahwa segala yang diperolehnya sebagaikarunia dari Allah dan rahmat-Nya. Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an: "Dzulqarnain berkata, 'Ini (bendungan atau benteng) adalahsuatu rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah tiba janjiTuhanku, Dia pun menjadikannya rata dengan bumi (hancurlebur); dan janji Tuhanku itu adalah benar." (Q.s. Al-Kahfi:98). Tujuan utama dari Al-Qur'an dalam uraian di atas ialahsebagai contoh, dimana seorang raja saleh yang diberikekuasaan yang besar pada kesempatan yang luar biasa dan,kekuasaannya mencakup ke seluruh penjuru dunia di sekitarterbit dan terbenamnya matahari. Dalam keadaan demikian,Dzulqarnain tetap dalam kesalehan dan istiqamahnya tidakberubah. Firman Allah swt.: "Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan di bumi dan Kamitelah memberikan kepadanya (Dzulqarnain) jalan (untukmencapai) segala sesuatu." (Q.s. Al-Kahfi: 84). Mengenai rincian dari masalah tersebut tidak diterangkandalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, misalnya waktu, tempat dankaumnya, siapa sebenarnya mereka itu. Karena tidak adamanfaatnya, maka sebaiknya kami berhenti pada hal-hal yangditerangkan saja. Jika bermanfaat, tentu hal-hal ituditerangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. ---------------------------------------------------FATAWA QARDHAWI, Permasalahan, Pemecahan dan HikmahDr. Yusuf Al-QardhawiPenerbit Risalah GustiCetakan Kedua, 1996Jln. Ikan Mungging XIII/1Telp./Fax. (031) 339440Surabaya 60177
media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/Dzulkarnain.html
KISAH NABI DZULQARNAIN AS!
KISAH NABI DZULQARNAIN AS!Nabi Dzulqarnain (Bahasa Arab: ذو القرنين – Dzu al-Qarnayn) adalah julukan seorang nabi Allah yang bergelar raja yang disebutkan di dalam Al-Qur’an Al-Karim, beliau AS digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana. Dikisahkan bahwa beliau AS telah membangun tembok besi yang tinggi untuk melindungi kaum lemah dari serangan Ya’juj dan Ma’juj, yang ditemuinya dalam perjalanannya menuju timur.Secara harfiah kata ‘Dzul Qarnayn’ memiliki arti “Pemilik Dua Tanduk” atau “Ia yang memiliki Dua Tanduk”. “Dzu” (Bahasa Arab: ذو, dzu) berarti “pemilik”. Beberapa pendapat mengenai etimologi dari kata “Dzul Qarnayn” adalah sebagai berikut:
- Beliau AS pernah meninggal dan hidup kembali setelah mendapat pukulan tepat di kepala bagian kanan dan kiri.
- Rancangan ketopong besinya memiliki tanduk.
- Beliau AS bisa melihat dengan jelas di siang hari dan di kegelapan malam.
- Beliau AS pernah hidup selama dua abad sehingga beliau AS dapat disebut “Dzu al-Qarnayn”
- “Qarn” (قرن – Qorn) berarti: Kekuasaan; wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Barat hingga Timur; Kuat; dan Berani.
Nabi Dzulqarnain AS adalah sepupu Nabi Khidir AS dari pihak ibu, hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS. Ketahuilah, bahwa Nabi Khidir AS adalah penasehat spiritual Nabi Dzulqarnain AS.
Sedangkan menurut ‘ulama yang lain, Nabi Dzulqarnain AS memiliki nama asli Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M) dan kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dan sedangkan menurut Wisnu Sasongko, sesungguhnya Nabi Dzulqarnain AS adalah seorang raja Arab zaman dahulu kala, nama aslinya adalah ‘Abdullah bin adh-Dhahhak. Dan didalam catatan yang lain mengisahkan bahwa nama aslinya adalah Mush’ab bin ‘Abdullah keturunan Kahlal bin Saba’.
Memang banyak sekali, yaa akhi / yaa ukhti, para ‘alim ‘ulama yang benar-benar berbeda pendapat tentang kisah, diri, dan bahkan nama asli Nabi Dzulqarnain AS yang sebenarnya. Lantas manakah yang benar??? Wallahu a’lam bi showwab… Entahlah, sebab ana ini bukan orang yang hidup sezaman dengan para nabi, khususnya Nabi Dzulqarnain as. Di postingan ini, ana hanya akan menerangkan mengenai kisah dan riwayat hidup Nabi Dzulqarnain AS yang ana ketahui. Semoga bermanfa’at!
APAKAH DZULQARNAIN AS ADALAH BENAR-BENAR SEORANG NABI?
Wallahu a’lam bi showwab…Sungguh membingungkan, yaa akhi / yaa ukhti. Sebab ada dua hadits yang maksudnya berbeda. Yang satu mengatakan bahwa Dzulqarnain AS adalah benar-benar seorang nabi Allah, dan hadits yang satunya lagi mengatakan bahwa Dzulqarnain AS diragukan status kenabiannya.
Adapun hadits yang mengatakan bahwa Dzulqarnain AS adalah seorang nabi Allah adalah ini:
Thaur bin Yazid dari Khalid bin Ma’dan Al-Kala’i berkata bahwa Rasulullah SAW mendapat pertanyaan tentang Dzulqarnain, maka beliau SAW menjawab: “Dzulqarnain adalah seorang nabi yang mengukur bumi ini dengan jubahnya”.(Ibid, halaman 206).
Imam Fakhur Razi berkata ketika menafsirkan QS Al-Kahfi: 86:
“Ilah berbicara kepada Dzulqarnain tanpa perantara, dan ini adalah bukti bahwa Dzulqarnain adalah memang seorang nabi!”. (Lihat di dalam At-Tafsir Al-Kabir).
Bahkan lebih jauh lagi, Umar bin Khattab menganggap Dzulqarnain AS lebih dari sekedar nabi melainkan seorang malaikat.
Khalid berkata: “‘Umar mendengar seorang laki-laki memanggil seseorang (dengan panggilan) Dzulqarnain, maka dia (‘Umar) berkata: ‘Tuhanmu mengampunimu, tidakkah kamu merasa puas dengan menggunakan nama-nama nabi untuk anak-anakmu sehingga kamu harus menggunakan nama malaikat?!”. (Ibid, halaman 206).
Masya Allah!, Jadi menurut hadits dan fatwa diatas menyatakan bahwa Dzulqarnain AS adalah benar-benar seorang nabi Allah. Bahkan ‘Umar bin Khattab menganggap Dzulqarnain AS bukan hanya nabi, namun seorang malaikat yang sangat mulia.
Namun walaupun seperti itu, rupanya ada juga hadits yang bertentangan dengan dalil-dalil diatas. Silahkan antum sekalian simaklah hadits dibawah ini yang menerangkan bahwa Dzulqarnain AS diragukan status kenabiannya dengan alasan Nabi Muhammad Rasulullah SAW tidak mengetahuinya.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَدْرِيْ أَتَبِعَ نَبِيًّا كَانَ أَمْ لاَ ، وَمَا أَدْرِيْ ذَا الْقَرْنَيْنِ نَبِيًّا كَانَ أَمْ لَا“Aku tidak tahu, apakah dia mengikuti seorang nabi ataukah tidak, dan aku tidak tahu apakah Dzulqarnain itu seorang nabi ataukah bukan”. (Hadits shahih riwayat Al-Hakim; Al-Baihaqiy. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ [5524]).
Dalil diatas sebagai argumentasi yang menyatakan bahwa Dzulqarnain AS diragukan status kenabiannya dengan alasan Nabi Muhammad SAW tidak mengetahui secara pasti akan status kenabian Dzulqarnain AS.
Jadi manakah yang benar? Dzulqarnain AS itu seorang nabi ataukah hanya manusia biasa? Wallahu a’lam bi showwab… Entahlah sebab kita bukan orang yang hidup sezaman dengan para nabi dan rasul Allah. Namun biarpun begitu, tidak sedikit ‘ulama yang membenarkan bahwasanya Dzulqarnain AS adalah benar-benar seorang nabi yang mulia. Dan tentunya ana akan mengikuti pendapat ‘ulama yang menyatakan demikian, karena ana juga berpendapat bahwa Dzulqarnain AS adalah benar-benar seorang nabi Allah yang mulia.
NABI DZULQARNAIN AS MASUK ISLAM!
Ketahuilah, Nabi Dzulqarnain AS adalah orang yang hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim AS. Beliau AS telah masuk Islam di hadapan Nabi Ibrahim AS, dan berhaji ke Ka’bah dengan berjalan kaki.
Kemudian manusia-manusia telah berbeda pendapat tentangnya, apakah dia itu seorang nabi ataukah seorang raja yang adil yang sholeh. Dan perselisihan itu juga bersamaan dengan kesepakatan mereka bahwa Dzulqarnain AS adalah seorang Muslim, yang mengesakan Allah serta taat kepada Allah SWT.
Nabi Dzulqarnain AS apabila lewat ke tempat Nabi Ibrahim AS, dia AS suka turun dari kudanya. Setelah berlalu dari sana baru dia menunggangi kudanya lagi.
Pada zaman Nabi Ibrahim AS, Dzulqarnain AS berprofesi sebagai hakim. Dialah yang memberi keputusan untuk Ibrahim AS di Lembah Tujuh (Wadi As-Sab’i) tatkala Nabi Ibrahim AS berangkat meninggalkan kaumnya.
POSTUR TUBUH NABI DZULQARNAIN AS!
Tidak diketahui secara pasti seperti apa postur tubuh Nabi Dzulqarnain AS yang sebenarnya. Cuman yang jelas, menurut kisah Islam, panjang hidung Nabi Dzulqarnain AS adalah tiga jengkal. Dari sana bisa dikiaskan bagaimana betapa besar kepala dan postur tubuhnya. Diperkirakan umurnya mencapai 1000 tahun lebih.
Ikrimah berkata bahwa Dzulqarnain AS adalah seorang nabi sekaligus rasul yang diutus kepada penduduk Babil (Babilonia) 300 tahun sebelum kemunculan Nabi ‘Isa Almasih AS. Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa Dzulqarnain AS adalah seorang raja. Beliau AS pernah memerangi Namrudz bin Kan’an. Dzulqarnain AS adalah seorang Muslim yang memeluk agama Ibrahim Al-Khalil AS. Pada zaman Nabi Ibrahim AS, Dzulqarnain AS berprofesi sebagai hakim. Dialah yang memberi keputusan untuk Ibrahim AS di Lembah Tujuh (Wadi As-Sab’i) tatkala Nabi Ibrahim AS berangkat meninggalkan kaumnya.
Ketahuilah, kisah ini diriwayahkan dari Wahab bin Munabbih, bahwa menurutnya nama asli Dzulqarnain AS adalah Iskandar.
Menurut sebagian pendapat, Iskandar dinamai Dzulqarnain (Dzu Al Qarnain) karena Beliau AS memiliki dua tulang yang menonjol di kepalanya. Keduanya ditutupi menggunakan serban sehingga keduanya tertutup. Dialah orang pertama yang menggunakan serban dan orang pertama yang bersalaman dengan menggunakan telapak tangannya. Menurut sebagian pendapat, berpendapat bahwa Nabi Dzulqarnain AS berjalan pada tempat yang gelap maupun terang.
Dikisahkan, Iskandar menyembunyikan kedua tanduknya dari khalayak orang-orang. Dia tidak pernah memperlihatkan kepada siapa pun kecuali pada suatu hari dia pergi ke toilet. Dia tanggalkan serban dari kepalanya sehingga sekretarisnya melihat kedua tanduknya. Dia berkata kepada sekretarisnya: “Apabila keadaanku diketahui oleh orang banyak, maka berarti mereka semua bisa tau karena kamu yang memberitahu mereka”.Sekretarisnya bersumpah bahwa ia takkan membongkar masalah itu. Akan tetapi, dia tidak mampu untuk melakukannya hingga pada suatu hari dia pergi ke sebuah lapangan.
Disana dia berteriak dan berkata: “Iskandar memiliki dua tanduk”. Maka, terbongkarlah rahasia itu. Secara kebetulan, di lapangan itu ada dua pohon bambu yang mendengar suaranya. Setelah kedua pohon bambu itu besar, Allah SWT membuatnya bisa bicara, keduanya mengatakan: “Iskandar mempunyai dua tanduk”.
Oleh karenanya, berita tentang hal itu tersebar luas. Pada saat itu, Iskandar berkata: “Ini adalah urusan yang dikehendaki tersiar oleh Allah SWT”.
Dikisahkan, ketika Iskandar tidur, pada suatu malam Allah SWT mewahyukan kepada beliau AS didalam tidurnya: “Sesungguhnya Aku mengutusmu di muka bumi kepada tujuh umat yang berbeda-beda bahasa dan sifatnya. Dua umat bernama Hawil, yang menempati bumi sebelah utara, dan Tawil, yang menempati bumi bagian selatan. Dua umat bernama Nasik bumi sebelah barat, dan Munsik, yang menempati bumi belahan timur. Tiga umat yang lain menempati bumi bagian tengah yang dinamakan Ya’juj dan Ma’juj”. Kemudian Raja Iskandar (Nabi Dzulqarnain AS) berkata: “Yaa Rabbku, apakah aku akan mampu memerangi umat-umat yang besar ini?”. Allah SWT menjawab dengan mewahyukan kepadanya: “Sesungguhnya Aku akan memakaikan kemuliaan kepadamu dan membuatmu ditakuti. Aku juga akan tundukkan cahaya dan kegelapan untukmu dan Aku jadikan keduanya sebagai tentaramu”.
KISAH NABI DZULQARNAIN AS SEDANG DIPUKUL TANDUKNYA OLEH ORANG-ORANG KAFIR!
Imam Ibnu Katsir di dalam Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, bahwa Dzulqarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus raja yang sholeh. Karena kesholehannya beliau AS selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT, Rabb semesta ‘alam. Menurut Wahab bin Munabbih, nama asli Dzulqarnain AS adalah Iskandar (Raja Iskandar).
Namun amat disayangkan, mereka-mereka semua ingkar dan kafir kepada Allah SWT. Malah yang ada, mereka (orang kafir) memukul tanduk Raja Iskandar AS, yaitu rambut kepala Iskandar AS yang diikat di sebelah kanan, dan orang-orang kuffar itu memukul tanduk Raja Iskandar AS hingga beliau AS mati.
Kemudian Allah SWT menghidupkannya kembali, dan beliau AS pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang sebelah kiri dipukul, hingga beliau AS mati lagi. Kemudian Allah SWT menghidupkannya kembali, dan lalu Allah SWT menjuluki Raja Iskandar AS dengan julukan “Dzu Al-Qarnain (Nabi Dzulqarnain AS)” yang berarti “Pemilik dua tanduk”, serta memberinya kekuasaan.
Untuk lebih jelasnya, silahkan antum cek sendiri di dalam Al-Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir!!!.
KISAH NABI DZULQARNAIN AS DALAM AL-QUR’AN AL-HAKIM!
Menurut Al-Qur’an Al-Hakiim, dikisahkan, bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memberi Nabi Dzulqarnain kekuasaan di muka bumi ini. Beliau AS adalah raja yang menaklukan Timur dan Barat, sehingga bergelar-lah Dzulqarnain (sang pemilik dua tanduk di Timur dan di Barat).
Dikisahkan bahwa Nabi Dzulqarnain AS menempuh suatu jalan untuk berekspedisi ke belahan bumi bagian barat (ujung barat). Maka sampai-lah Nabi Dzulqarnain AS di suatu pantai yang ternyata pantai tersebut adalah tempat matahari terbenam. Karena hari sudah mulai malam, maka di tempat itu Nabi Dzulqarnain AS menemukan matahari sedang terbenam masuk ke dalam lumpur hitam. Menurut seorang ‘ulama yang bernama Imam Ath-Thabari di dalam kitabnya, lumpur hitam tersebut adalah lumpur panas (mungkin karena tersentuh oleh fisik matahari, sehingga lumpur hitamnya jadi panas. Wallahu a’lam bi showwab…). Simpelnya adalah, Nabi Dzulqarnain menemukan matahari sedang terbenam di ufuk barat, yakni tepatnya di lumpur hitam yang panas.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS melihat sekumpulan komunitas orang-orang yang tidak punya agama (mungkin, komunitas orang-orang Ateis). Kemudian Allah SWT berfirman kepadanya: “Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa mereka ataupun mendakwahi mereka supaya mereka beriman kepada Rabb semesta ‘alam”.
Maka Nabi Dzulqarnain AS menjawab: “Bagi orang-orang yang berbuat zhalim, maka kami (Raja Dzulqarnain AS + para prajuritnya) kelak akan menghukumnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Rabb mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Nah, bagi orang-orang yang beriman dan yang beramal sholeh, maka dia diberi pahala yang terbaik sebagai balasan baginya, dan akan kami titahkan kepadanya perintah yang mudah dari perintah-perintah kami, seperti sholat, zakat, jihad, dan amal sholeh yang lainnya”. Tampaknya di ujung bumi sebelah barat inilah Nabi Dzulqarnain AS menemukan orang-orang tak beragaman itu. Dan lalu Nabi Dzulqarnain AS berdakwah kepada mereka supaya mereka segera masuk Islam. Serta beliau AS pun menghukum orang-orang yang menolak masuk Islam. Wallahu a’lam bi showwab…
Nah, setelah Nabi Dzulqarnain AS berdakwah kepada komunitas orang-orang kafir yang menghuni bagian bumi sebelah barat (ujung barat) tersebut, maka beranjak-lah Nabi Dzulqarnain AS pergi dari tempat tersebut untuk menempuh jalan yang lain yang bertujuan untuk berekspedisi lagi. Untuk yang kedua kalinya Nabi Dzulqarnain AS kembali berekspedisi ke tempat lain yakni ke belahan bumi bagian timur (ujung timur). Maka sampai-lah Raja Dzulqarnain AS di tempat tersebut yang ternyata tempat tersebut adalah tempat matahari terbit. Kemudian beliau AS mendapati suatu komunitas orang-orang miskin yang tidak memiliki tempat tinggal dan pakaian, karena memang daerah mereka tidak cocok untuk membangun rumah bahkan pepohonan.
Komunitas orang-orang miskin yang tinggal di ujung timur bumi (belahan bumi yang paling timur) adalah Kaum Zunuj dan kaum Indian. Ketahuilah, yaa akhi / yaa ukhti, kaum Zunuj dan Kaum Indian dalam cerita ini, mereka ini adalah orang-orang miskin. Mereka semua tidak memiliki tempat tinggal untuk bernaung, karena wilayah tempat mereka tinggal adalah wilayah yang sama sekali tidak strategis. Di wilayah tersebut tidak bisa dibangun sebuah rumah pun, bahkan pohon pun tidak bisa hidup di daerah ini. Kenapa begitu? Karena menurut Tafsir Jalalain, di daerah ini-lah matahari terbit setiap pagi hari. Kita semua ‘kan tahu bahwa matahari itu panas. Sehingga tempat terbit matahari ini pun daerahnya sangat panas juga.
Jikalau matahari terbit di pagi hari, kaum Zunuj dan kaum Indian segera berlarian masuk ke dalam lobang-lobang di situ yang bertujuan untuk melindungi sekujur tubuh mereka dari sengatan sinar matahari yang sangat panas yang baru saja muncul dari tempat terbitnya. Nah, apabila matahari sudah naik dan meninggi (siang hari), niscaya mereka semua keluar dari lobang-lobang tempat mereka berlindung, karena memang mataharinya sudah menjauh dari wilayah tempat mereka tinggal, sehingga sinarnya tidak terlalu panas yang dapat membakar tubuh mereka. Begitulah keadaan mereka setiap pagi hari, karena memang daerah tempat tinggal mereka berdekatan langsung dengan tempat terbitnya matahari.
Untuk melihat kisah serunya, silahkan buka kitab Tafsir Jalalalin!!!
Demikianlah kisah Nabi Dzulqarnain AS berekspedisi itu seperti yang telah diterangkan di atas, Beliau AS telah sampai ke ujung Barat dan ujung Timur dan telah sampai ke puncak kebesarannya dalam pemerintahannya yang jarang ada bandingannya. Dan sungguh Allah SWT dan para malaikat-Nya mengetahui apa saja yang ada pada Nabi Dzulqarnain AS dan apa-apa yang diperbuatnya bersama bala-tentaranya, walaupun mereka tersebar luas di seluruh permukaan bumi.
Dan untuk ketiga kalinya, setelah beranjak dari ujung Timur (belahan bumi bagian timur), untuk yang ketiga kalinya, Nabi Dzulqarnain AS kembali lagi menempuh suatu jalan yang lain lagi yang tentunya bertujuan untuk berekspedisi. Kemudian Nabi Dzulqarnain AS bersama para prajuritnya yang mengiringinya sampai diantara dua buah gunung. Lalu disitu mereka melihat dua buah bukit.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS mendapati di hadapan ke dua bukit itu suatu komunitas orang-orang yang hampir tidak mengerti pembicaraan yang disebabkan karena orang-orang tersebut kurang kecerdasannya; serta bahasa mereka berbeda jauh dengan bahasa lain (yang khususnya bahasa Nabi Dzulqarnain AS itu sendiri), sehingga mereka tidak bisa menerangkan maksud omongan mereka kepada oranglain.
Kemudian komunitas orang-orang tersebut datang kepada Nabi Dzulqarnain AS untuk mengabarkan tentang Ya’juj dan Ma’juj, yakni dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana Bangsa Tartar dan Bangsa Mongol. Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran (upah) kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dengan mereka?!”.
Nabi Dzulqarnain AS menjawab: “Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan tenaga manusia dan alat-alat, agar aku membuatkan dinding antara kamu dengan Ya’juj dan Ma’juj. Berilah aku potongan-potongan besi!”.
Maka mulailah mereka membuat besi yang tinggi dan sangat kokoh untuk mengurung Bangsa Ya’juj dan Bangsa Ma’juj agar mereka tidak lagi bertebaran di muka bumi untuk berbuat kerusakan. Dan ketika besi yang dibuat itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung di tempat itu, lalu Nabi Dzulqarnain AS memerintahkan untuk meniup apinya: “Tiuplah api itu!”, kata Nabi Dzulqarnain AS. Dan ketika besinya sudah memerah seperti api, maka Nabi Dzulqarnain AS berkata: “Berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi panas itu!”.
Selesailah tembok dibuat oleh Nabi Dzulqarnain AS. Maka Bangsa Ya’juj dan Bangsa Ma’juj tidak bisa sedikitpun juga melubangi dan mendaki untuk memanjat tembok besi yang dibangun oleh Nabi Dzulqarnain AS itu.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS berkata: “Dinding ini adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku (yakni datangnya hari kiamat), Dia SWT akan menjadikan dinding besi ini hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar!”.
Demikianlah kisah Nabi Dzulqarnain AS dalam Al-Qur’an Al-Hakim. Beliau AS memiliki mukjizat untuk membangun sebuah tembok (dinding) yang sangat besar yang berasal dari besi, yang bertujuan untuk mengurung bangsa Ya’juj dan bangsa Ma’juj di dalam tembok tersebut. Dengan seizin Allah, tembok besi itu dibuat-Nya ghaib dan tidak kelihatan oleh mata manusia normal di muka bumi ini, jadi lokasi tembok besi karya Nabi Dzulqarnain AS ini masih mengandung misteri besar. Dan ketika nanti yakni ketika detik-detik hari kiamat (Yaumul Qiyamah), maka dinding ciptaan Nabi Dzulqarnain AS ini akan runtuh dengan sendirinya. Maka keluarlah bangsa Ya’juj dan Ma’juj untuk membuat kerusakan di muka bumi ini.
Wallahu a’lam bi showwab…
Untuk melihat ayat tentang kisah ini, silahkan buka, bacalah, dan renungkanlah QS Al-Kahfi: ayat 83 – 98.
KISAH NABI DZULQARNAIN AS BERSAMA SEPUPUNYA, NABI KHIDIR AS!
Pada saat tahun 322 SM, Raja Iskandar alias Nabi Dzulqarnain AS sedang berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Nabi Dzulqarnain AS. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Dzulqarnain AS berkata kepada Malaikat Rofa’il:“Wahai malaikat Rofa’il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit!”.
Malaikat Rofa’il menjawab: “Ibadah para malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang ruku’ tidak mengangkat kepala selama-lamanya”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS berkata: “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah”.
Lalu Malaikat Rofa’il berkata: “Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, ‘sumber air hidup’. Maka barangsiapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan!”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Apakah kau tahu tempat ‘Ainun Hayat’ itu?”. Mailaikat Rofa’il menjawab: “Bahwa sesungguhnya ‘Ainun Hayat’ itu berada di bumi yang gelap”.
Setelah Raja Dzulqarnain AS mendengar keterangan dari Malaikat Rofa’il tentang ‘Ainul hayat’, maka beliau AS segera mengumpulkan ‘alim ‘ulama pada zaman itu, dan beliau AS bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab: “Kita tidak tahu kabarnya”, namun seorang yang alim di antara mereka menjawab bahwasanya: “Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap”.
Nabi Dulqarnain AS bertanya: “Di manakah tempat bumi yang gelap itu?”.Seorang yang alim menjawab: “Di tempat keluarnya matahari (di tempat terbitnya matahari)”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu beliau AS bertanya kepada shahabatnya: “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?”. Para shahabatnya menjawab: “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, dan lalu Nabi Dzulqarnain AS memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalan-lah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Nabi Dzulqarnain AS, Raja tersebut, masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya. Si cendekiawan tersebut berkata kepada Nabi Dzulqarnain AS: “Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya”.
Lalu Nabi Dzulqarnain AS berkata: “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak!”.
Kemudian ketika Nabi Dzulqarnain AS hendak masuk, maka mereka semua membiarkannya. Kemudian Nabi Dzulqarnain AS berkata kepada pasukannya:“Diamlah!, tunggulah kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan penantian kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian!”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?”.
Malaikat Rofa’il menjawab:“Tidak bisa kelihatan. Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian”.
Kemudian Nabi Dzulqarnain AS masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan Nabi Dzulqarnain AS berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Khidir AS: “Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu, hai Khidir”.
Setelah Nabi Khidlir AS menerima wahyu tersebut, kemudian beliau AS berkata kepada shahabat-shahabatnya: “Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian!”.
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke Ainul Hayat (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan (Ainul Hayat) tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Nabi Dzulqarnain AS, sedangkan Nabi Dzulqarnain AS tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbih, dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Nabi Dzulqarnain AS. Dan Nabi Dzulqarnain AS berkeliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak terlihat oleh Nabi Dzulqarnain AS sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Nabi Dzulqarnain AS bumi yang berpasir merah dan terdengar olehnya suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Nabi Dzulqarnain AS bertanya kepada Malaikat Rofa’il, “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga”, katanya.
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah Yaqut yang berwarna merah dan Jambrut yang berwarna hijau, maka menyesal-lah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-Tsa’Labi dari: Iman Ali RA.
Ketahuilah, cerita ini dikutip dari kitab “Baidai’iz” karangan Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga Semarang. Selain itu, kisah ini pun dinukil dari Kitab “Nuzhatul Majalis”Karangan Syaikh Abdul Rahman Ash-Shafuri. Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258. Wallahu a’lam bi showwab…
WAFATNYA NABI DZULQARNAIN AS!
Menurut ajaran Islam, Beliau AS hidup selama 2 abad, maka dari itu gelar beliau AS adalah Dzu al-Qarnayn (Dzulqarnain) yang berarti “Pemilik Dua Tanduk”.
Menurut berbagai sumber, Nabi Dzulqarnain AS dimakamkan di dekat Mekkah atau di Gunung Tahama (Dumat al-Jandal), setelah meninggal di suatu tempat antara Suriah dan Madinah.
https://ajaranislamyanghaq.wordpress.com/.../kisah-nabi-dzulqarnain-as/
Kisah DZUL QARNAIN dan YA’JUJ dan MA’JUJ
(Berdasar Al-Qur’an dan Hadits)
Maha Suci Allah yang telah berfirman:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya””. (QS. al-Kahfi (18) : 83)
Mari kita simak kisah Dzul Qarna’in dan Ya’juj dan Ma’juj yang diabadikan Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an yang suci, agar kita tidak tersesat pemahaman akan sejarah melalui sumber yang benar.
Siapakah Dzul Qarnain?
DZUL QARNAIN. Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah bahwa: Dzul Qarnain adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana yang telah menjelajahi Bumi sebelah Timur dan Bumi sebelah Barat. Ia adalah seorang mukmin penyebar agama Allah, melaksanakan sebab-sebab dalam mencapai tujuannya dan mempunyai banyak keajaiban atas kuasa Allah SWT. Ia mengajak penduduk negeri-negeri yang ditaklukkannya untuk beriman kepada Allah.
Dalam perjalanannya ke belahan barat bumi, Dzul Qarnain bertemu dengan suatu kaum yang hidup dalam ketakutan yang mencekam. Al-Qur’an menyebut tempat itu sebagai BAIN AS-SADDAIN, sebuah daerah yang terdapat diantara DUA GUNUNG yang sepadan tingginya.
Siapa Ya’juj dan Ma’juj?
Adalah YA’JUJ dan MA’JUJ. Mereka adalah termasuk keturunan ADAM alahissalam dari keturunan YAFITS bin NUH alaihissalam. Mereka juga adalah makhluk Allah, akan tetapi berparas dan berkelakuan sangat buruk.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, ‘Hai Adam!’. Adam menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu’. Allah berfirman, ‘Bangkitlah pada hari kebangkitan neraka!’. Adam pun bertanya, ‘Apakah hari kebangkitan neraka itu ya Allah?’. Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu ke neraka. Sedangkan yang masuk surga hanya satu. Pada hari itu, anak-anak kecil menjadi beruban dan orang-orang hamilpun melahirkan janinnya’. Lalu Allah melanjutkan firmannya, ‘Sesungguhnya ada diantara keturunanmu yang terdiri dari dua ummat, Aku memperbanyak mereka dalam sesuatu. Mereka adalah YA’JUJ dan MA’JUJ’” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.)
Pembangunan Dinding Pemisah
Dzul Qarnain mendapati kaum itu, “Suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan” (QS. Al-Kahfi (18) : 93). Untuk mempertahankan diri, mereka tidak bisa lagi dan sangat ketakutan kepada kezaliman dan kerusakan yang diperbuat oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Kaum itu berkata, “Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu dapat membuat DINDING PEMISAH antara kami dan mereka?” (QS. Al-Kahfi (18) : 94)
Dzul Qarnain menolak tawaran harta dari kaum itu karena dia sudah mencukupi dengan harta yang diberikan Allah kepadanya. Ia hanya mengharap pahala jika dapat menolong mereka. Dzul Qarnain lalu berkata, “Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat)” (QS. Al-Kahfi (18) : 95)
Meskipun Dzul Qarnain mempunyai banyak bala tentara dan pengikut, ia tetap meminta pertolongan kaum tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang dinamakan MELAKSANAKAN SEBAB-SEBAB. Mereka lalu mengumpulkan harta, alat-alat, dan bersama-sama membantu Dzul Qarnain membangun DINDING PEMISAH dan menutup celah-celah diantara kedua gunung itu supaya dapat menutup jalan keluar terakhir bagi Ya’juj dan Ma’juj. Dzul Qarnain memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj di negerinya sendiri. Bangunan seperti bendungan itu terbuat dari besi. Dinding dan tiang besarnya terdiri dari potongan-potongan besi dan tembaga.
Dzul Qarnain memerintahkan mereka, “Berilah aku potongan-potongan besi” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Maka kaum itu pun mendatangkan potongan-potongan besi kepadanya. Kemudian dia meletakkan potongan-potongan besi itu bertumpuk satu sama lainnya diatas pondasi. Dan akhirnya besi-besi itu sama rata tingginya dengan kedua puncak gunung itu. Jadi, banunan itu bentuknya benar-benar tinggi dan besar.
“Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu” (QS. Al-Kahfi (18) :96)
Lalu Dzul Qarnain berkata, “Tiuplah (api itu)”. Sebagaimana pandai besi meniup api dengan semprongnya. Mereka pun menyalakan api pada seluruh besi itu hingga membara.
“Beri aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan keatas besi panas itu” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Tembaga mendidih pun dialirkan keseluruh permukaan besi. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan bahkan untuk dibayangkan. Membangun sebuah DInding Pemisah diantara dua buah gunung tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Itulah kelebihan yang diberikan Allah kepada Dzul Qarnain. Suatu mukjizat seperti Allah mengilhamkan Nuh alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera yang sangat besar. Maka Dzul Qarnain membuat sebuah Dinding besar yang menyatukan dua buah gunung yang tinggi dengan bahan-bahan yang tidak lazim pada masa itu yaitu BESI dan TEMBAGA.
Adapun Ya’juj dan Ma’juj, “Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya” (QS. Al-Kahfi (18) : 97)
Keberadaan besi dan tembaga itu membuatnya sangat licin dan sangat sulit untuk didaki ataupun dilobangi. Akhirnya Ya’juj dan Ma’juj terpenjara di balik kedua gunung itu dan kaum itu pun merasa aman.
Dzul Qarnain lalu berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al-Kahfi (18) : 98)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi” (QS. Al-Anbiyaa’: 96)
Demikianlah Kisah Dzul Qarnain yang membangun DINDING PEMISAH yang memenjarakan YA’JUJ dan MA’JUJ hingga batas waktu yang ditentukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Batas waktu yang merupakan salah satu peristiwa besar yang merupakan babak akhir dari kehidupan di dunia. Sesungguhnya dinding itu akan terbuaka pada masa setelah kedatangan al-Masih ad-Dajjal. Dan adalah ISA PUTRA MARYAM alaihissalam yang akan membunuh Dajjal dan meberantas Ya’juj dan Ma’juj di akhir zaman nanti.
Apakah Benar The Great Alexander itu adalah Dzul Qarnain?
ISKANDAR AGUNG (The Great Alexander) yang KAFIR itu bukanlah DZUL QARNAIN yang diceritakan Allah dalam al-Qur’an surat al-Kahfi!
Berhati-hatilah wahai saudaraku, ma’asysyral muslimin wal muslimat…
Begitu banyak Kisah-kisah Israilliyat dan Nashara yang dipercayai sebagai kisah-kisah dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Banyak ustadz/ulama yang mengangkat Kisah The Great Alexander sebagai Kisah Heroik Islami, bahkan mereka mengangkat kisah ini diatas mimbar.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah menjelaskan bahwa:
Iskandar al-Maqduni alias Iskandar Agung alias The Great Alexander adalh anak Raja Philips al-Maqduni yang mencatatkan sejarah bagi DINASTI ROMAWI. Adapun menterinya adalah ARISTOTELES seorang filosof terkenal. Iskandar Al-Maqduni adalah keturunan Iskandariyah. Barangsiapa yang berkata Dzul Qarnain adalh dia, maka orang itu SALAH BESAR dan mengalami kerusakan yang panjang dan tersesat sangat jauh.
Beliau (Ibnu Katsir) juga berkata, Dzul Qarnain yang dimaksud dalam QS. AL-Kahfi adalah seorang HAMBA ALLAH yang MUKMIN, yang beriman dan beramal shalih serta seorang Raja yang adil dan bijaksana.
Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Zulkarnain alias Iskandar Bin Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330 tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan MENIKAHI puterinya sendiri. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir.
Menurut Asy-Syaukany rahimahullah, “Sungguh pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia seorang KAFIR dan FILOSOF. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah) mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.” (QS- AL-Kahfi (18): 84).”
Menurut sejarawan muslim, Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.). Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat sampai Timur.
Menurut Ibnu Abbas rahimahullah, ia adalah seorang raja yang shalih. Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng.
Para arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah jalan penghubung antara Samarqindi dan India.
Demikian, pendapat ketiga Imam diatas (Ibnu Katsir, asy-Syaukani, dan Ibnu Abbas rahimahullah lebih dapat dipercaya daripada ceita-cerita karangan filosof-filosof kafir barat. Jangan sampai ummat Islam terlena dan tertipu pada kisah-kisah yang sudah diselewengkan oleh Kaum Yahudi dan Nashara. Bahkan banyak juga ulama Islam yang terpengaruh, dan berpendapat hamper sama dengan kaum kafir tsb. Semoga Allah mengampuni mereka… Amiin…
Pada Akhir Zaman Dinding Pemisah akan Runtuh dan Ya’juj dan Ma’juj akan keluar atas Kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala
YA’JUJ dan MA’JUJ. Suatu kaum keturunan ADAM alaihissalam dari keturunan YAFITS bin NUH alaihissalam. Mereka juga adalah makhluk Allah, akan tetapi berparas dan berkelakuan sangat buruk.
Abu Sa’id al-Khudri ra. berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah azza wa jalla berfirman, ‘Hai Adam!’. Adam menjawab, ‘AKu memenuhi panggilan-Mu’. Allah berfirman, ‘Bangkitlah pada hari kebangkitan neraka!’. Adam pun bertanya, ‘Apakah hari kebangkitan neraka itu ya Allah?’. Allah berfirman, ‘Dari setiap seribu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu ke neraka. Sedangkan yang masuk surga hanya satu. Pada hari itu, anak-anak kecil menjadi beruban dan orang-orang hamilpun melahirkan janinnya’. Lalu Allah melanjutkan firmannya, ‘Sesungguhnya ada diantara keturunanmu yang terdiri dari dua ummat, Aku memperbanyak mereka dalam sesuatu. Mereka adalah YA’JUJ dan MA’JUJ’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ya’juj dan Ma’juj yang zhalim itu telah dipenjarakan oleh Dzul Qarnain di celah DUA GUNUNG yang tinggi dengan DINDING PEMISAH yang terbuat dari BESI dan TEMBAGA. Mereka akan terkurung disana sampai batas waktu yang Allah kehendaki.
Dzul Qarnain lalu berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al-Kahfi (18) : 98)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi” (QS. Al-Anbiyaa’: 96)
Lalu bagaimana kita dapat memahami dan meyakini bahwa mereka masih berada disana saat ini sampai akhir zaman nanti? Allah azza wa jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah ketika Kaum Nabi MUSA alaihissalam yang tersesat di PADANG TEH selama 40 tahun.
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.
Allah berfirman: ” (Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Teh) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.”
(QS. al-Mai’dah (5) : 25-26)
Atau Allah menidurkan ASHABUL KAHFI didalam gua selama 309 tahun:
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah:” Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi…” (QS. al-Kahfi (18) : 25-26)
Allah Yang Maha Kuasa dengan mudah untuk berbuat apa saja yang manusia tidak akan mampu melakukannya bahkan dengan akalnya sekalipun.
“Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia…” (QS. Ali Imran (3) : 47)
Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj setelah masa kedatangan al-Masih ad-Dajjal dan Turunnya ISA Putera Maryam alaihissalam.
Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Para nabi adalah saudara anak-anak yang mempunyai satu bapak dengan beda ibu, ibu-ibu mereka banyak dan agama mereka satu. Aku orang yang pertama setelah Isa Putera Maryam, karena tidak ada diantara aku dan dia seorang nabi, sesungguhnya dia (Isa) akan turun, maka apabila kamu melihatnya maka kenalilah ia: Seorang laki-laki yang tinggi sedang, kulitnya antara merah dan putih, dia memakai dua pakaian yang dicelup dengan debu merah, kepalanya seolah-olah meneteskan air walaupun dia tidak kena basahnya, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menetapkan pajak, menyeru manusia untuk memeluk Islam, maka Allah menyirnakan seluruh kebosanan pada zamannya kecuali Islam, dan ia bersama Allah akan membinasakan al-Masih ad-Dajjal pada zamannya, keamanan terkontrol dimuka bumi hingga singa dapat hidup bersama unta, harimau bersama lembu, serigala bersama kambing, dan anak-anak dapat bermain dengan ular. Dia menetap selama empat puluh tahun di bumi, kemudian wafat dan dishalatkan oleh kaum muslimin” (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah ra. Dan dishahihkan oleh al-Adawi dalam kitab al-Fitan wa al-Malahim)
Isa alaihissalam juga akan memberantas Ya’juj dan Ma’juj.
Dari an-Nawwas bin Sam’an al-Kilabi, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Ketika dia dalam keadaan seperti itu, Allah memberi wahyu kepada ISA, ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba. Tidak satupun kaum yang tunduk jika diperangi oleh mereka. Mereka semakin kuat dari waktu ke waktu’. Kemudian Allah mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj. Dari setiap sisi mereka berkembang. Para penghulu mereka melewati laut kecil Tabristan dan meminum airnya. Sedangkan orang-orang terakhir dari mereka berkata, ‘Dalam laut ini terdapat air yang pahit’. Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya menjadi gelisah, hingga harga satu kepala sapi lebih mahal dari seratus dinar pada zaman kalian ini. Nabi Isa dan para sahabatnya menjadi tidak senang. Lalu Allah mengirimkan cacing-cacing di leher mereka (Ya’juj dan Ma’juj). Mereka pun mati seperti kuda yang mati. Lalu nabi Isa melewati bangkai-bangkai mereka. Mereka (nabi Isa dan para sahabatnya) tidak mendapati satu jengkal tanah pun kecuali telah dipenuhi bau busuk dari bangkai mereka. Nabi Isa lalu mengadu dan mohon pertolongan pada Allah. Lalu Allah mengirim burung-burung yang membawa bangkai-bangkai itu kesuatu tempat yang hanya Allah yang tahu. Kemudian Allah menurunkan hujan yang membasuh bumi hingga menjadi licin. Kemudian diperintahkan pada bumi, “Keluarkanlah buah-buahanmu!” (HR. Muslim)
Kemunculan Dajjal dan Terbukanya Dinding Pemisah yang memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj merupakan tanda-tanda akan datangnya Hari Kiamat.
Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari, ia berkata: “Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tiba-tiba muncul di tengah-tengah kami saat kami sedang membicarakan sesuatu. Ketika melihat kami, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, ”Apa yang sedang kalian perbincangkan?”. Jawab mereka, “Tentang hari Kiamat”. Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari Kiamat tidak akan datang hingga kalian menyaksikan – sebelum itu – sepuluh tanda-tanda kedatangannya. Maka Beliau menyebutkannya, yaitu: adanya asap, munculnya Dajjal, keluarnya hewan melata, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Nabi Isa as, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terjadinya tiga gerhana: gerhana di belahan bumi timur, gerhana di belahan bumi barat, dan gerhana di Jazirah Arab. Adapun tanda yang terakhir adalah munculnya api di Yaman yang menggiring manusia menuju tempat berhimpun, al-Mahsyar.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Laa ilaha illallah, celakalah orang Arab karena keburukan sudah semakin dekat. HARI KIAMAT datang sejak kehancuran Ya’juj dan Ma’juj seperti ini – beliau sambil melingkarkan jari jempolnya dengan jari sebelahnya – Zainab binti Jahsy bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami mendapat celaka padahal ada orang-orang yang shaleh diantara kami?”. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “YA, jika perbuatan nista sudah banyak dilakukan (manusia)” (HR. Bukhari dan Muslim)
BEBERAPA PENELITIAN TENTANG KEBERADAAN DINDING YA’JUJ DAN MA’JUJ
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama Buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah Bab al-Hadid. Orang Persia menyebutnya Dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya Tie-Men-Kuan. Semuanya bermakna PINTU GERBANG BESI.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul.
Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di Republik Georgia.
Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang).
Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Selama 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu.
Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.
Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil.
Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
Wallahu’alam…
BEBERAPA PENELITIAN TENTANG KEBERADAAN DINDING YA’JUJ DAN MA’JUJ
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama Buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah Bab al-Hadid. Orang Persia menyebutnya Dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya Tie-Men-Kuan. Semuanya bermakna PINTU GERBANG BESI.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul.
Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di pegunungan yang sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam maupun Rusia, terletak di Republik Georgia.
Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah). Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail, penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang).
Penguasa Faylan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Selama 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10 hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu.
Ia kemudian tiba di wilayah berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada.
Sallam kemudian pergi menuju pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah. Luas lembah sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, gambaran Sallam tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan dengan sangat detail (Anda yang ingin tahu bentuk detailnya, silakan baca: Muzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq, karya al-Syarif al-Idrisi, hal. 934 -938).
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam. Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Ya’juj-Ma’juj itu.
Dalam Nuzhat al-Musytaq, al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Ya’juj-Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka. Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil.
Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Kalau menurut penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathuthah pegunungan Ya’juj-Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina. Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut Cina adalah daerah-daerah Rusia.
Wallahu’alam…
DENGAN TELAH DITEMUKAN BUKTI-BUKTI KEBERADAAN DINDING PEMISAH YA’JUJ DAN MA’JUJ, PERTANDA HARI YANG DIJANJIKAN ALLAH (KIAMAT) ITU MAKIN DEKAT…
Tidak ada seorang manusia atau makhluk pun yang mengetahui kapan pastinya terjadi Hari Kiamat itu. Kita hanya diberi peringatan-peringatan atas tanda-tanda akhir zaman seperti yang telah banyak disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. al-A’raf (7) : 187)
Mari kita mempersiapkan bekal kita dengan memperbanyak amal kebaikan, tidak menunda-nunda berbuat baik, dan selalu pada jalur FASTABIQUL KHAIRAT…
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”. (QS. Thaha (20) : 15)
Semoga Kisah Dzul Qarnain dan Ya’juj dan Ma’juj ini dapat menjadi pelajaran bagi kita dan kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari Kisah ini.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf (12) : 111)
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu “.
Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al Qur’an).
Barang siapa berpaling daripada Al Quran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.
(QS. Thaha (20) : 98-100)
MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMAN-NYA…
Billahi Taufiq wal Hidayah
Wallahu’alam Bishshawwab
Semoga Bermanfaat…
Note:
Mari mengaji (membaca, mempelajari, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an). Kisah Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juj dan Dinding Pemisah dapat ditemukan dalam al-Qur’an Surat al-Kahfi: 83-98)
Kisah Dzul Qarnain dan Ya’juj dan Ma’juj ini disarikan dari terjemah Kitab Shahih Qashashil Qur’an. Karya Syaikh Hamid Ahmad ath-Thahir al-Basyuni. Darul Hadits, Kairo, Mesir. Bab Kisah Dzul Qarnain, Ya’juj dan Ma’juj.
Penelitian tentang keberadaan dinding pemisah Ya’juj dan Ma’juj, Sumber :http://artikelmenarik.wordpress.com/2010/04/27/mengulas-misteri-tembok-yajuj-dan-majuj-secara-tuntas/
https://pakdeazemi.wordpress.com/.../kisah-dzul-qarnain-dan-yajuj-dan-...
Kisah Dzulqarnain dalam Surat Al-Kahfi
Kisah Dzulqarnain telah diterangkan Al-Qur`an secara panjang lebar dalam Surat Al-Kahfi ayat 83-101. Berikut adalah penjelasannya.“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: ‘Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’ Berkata Dzulqarnain: ‘Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengadzabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengadzabnya dengan adzab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami’.”(Al-Kahfi: 83-88)
Dahulu, ahli kitab atau kaum musyrikin bertanya kepada Rasulullah sallallahu’alahiwassallam tentang kisah Dzulqarnain. Allah subhanahuwata’ala memerintahkan beliau untuk mengatakan:
“Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”
Cerita yang mengandung berita yang memberi kecukupan dan pembicaraan yangmengagumkan. Maksudnya, aku akan bacakan kepada kalian tentang Dzulqarnain, yang bisa menjadi ibrah (pelajaran). Adapun hal-hal lain yang tidak menjadi pelajaran, beliau tidak membacakannya kepada mereka.
“Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku adalah lebih baik.” (Al-Kahfi: 95) Maksudnya, lebih baik daripada apa yang kalian berikan kepadaku. Aku hanyalah meminta kalian untuk membantuku dengan kekuatan tangan-tangan kalian.
“Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi.” Maksudnya, Allah subhanahuwata’ala berikan kekuasaan dan memantapkan pengaruhnya di segenap penjuru bumi, dan ketundukan mereka kepadanya.
“Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka diapun menempuh suatu jalan.” Maksudnya, Allah subhanahuwata’ala memberikan sebab-sebab yang menyampaikan kepada kedudukan yang dicapainya itu. Sebab-sebab itu membantunya untuk menaklukkan berbagai negeri, memudahkannya mencapai tempat-tempat yang paling jauh yang didiami manusia. Dia menggunakan sebab-sebab yang telah Allah subhanahuwataa’la berikan itu, sesuai dengan fungsinya. Karena tidak setiap orang yang mempunyai sebuah sebab, kemudian dia (mau) menjalaninya. Dan tidak setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjalani sebab itu. Sehingga, ketika terkumpul antara kemampuan untuk menjalani sebab yang hakiki dan (kemauan) menjalaninya, tercapailah tujuan.
Dan bila keduanya (kemampuan dan kemauan) atau salah satunya tidak ada, maka tujuan tidak akan tercapai. Sebab-sebab yang Allah subhanahuwata’ala berikan kepada Dzulqarnain tidak diberitakan oleh Allah subhanahuwata’ala maupun Rasul-Nya sallallahu’alaiiwassallam kepada kita. Tidak pula berita-berita itu dinukilkan para ahli sejarah kepada kita dengan penukilan yang meyakinkan. Maka, tidak ada yang pantas bagi kita kecuali diam dan tidak melihat pada apa yang disebutkan para penukil kisah Israiliyat dan yang semacamnya. Hanya saja kita tahu secara global bahwa sebab-sebab tersebut kuat dan banyak, baik sebab internal maupun eksternal. Dengan sebab-sebab itu, dia mempunyai pasukan yang besar, banyak personil dan perlengkapannya, serta diatur dengan baik. Dengan pasukan tersebut, dia mampu mengalahkan musuh-musuh, memudahkannya untuk sampai ke belahan timur, barat maupun segenap penjuru bumi. Allah subhanahuwata’ala memberikan sebab kepadanya yang mengantarkannya sampai ke tempat terbenamnya matahari, hingga dia melihat matahari dengan mata kepala seakan-akan matahari itu tenggelam di lautan yang hitam. Dan ini biasa bagi orang yang hanya ada air (lautan) antara dia dan ufuk terbenamnya matahari. Dia melihat bahwa matahari tenggelam ke dalam laut itu, meskipun dia berada pada puncak ketinggian.
Di sana, yakni di tempat terbenamnya matahari tersebut, Dzulqarnain menemukan sekelompok manusia. “Kami berkata: ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka’.” Yakni, engkau bisa mengadzab mereka dengan pembunuhan, pukulan, atau menawan mereka dan semacamnya. Atau engkau berbuat baik kepada mereka. Dzulqarnain diberi dua pilihan, karena –yang nampak– kaum itu adalah orang kafir atau fasik, atau mereka memiliki sebagian sifat-sifat tersebut. Karena bila mereka adalah kaum yang beriman bukan orang fasik, tentu Allah subhanahuwata’ala tidak memberikan keringanan bagi Dzulqarnain untuk mengadzab mereka. Ini menunjukkan bahwa Dzulqarnain memiliki assiyasah asy-syar’iyyah yang menjadikannya berhak dipuji dan disanjung, karena taufiq yang Allah l berikan kepadanya. Dia lalu berkata: “Aku akan menjadikan mereka dua bagian: “Adapun orang yang aniaya.” Yakni kafir. “Maka Kami kelak akan mengadzabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengadzabnya dengan adzab yang tidak ada taranya.” Yakni, orang yang aniaya akan mendapatkan dua hukuman, hukuman di dunia dan di akhirat. “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan.” Yakni sebagai balasannya, dia akan mendapatkan surga kedudukan yang baik di sisi Allah subhanahuwata’ala pada hari kiamat.
“Dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami.” Yakni, Kami akan berbuat baik kepadanya, berlemah lembut dalam tutur kata, dan Kami permudah muamalah baginya. Ini menunjukkan bahwa Dzulqarnain termasuk raja yang shalih, wali Allah subhanahuwata’ala yang adil lagi berilmu, di mana dia menepati keridhaan Allah dengan memperlakukan setiap orang sesuai dengan kedudukannya.
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila telah datang janji Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al- Kahfi: 89-98)
Maksudnya, Dzulqarnain mendapati matahari terbit di atas komunitas manusia yang tidak memiliki pelindung dari sinar matahari. Bisa jadi karena mereka tidak menyiapkan tempat tinggal, karena mereka masih liar, tidak beradab, dan nomaden. Atau bisa juga karena matahari selalu berada di atas mereka, tidak pernah tenggelam. Sebagaimana hal ini terjadi di wilayah Afrika Timur bagian selatan. Dzulqarnain telah sampai kepada suatu tempat yang belum pernah diketahui penduduk bumi, terlebih pernah mereka datangi (secara fisik) dengan tubuh mereka. Namun demikian, ini semua terjadi dengan takdir Allah subhanahuwata’ala kepada Dzulqarnain dan pengetahuannya terhadap hal itu. Oleh karena itu, Allah subhanahuwata’ala berfirman:
“Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.” (Al-Kahfi: 91)
Maksudnya, Kami mengetahui kebaikan dan sebab-sebab agung yang ada padanya, dan ilmu Kami bersamanya, kemanapun ia menuju dan berjalan.
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.” (Al-Kahfi: 92-93)
Para ahli tafsir berkata: Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju ke utara.
Sampailah dia di antara dua dinding penghalang. Kedua dinding penghalang itu adalah rantai pegunungan yang dikenal pada masa itu, yang menjadi penghalang antara Ya`juj dan Ma`juj dengan manusia. Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir-hampir tidak bisa memahami pembicaraan, karena asingnya bahasa mereka dan tidak cakapnya akal dan hati mereka. Dan Allah subhanahuwata’ala telah memberi Dzulqarnain sebab-sebab ilmiah yang dengannya bahasa kaum itu menjadi bisa dipahami dan dia memahamkan mereka. Dia bisa berbicara kepada mereka dan mereka bisa berbicara kepadanya. Mereka kemudian mengeluhkan kejahatan Ya`juj dan Ma`juj kepada Dzulqarnain. Mereka merupakan dua umat yang besar dari keturunan Adam ‘alaihissalam.
Kaum itu berkata: “Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.” (Al-Kahfi: 94)
yaitu dengan melakukan pembunuhan, perampokan, dan lain-lain.
“Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu….” (Al-Kahfi: 94) maksudnya upah.
“Supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” (Al-Kahfi: 94) Hal ini menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk membangun dinding penghalang, dan mereka mengetahui kemampuan Dzulqarnain untuk membangunnya. Mereka pun memberikan upah kepadanya untuk melakukannya. Mereka menyebutkan sebab yang mendorong hal itu, yaitu perusakan Ya`juj dan Ma`juj di bumi. Dzulqarnain bukanlah orang yang tamak, dia tidak memiliki keinginan terhadap harta dunia. Namun dia juga tidak meninggalkan perbaikan keadaan rakyat. Bahkan tujuannya adalah perbaikan. Sehingga dia memenuhi permintaan mereka karena kemaslahatan yang terkandung di dalamnya. Dia tidak mengambil upah dari mereka. Dia bersyukur kepada Rabbnya atas kekokohan dan kemampuannya.
Dzulqarnain berkata kepada mereka:
“Agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 95) Yakni sebagai penghalang agar mereka tidak melintasi kalian. “Berilah aku potongan-potongan besi.” (Al-Kahfi: 96)
Merekapun memberinya. “Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu.” (Al-Kahfi: 96) yaitu dua gunung yang antara keduanya dibangun penghalang.
“Berkatalah Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu)’.” (Al-Kahfi: 96) Maksudnya, nyalakanlah dengan nyala yang besar. Gunakanlah alat tiup agar nyalanya membesar, sehingga tembaga itu meleleh. Tatkala tembaga itu meleleh, yang hendak dia tuangkan di antara potongan-potongan besi, “Berilah aku tembaga agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” (Al-Kahfi: 96) Maksudnya, tembaga yang mendidih. Aku tuangkan tembaga yang meleleh ke atasnya. Maka dinding penghalang itu menjadi luar biasa kokoh. Terhalangilah manusia yang berada di belakangnya dari kejahatan Ya`juj dan Ma`juj.
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya.” (Al-Kahfi: 97) Maksudnya, mereka tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mendakinya karena tingginya penghalang itu. Tidak pula mereka bisa melubanginya karena kekokohan dan kekuatannya. Setelah melakukan perbuatan baik dan pengaruh yang mulia, Dzulqarnain menyandarkan nikmat itu kepada Pemiliknya. Dia berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku.” (Al-Kahfi: 98) Maksudnya, merupakan karunia dan kebaikan-Nya terhadapku. Inilah keadaan para khalifah yang shalih. Bila Allah subhanahuwata’ala memberikan nikmat-nikmat yang mulia kepada mereka, bertambahlah syukur, penetapan, dan pengakuan mereka akan nikmat Allah subhanahuwata’ala. Sebagaimana ucapan Sulaiman ‘alaihissallam ketika singgasana Ratu Saba` tiba di hadapannya dari jarak yang sedemikian jauh: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (An-Naml: 40)
Ini berbeda dengan orang yang congkak, sombong, dan merasa tinggi di muka bumi. Nikmat-nikmat yang besar menjadikan mereka bertambah congkak dan sombong. Sebagaimana ucapan Qarun ketika Allah subhanahuwata’ala memberinya perbendaharaan yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. Dia berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash: 78) Ucapan Dzulqarnain: “Maka apabila sudah datang janji Rabbku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.” (Al-Kahfi: 98) Maksudnya, waktu keluarnya Ya`juj dan Ma`juj. “Dia akan menjadikannya….” (Al-Kahfi: 98) Maksudnya, menjadikan dinding penghalang yang kuat dan kokoh itu (hancur luluh), dan runtuh. Ratalah dinding itu dengan tanah. “Dan janji Rabbku itu adalah benar.”(Al-Kahfi: 98) “Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain.” (Al-Kahfi: 99) Bisa jadi dhamir (kata ganti mereka) kembali kepada Ya`juj dan Ma`juj –ketika mereka keluar kepada manusia– karena banyaknya jumlah mereka dan meliputi seluruh permukaan bumi, sehingga mereka berbaur satu sama lain. Sebagaimana firman Allah subhanahuwata’ala:
“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya`juj dan Ma`juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (Al-Anbiya`: 96)
Bisa juga kata ganti tersebut kembali kepada seluruh makhluk pada hari kiamat. Mereka berkumpul pada hari itu dalam keadaan banyak sehingga bercampur-aduk antara satu dengan yang lain….” (Diambil dari Taisir Al-Karimirrahman karya Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, hal. 486-487)
Sumber : asysyariah.com
www.darussalaf.or.id › Tafsir
Siapakah Dzulqarnain itu? Siapakah Dzulqarnain itu? Apakah ia seorang nabi?
jawaban global
Nama Dzulqarnain disebutkan dalam surah al-Kahf (18). Terdapat perbedaan pendapat di kalangan penafsir dan sejarawan terkait dengan tinjauan sejarah siapakah Dzulqarnain ini dan di antara para tokoh besar sejarah mana yang lebih cocok untuk pribadi Dzulqarnain ini. Dengan memperhatikan tipologi yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan pendapat para sejarawan, Dzulqarnain adalah Cyrus itu.
Secara umum, para penafsir meyakini bahwa ia berasal dari golongan manusia. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa ia bukan seorang nabi melainkan seorang hamba yang saleh. Imam Baqir As bersabda, "Dzulqarnain bukan seorang nabi melainkan seorang hamba yang saleh yang dicintai oleh Allah Swt. “
jawaban detail
Nama Dzulqarnain disebutkan dalam surah al-Kahf. Sejarah dan nasibnya dijelaskan sekaitan dengan Ya'juj dan Ma'juj (Gog and Magog). [1]
Terdapat banyak perbedaan pendapat di kalangan penafsir dan sejarawan terkait dengan tinjauan sejarah siapakah Dzulqarnain ini dan di antara para tokoh besar sejarah mana yang lebih cocok untuk pribadi Dzulqarnain ini. Nampaknya pertama-tama kita harus menjelaskan tipologi personal Dzulqarnain dan selepas itu kita lihat dengan tokoh sejarah yang mana yang lebih cocok untuk pribadi Dzulqarnain.
Sebaik-baik literatur terkait dengan tipologi Dzulqarnain adalah al-Qur'an dimana al-Qur'an menyebutkan sifat-sifat utama Dzulqarnain sebagai berikut :
1. Allah meletakkan sarana dan faktor-faktor kemenangan di tangannya. [2]
2. Ia mempunyai tiga ekspedisi penting: pertama, ke belahan barat, setelah itu ke belahan timur, dan akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap ekspedisi ini. [3]
3. Ia seorang pria mukmin yang bertauhid, penyayang, dan tidak menyimpang dari jalan keadilan. Dengan alasan ini, ia mendapatkan perhatian yang khusus dari Allah swt. Sosoknya adalah sahabat bagi para budiman dan pembuat kebajikan, tetapi musuh bagi para perusak dan pembuat kejahatan. Ia pun tidak menyukai kekayaan dan harta dunia. [4]
4. Ia mempunyai iman yang kuat kepada Allah dan meyakini adanya Hari Kebangkitan. [5]
5. Ia adalah pembangun salah satu tembok (benteng) yang paling penting dan paling kuat, sebuah tembok yang terbuat dari besi dan tembaga sebagai pengganti konstruksi batu dan bata (dan apabila terdapat bahan bangunan lain di dalam bangunan tersebut, maka semua berada di bawah konstruksi kedua bahan bangunan utama ini). Tujuannya membangun tembok ini adalah untuk membantu kelompok-kelompok lemah dalam menghadapi kekejaman dan kejahatan kaum penentang dan pemberontak. [6]
6. Ia adalah seseorang tokoh yang namanya telah terkenal di kalangan sebagian kaum sebelum turunnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, kaum Quraisy atau Yahudi pernah menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. [7] Sebagaimana firman Allah Swt, Mereka menanyakan kepadamu tentang Dzul Qarnain. (Qs. al-Kahf [18]:83)
Dengan memperhatikan beberapa tipologi yang disebutkan al-Qur’an, lalu Dzulqarnain lebih cocok dengan tokoh penakluk sejarah yang mana? Dalam hal ini, terdapat beberapa pandangan dimana yang paling penting dari beberapa pandangan tersebut terdapat tiga pandangan:
Pertama, Alexander Macedonia (Great Alexander). S ebagian orang memberinya nama Alexander Dzulq arnain. U sia nya tidak lebih dari 36 tahun. Jasadnya dibawa ke Iskandariyah dan dikebumikan di tempat tersebut. [8] Akan tetapi, pendapat ini tertolak karena Alexander adalah seorang musyrik dan penyembah berhala bahkan pada akhir-akhir usianya sebagai hasil kemenangannya atas Achaemenid, ia mengklaim diri sebagai Tuhan. Ia berseberangan dengan apa yang disebut dalam al-Qur’an. [9]
Kedua, sebagian dari sejarawan memandang bahwa Dzul q arnain itu adalah salah seorang R aja Yaman . Menurut pandangan ini, tembok yang dibangun oleh Dzulqarnain adalah tanggul yang terkenal “Ma’rib” (The Ma’rib Dam). [10]
Pandangan ini juga memiliki cela karena tanggul “Ma’rib” (The Ma’rib Dam) di Yaman adalah sebuah tembok yang tidak sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan al-Qur’an terkait dengan tembok Dzulqarnain (Wall of Dzulqarnain) karena tembok Dzulqarnain yang dibangun oleh Dzulqarnain sesuai dengan al-Qur’an dibuat dari besi dan tembaga. Tembok itu dibangun untuk menghalau serangan kaum barbar. Sementara tanggul Ma’rib dibangun dengan konstruksi biasa untuk mengumpulkan air dan mengantisipasi terjadinya banjir . [11] Kedua, di Yaman terdapat beberapa raja yang dikenal sebagai Dzulqarnain, dan tidak jelas apakah mereka itu adalah orang-orang beriman atau tidak! [12]
P endapat ketiga adalah Cyrus Agung (Cyrus The Great) yang dikenal sebagai pendapat paling baru . Pendapat ini dilontarkan oleh ilmuwan masyhur Islam Abul Kalam Azad. Kebanyakan orang lebih fokus pada pendapat ini. [13] Cyrus adalah seorang Iran dan hidup pada masa Dinasti Achaemenid , abad keenam sebelum miladi (BC) . Sebuah dinasti yang menyediakan kapasitas dan ruang bagi terbinanya pribadi Ilahi seperti Dzulqarnain. Dalam hal ajaran dan kebudayaan monoteistik, Cyrus menganut ajaran tauhid asli Iran dan tauhid yang belum terdistorsi oleh orang-orang yang ingin semata-mata mengejar upah yang pada saat itu hal ini sangat banyak ditemukan pada dataran tinggi Iran dan di kalangan orang-orang Iran, Timur dan Barat. [14]
Beberapa alasan Dzulqarnain itu adalah Cyrus
1. Cyrus adalah seorang mukmin, mengenal dan mengesakan Tuhan.
2. Cyrus adalah seorang raja yang adil, ramah kepada warga, pemurah dan budiman.
3. Terkait dengan musuh, ia adalah seorang politikus dan tegas.
4. Tuhan memberikan segala sebab kepadanya untuk mencapai kemenangan.
5. Agama, akal, keutamaan akhlak, kekayaan, keagunganseluruhnya menyatu dalam dirinya.
6. Cyrus mengerahkan pasukan ke wilayah Barat dan mendominasi daerah Lydia (Anatolia) dan sekitarnya.
7. Cyrus kembali bergerak ke arah Timur dan sampai pada Mathila’ al-Syams” dan berjumpa dengan seorang bermukim di sahara dan barbar.
8. Demikian juga, Cyrus membangun tembok dan tembok ini terletak pada lembah Darial (Darial Gorge, Rusia) dan di antara pegunungan Kaukasus dan dekat kota Tblisi (Georgia). [15]
Disebutkan bahwa gelar Dzulqarnain di samping disebutkan dalam al-Qur’an juga dinyatakan dalam Taurat. Sejatinya hubungan dua sumber ini khususnya tentang Dzulqarnain bermula dari sebab pewahyuan (sya’n al-nuzul) ayat-ayat terkait dengan Dzulqarnain, adalah pengajuan pertanyaan ““Mereka menanyakan kepadamu tentang Dzul Qarnain.” (Qs. al-Kahf [18]:83) Pertanyaan ini diajukan oleh Yahudi sendiri atau Quraish dengan provokasi Yahudi kepada Rasulullah Saw dan mereka ingin menyulitkan Rasulullah Saw dengan pertanyaan pelik seperti ini. Melalui jalan seperti ini mereka hendak menaklukkan Rasulullah Saw sehingga menggerus kenabiannya. Karena itu, secara pasti, Dzulqarnain yang disebutkan dalam al-Qur’an adalah Dzulqarnain yang disebutkan dalam Taurat. Ciri-cirinya yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan Taurat jelas.
Objek luaran (mishdaq) Dzulqarnain dalam Taurat sangat jelas. Dzulqarnain adalah Cyrus, Raja Persia lantaran ia merealisasikan visi (nubuat) Daniel dalam bentuk domba bertanduk dua, satu sisi menanduk ke Timur dan lainnya ke Barat. Hal ini merupakan kiasan bahwa ia akan menaklukkan Timur dan Barat, sebagaimana nubuat Yesaya bahwa Cyrus itu adalah “Elang Timur” yaitu panglima yang tajam cengkeramannya dan penyerang dari Timur. [16]
Abul Kalam Azad Hindi berkata, “Boleh jadi visi Daniel merupakan sebuah kisah rekaan. Akan tetapi, apa yang disebutkan secara pasti dalam al-Qur’an merupakan sebuah kisah riil dan nyata. Sejarawan kiwari memberikan kesaksian atas kepribadian tinggi, sifat adil dan utama yang dimiliki oleh Cyrus.”[17]
Hubungan Cyrus dan Dua Tanduk
Pada abad 19 di dekat kolam di samping sungai kecil Morghab (Tajikistan) ditemukan patung Cyrus yang seukuran badan manusia dan menunjukkan bahwa Cyrus memiliki dua sayap seperti sayap elang dari dua sisinya terbuka, dan mengenakan mahkota dan memiliki dua tanduk seperti tanduk domba. Patung ini merupakan contoh paling bernilai seni ukiran kuno sedemikian menarik perhatian para ilmuwan sehingga sekelompok ilmuwan Jerman datang ke Iran hanya untuk melihat patung tersebut.
Dari pencocokan yang tertuang dalam kitab suci dengan ciri-ciri patung ini maka kemungkinan yang diberikan sejarawan semakin kuat dengan penamaan Cyrus sebagai Dzulqarnain (pemilik dua tanduk). Demikian juga mengapa patung batu Cyrus memiliki dua sayap seperti sayap elang. Atas dasar ini, sebagian ilmuwan memeluk Islam dan menjadi Muslim karena pribadi historis Dzulqarnain dapat diketahui dengan jalan ini. [18]
Para sejarawan juga menulis sifat-sifat etis Cyrus seperti yang ditulis oleh Herodotus, sejarawan Yunani, “Cyrus adalah seorang raja mulia, senang berseloroh, lembut dan pemurah. Ia tidak seperti raja-raja lainnya dalam mengeluarkan harta.” [19]
Juga Nouwen menulis, “Cyrus adalah seorang raja yang arif dan penyayang. Sifat kebesaran para raja dan keutamaan para arif berkumpul dalam dirinya. Ia mempunyai sifat kepedulian yang dimiliki oleh para petinggi, penampilannya wajar, syair-syair yang dimilikinya menunjukkan rasa kemanusiaan, dan wujudnya adalah lambang keadilan dan kerendahan hati. Sifat dermawan yang berada di dalam dirinya telah menggantikan kesombongan dan rasa bangganya.” [20]
Berdasarkan apa yang disebutkan di atas tidak ragu lagi bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus Achaemenid (Khurush Hakhâmânasyi). Dewasa ini kebanyakan sejarawan dan penafsir sampai pada kesimpulan ini dan menyokong pandangan ini bahwa Dzulqarnain yang disebutkan dalam al-Qur’an dan Taurat itu satu dan tanpa ragu Dzulqarnain itu adalah Cyrus Agung (Cyrus the Great).
Apakah Cyrus itu Seorang Nabi?
Para penafsir mengungkapkan ragam pendapat dalam hal ini. Sesuai dengan penjelasan Allamah Thabathabai, pada sebagian riwayat, ia diperkenalkan sebagai manusia [21] dan sebagian lainnya memandangnya sebagai seorang malaikat langit. [22] Secara umum para penafsir meyakini bahwa ia berasal dari golongan manusia dan banyak riwayat yang menyebutkan bahwa ia bukan seorang nabi melainkan seorang hamba shaleh.
Imam Baqir As bersabda, “ "Dzulqarnain bukan seorang nabi melainkan seorang hamba yang saleh yang dicintai oleh Allah Swt. ” [23] [IQuest]
www.islamquest.net › Beranda › Bank Pertanyaan › Sejarah
Analisa Sosok Dzulqarnain, Ya'juj Ma'juj dan Negeri Zionis | Tafsir
Oleh Nur Ihsan Jundulloh
Mahasiswa Ummul Quro, Mekah
Siapakah sosok Dzulqarnain yang disebut dalam surat Al-Kahfi?
Syarat sosok Dzulqarnain :
1. Penguasa (innaa makkannaa lahuu fil ardhi)
2. Daerah kekuasaannya membentang dari barat (balagha maghribasy syamsi) sampai timur (balagha mathli'asy syamsi)
3. Penganut monotheis/tauhid (haadzaa rahmatun min rabbii)
4. Pemerintahannya dikenal dengan kebijaksanaan (amma man zolama fasawfa nu'adzibuhu) (wa ammaa man aamana wa 'amila shaalihan falahu jazaa anilhusna)
5. Namanya mesti disebut dalam kitab umat terdahulu (asbabun nuzul surat alkahfi karena kafir quraisy mekah pergi ke yahudi madinah mengkonfirmasi kebenaran nubuwwah muhammad saw, salah satu saran yahudi madinah kepada kafir quraisy mekah adalah untuk menanyakan nabi muhammad tentang dzulqarnain)
Pencarian sosok dzulqarnain dimulai dari kitab umat terdahulu. Sosok dzulqarnain terdapat dalam book of danial 8 : 20. Dalam book of danial 8 : 1-20 dikisahkan mimpi nabi Danial yang melihat seekor kambing dengan 2 tanduk menyeruduk ke barat dan ke timur. Malaikat Jibril memberikan tafsirannya sebagai penguasa wilayah Media dan Persia.
Book of Danial 8 : 20
"The ram that you saw, the one with the horns, represents the king of Media and Persia"
Siapakah sosok penguasa Media dan Persia?
Dia adalah Cyrus The Great. Dikenal sebagai penguasa yang banyak dipuji karena kebijakannya dalam memerintah. Penganut ajaran zoroaster yang notabene monotheis. Dia penakluk kerajaan babilonia. Di kerajaan babilonia ini banyak bani israil yang dijadikan budak. Mereka diperbudak ketika raja nebukadnezar menghancurkan kerajaan bani israil. Allah menceritakan peristiwa tersebut dalam surat al-isra : 5. Kehancuran mereka disebabkan banyaknya pelanggaran terhadap ajaran taurat.
Di zaman Cyrus, setelah penaklukan Babilonia, Bani Israil diperkenankan kembali ke Baitul Maqdis bahkan mendirikan tempat ibadah disana.
Bukan sebuah kebetulan jika yahudi madinah menyarankan kepada kafir quraisy mekah untuk menanyakan nabi muhammad tentang sosok dzulqarnain. Karena ternyata sosok dzulqarnain memiliki jasa besar bagi mereka mengembalikan bani israil ke baitul maqdis.
Dalam kisah dzulqarnain juga terdapat kisah Yajuj dan Majuj. Alquran menyebut Yajuj dan Majuj 2 kali, alkahfi : 94 dan al-anbiya : 96.
Surat al-anbiya : 95-96
"Dan diharamkan atas penduduk sebuah daerah yang Kami hancurkan untuk kembali#sampai ketika dibukakan yajuj dan majuj dan mereka dari setiap tempat yang tinggi (hadab) turun dengan cepat (yansiluun)"
Sebuah pertanyaan penting, daerah mana yang Allah hancurkan dan haramkan penduduknya kembali sampai pintu Yajuj Majuj dibukakan?
Alquran bisa memberikan jawaban atas semua semua peristiwa di muka bumi.
An-nahl : 89
"Dan Kami turunkan alquran sebagai penjelasan atas segala sesuatu"
Apakah sebuah kebetulan penyebutan kisah Yajuj dan Majuj dalam kisah Dzulqarnain? Seperti yang sudah disebutkan, bahwa yahudi madinah menyebut dzulqarnain karena memiliki jasa mengembalikan mereka ke Baitul Maqdis. Demikian juga kisah yajuj dan majuj di surat al-anbiya disebutkan dalam konteks kembalinya sebuah kaum ke sebuah wilayah. Wilayah mana yang dimaksud dalam surat al-anbiya? Dengan metode tafsir alquran bil quran bisa disimpulkan wilayah tersebut adalah Baitul Maqdis...
Penjelasan tentang bisa berdirinya negara israel tahun 1948 dan bisa kembalinya bani israel ke baitul maqdis setelah 2000an tahun mereka dipencarkan oleh Allah di berbagai belahan muka bumi (al-a'raf : 160 & 168) ternyata sudah ada dan diprediksikan dalam alquran. Maha benar Allah dengan firman-Nya
"Wa nazzalnaa 'alaikal quraana tibyaanan likulli syay"
Konsekuensinya adalah benteng (arradm) yang dibangun untuk menyekat Yajuj dan Majuj sudah sejak lama terbuka (futiha). Pertanyaan berikutnya: siapakah sosok Yajuj dan Majuj?
Menarik untuk dicermati ketika Allah memberikan kekuasaan (tamkin) kepada Dzulqarnain dengan daerah kekuasaan yang membentang sangat luas, sudah barang tentu didukung dengan kekuatan militer yang besar. Akan tetapi, yang dilakukan Dzulqarnain terhadap Yajuj dan Majuj tidak sebagaimana yang dilakukan kepada bangsa yang tinggal di barat (maghribasy syamsi) dan timur (mathli'asy syamsi). Di kedua daerah tersebut Dzulqarnain menghukum mereka yang berbuat zalim dan memudahkan urusan yang beriman dan beramal shalih. Kenapa dengan Yajuj dan Majuj tidak melakukan hal yang serupa? (hanya membuat dinding untuk membentengi -ed). Muncul beberapa kemungkinan jawaban:
1. Perintah Allah untuk tidak menyerang Yajuj dan Majuj
2. Yajuj dan Majuj memiliki kekuatan yang sepadan dengan Dzulqarnain.
Jawaban yang kedua mengkonfirmasi hadis Rasulullah yang menceritakan saat nabi Isa bin Maryam berhasil membunuh Dajjal di pintu ludd Allah memerintahkan beliau membawa orang beriman naik ke bukit Thur. Karena Allah mengirim Yajuj Majuj yang tidak bisa ditandingi kekuatannya.
Mencari sosok Yajuj dan Majuj tidak bisa dilepaskan dari lokasi keberadaan dinding (arradm) yang dibangun Dzulqarnain.
Syarat lokasi benteng tersebut setidaknya ada 4:
1. Lokasinya dekat laut yang berlumpur hitam ('ain hamiah)
2. Berada di antara pegunungan yang menyekat dua wilayah dan terdapat satu jalan yang bisa dilewati
3. Terbuat dari campuran besi (hadiid) dan tembaga (qithro)
4. Dinding sudah terbuka/hancur (hadis nabi saat beliau tiba2 terbangun dari tidurnya di rumah zainab dengan muka yang merah penuh rasa khawatir dan takut. Sabda beliau : "celaka bangsa arab karena ada keburukan yang semakin dekat. Hari ini terbuka dinding yajuj dan majuj" (waylun lil 'arab min syarrin qad iqtarab. Futiha alyauma min radmi yajuj wa majuj)
Ibnu katsir menafsirkan laut yang berlumpur hitam ('ain hamiah) adalah laut hitam.
Syekh Mutawalli Asy-sya'rawi menafsirkan pegunungan tersebut adalah pegunungan kaukasus yang terbentang dari laut hitam sampai laut kaspia.
Mengapa harus ada syarat dinding tersebut sudah terbuka?
Karena alquran menyatakan dalam alkahfi : 97 bahwa Yajuj Majuj tidak bisa mendaki dan melubanginya sampai datang waktu yang dijanjikan (alkahfi : 97). Ketika Rasulullah bermimpi dan terbangun kemudian bersabda bahwa pada hari itu dinding telah terbuka maka bisa diambil kesimpulan bahwa dinding saat ini sudah hancur atau dihancurkan.
Pertanyaan berikutnya, siapa bangsa yang tinggal di balik pegunungan kaukasus?
Dari penelusuran sejarah, mereka adalah bangsa Khazar. Mulanya beragama animisme lambat laun mereka menjadi penganut agama yahudi dan sebagian nasrani. Penting untuk dicatat bahwa agama yahudi pada dasarnya adalah agama suku. Agama bani israil. Pindahnya bangsa khazar menjadi penganut yahudi membuat seorang Arthur Koestler menulis sebuah buku berjudul The Thirteenth Tribe (suku ketiga belas). Mengingat dalam alquran pun dijelaskan bani israil terbagi menjadi 12 suku (al-a'raf : 160 & 168).
Secara genetik, bani israil dekat dengan bangsa arab. Sementara saat ini, banyak yahudi yang berkulit putih. Darimana asal mereka? Seperti yang disebutkan mereka berasal dari bangsa khazar. Bangsa khazar menyebar ke eropa timur kemudian ke eropa barat. Sebagian dari mereka kemudian banyak yang hijrah ke amerika.
Adolf Hitler dalam sebuah film dokumenter yang dia buat menyatakan tahun 1932 komposisi penduduk yahudi hanya 1% saja dari penduduk dunia. Akan tetapi 34% dari mereka adalah pengedar narkoba di dunia. 47% pemasok senjata. 47% para penjudi. 82% anggota geng kriminal internasional. 98% penyedia prostitusi.
Satu fakta yang tidak bisa dibantah bahwa zionisme dibentuk oleh bangsa yahudi eropa timur.Zionisme ini yang mengembalikan yahudi & bani israil ke baitul maqdis. Sesuai bukan dengan alquran prediksikan dalam al-anbiya : 95-96?
Dan silakan dilihat fakta berikut. Perdana menteri Israel dan asal kelahiran mereka :
1. David ben gurion, di Polandia
2. Moshe sharett, 1894 di Ukraina
3. Levi eshkol, 1895 di Ukraina
4. Golda meir, 1898 di Ukraina
5. Menachem begin, 1913 Brestlitovski (selatan rusia)
6. Yitzhak shamir, 1915 di Polandia
7. Shimon peres, 1923 di Polandia
Ketika bani israil sudah kembali ke baitul maqdis, ini pertanda bahwa hari kiamat sudah sangat sangat semakin dekat.
Saat kita mengetahui fakta ini bahwa yajuj dan majuj sebenarnya adalah yahudi amerika & eropa non bani israil dan nasrani keturunan bangsa khazar, apa yang kita rasakan? Kaget?
Ya! Pasti
Itu pula yang Allah prediksi dalam
al-anbiya : 97
"Dan semakin dekatlah janji yang haq (kiamat). Maka serta merta orang yang mengingkarinya mata mereka terbelalak..."
Tapi semoga kita tidak digolongkan kepada orang2 yang mengingkari fakta ini
Sekarang mudah untuk menganalisa mengapa sejak zaman dahulu baru sekarang ada aliansi perdamaian antara nasrani dan yahudi. Sangat sulit mencari sejarah dua penganut agama ini berdamai. Penganut yahudi tidak mempercayai nabi isa sebagai almasih karena tidak memenuhi persyaratan mereka. Persyaratan almasih bagi yahudi adalah pemimpin politik, militer, dan penguasa dunia. Almasih bagi yahudi adalah dajjal bagi kaum muslimin. Itu sebabnya mengapa rasulullah dalam banyak hadis menyebutnya sebagai almasih addajjal karena dia akan mengaku sebagai almasih akan tetapi almasih yang banyak melakukan rekayasa dan penipuan (addajjal).
Bangsa khazar/yajuj dan majuj/yahudi non bani israel & nasrani bangsa khazar inilah yang berada di balik aliansi perdamaian yahudi-nasrani. Apakah alquran sudah memprediksikan hal ini? Jelas sudah, karena alquran diturunkan sebagai tibyaanan likulli syayin (annahl 89).
Perhatikan surat almaidah : 51
"Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian jadikan yahudi dan nasrani sebagai wali kalian, SEBAGIAN DIANTARA MEREKA ADALAH WALI BAGI SEBAGIAN YANG LAIN"
Banyak orang yang tidak menyadari hal ini karena mereka bermain di balik tirai. Kelak ketika sudah tiba waktunya, mereka akan menampakan wujud aslinya kepada manusia (khuruj yajuj wa majuj).
Wallahu a'lam bish-showaab.
www.pkspiyungan.org › Bekal › TSAQOFAH
Kisah DZUL QARNAIN dan YA'JUJ dan MA'JUJ
Dzul Qarnain adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana yang telah menjelajahi Bumi sebelah Timur dan Bumi sebelah Barat. Ia adalah seorang mukmin penyebar agama Allah, melaksanakan sebab-sebab dalam mencapai tujuannya dan mempunyai banyak keajaiban atas kuasa Allah SWT. Ia mengajak penduduk negeri-negeri yang ditaklukkannya untuk beriman kepada Allah.
Dalam perjalanannya ke belahan barat bumi, Dzul Qarnain bertemu dengan suatu kaum yang hidup dalam ketakutan yang mencekam. Al-Qur’an menyebut tempat itu sebagai BAIN AS-SADDAIN, sebuah daerah yang terdapat diantara DUA GUNUNG yang sepadan tingginya.
Pembangunan Dinding Pemisah
Dzul Qarnain mendapati kaum itu, “Suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan” (QS. Al-Kahfi (18) : 93). Untuk mempertahankan diri, mereka tidak bisa lagi dan sangat ketakutan kepada kezaliman dan kerusakan yang diperbuat oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Kaum itu berkata, “Wahai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu dapat membuat DINDING PEMISAH antara kami dan mereka?” (QS. Al-Kahfi (18) : 94)
Dzul Qarnain menolak tawaran harta dari kaum itu karena dia sudah mencukupi dengan harta yang diberikan Allah kepadanya. Ia hanya mengharap pahala jika dapat menolong mereka. Dzul Qarnain lalu berkata, “Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat)” (QS. Al-Kahfi (18) : 95)
Meskipun Dzul Qarnain mempunyai banyak bala tentara dan pengikut, ia tetap meminta pertolongan kaum tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang dinamakan MELAKSANAKAN SEBAB-SEBAB. Mereka lalu mengumpulkan harta, alat-alat, dan bersama-sama membantu Dzul Qarnain membangun DINDING PEMISAH dan menutup celah-celah diantara kedua gunung itu supaya dapat menutup jalan keluar terakhir bagi Ya’juj dan Ma’juj. Dzul Qarnain memenjarakan Ya’juj dan Ma’juj di negerinya sendiri. Bangunan seperti bendungan itu terbuat dari besi. Dinding dan tiang besarnya terdiri dari potongan-potongan besi dan tembaga.
Dzul Qarnain memerintahkan mereka, “Berilah aku potongan-potongan besi” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Maka kaum itu pun mendatangkan potongan-potongan besi kepadanya. Kemudian dia meletakkan potongan-potongan besi itu bertumpuk satu sama lainnya diatas pondasi. Dan akhirnya besi-besi itu sama rata tingginya dengan kedua puncak gunung itu. Jadi, banunan itu bentuknya benar-benar tinggi dan besar.
“Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu” (QS. Al-Kahfi (18) :96)
Lalu Dzul Qarnain berkata, “Tiuplah (api itu)”. Sebagaimana pandai besi meniup api dengan semprongnya. Mereka pun menyalakan api pada seluruh besi itu hingga membara.
“Beri aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan keatas besi panas itu” (QS. Al-Kahfi (18) : 96)
Tembaga mendidih pun dialirkan keseluruh permukaan besi. Sungguh suatu pekerjaan yang sangat sulit dilakukan bahkan untuk dibayangkan. Membangun sebuah DInding Pemisah diantara dua buah gunung tinggi terbuat dari besi dan tembaga. Itulah kelebihan yang diberikan Allah kepada Dzul Qarnain. Suatu mukjizat seperti Allah mengilhamkan Nuh alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera yang sangat besar. Maka Dzul Qarnain membuat sebuah Dinding besar yang menyatukan dua buah gunung yang tinggi dengan bahan-bahan yang tidak lazim pada masa itu yaitu BESI dan TEMBAGA.
Adapun Ya’juj dan Ma’juj, “Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya” (QS. Al-Kahfi (18) : 97)
Keberadaan besi dan tembaga itu membuatnya sangat licin dan sangat sulit untuk didaki ataupun dilobangi. Akhirnya Ya’juj dan Ma’juj terpenjara di balik kedua gunung itu dan kaum itu pun merasa aman.
Dzul Qarnain lalu berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar” (QS. Al-Kahfi (18) : 98)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi” (QS. Al-Anbiyaa’: 96)
Lalu bagaimana kita dapat memahami dan meyakini bahwa mereka masih berada disana saat ini sampai akhir zaman nanti? Allah azza wa jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ingatlah ketika Kaum Nabi MUSA alaihissalam yang tersesat di PADANG TEH selama 40 tahun.
Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.
Mari kita mempersiapkan bekal kita dengan memperbanyak amal kebaikan, tidak menunda-nunda berbuat baik, dan selalu pada jalur FASTABIQUL KHAIRAT…
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”. (QS. Thaha (20) : 15)
Semoga Kisah Dzul Qarnain dan Ya’juj dan Ma’juj ini dapat menjadi pelajaran bagi kita dan kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari Kisah ini.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf (12) : 111)
Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu “
Wallahu’alam Bishshawwab
Semoga Bermanfaat…
https://id-id.facebook.com/info.detik.co.id/posts/538091499612342
Tidak ada komentar:
Posting Komentar