Dalam perjalanan Isra’ banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang rasulullah tidak mengerti, sehingga membuat beliau bertanya-tanya kepada Malaikat Jibril, peristiwa yang aneh yang dialami oleh rasulullah itu adalah ketika rasulullah SAW diminta untuk memilih susu dan arak, rasulullah kemudian memilih susu, kemudian Jibril pun berkata kepada beliau “sesungguhnya engkau telah kembali dalam fitrah”,[1]karena susu itu adalah susu yang belum tercampur oleh zat apapun, susu itu masih dalam keadaan murni, karena itulah Jibril mengatakan bahwasannya engkau kembali kepada fitrah.
Mengapa Malaikat Jibril mengatakan kepada rasulullah, bahwasannya engkau telah kembali kepada fitrah, karena pada dasarnya akal itulah yang dapat menerima semua kewajiban yang diperintahkan Allah kepada kita, dan minuman keras adalah sesuatu yang dapat menutup akal kita, dan kita tidak dapat menerima dan menjalankan perintah Allah dengan baik. Dan apabila minuman itu diminum oleh manusia, sesungguhnya itu membuat akal tidak berjalan dengan baik.
Dan inilah pelajaran yang rasulullah berikan untuk umat Islam, yakni agar selalu mensucikan akalnya.
Akal adalah merupakan nikmat yang terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia, dan inilah yang membedakan kedudukan antara manusia dengan binatang. Karena binatang tidak memiliki akal, akan tetapi manusia memilikinya.
Kemudian rasulullah juga diperlihatkan oleh Allah suatu kejadian yang sangat aneh, dimana rasulullah diperlihatkan dengan orang yang sedang memakan bulatan-bulatan api,[1] setelah melihat kejadian ini, rasululah pun bertanya kepada Malaikat Jibril, siapakah mereka wahai Jibril? Jibril pun menjawab “mereka adalah perumpamaan umatmu yang suka memakan harta anak yatim”. Subhanallah inilah perumpamaan orang yang suka memakan harta anak yatim. Padahal Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya tentang akibat dan perumpamaan orang yang memakan harta anak yatim, firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:”Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim”. (Q.S. Al-Ma’un: 1-2)[2]
Jadi orang yang memakan harta anak yatim adalah orang yang mendustakan agama, dan balasan bagi orang yang suka memakan harta anak yatim adalah memakan bulatan-bulatan api. Dan inilah pelajaran bagi umat Islam khususnya, dimana kita harus menyayangi anak-anak yatim dan jangan pernah kita menghardik mereka.
Kemudian rasulullah menjumpai suatu kaum yang bercocok tanam lalu mengetamnya pada hari itu juga, bahkan setelah diketam, tanaman itu tumbuh kembali, diketam lagi, tumbuh kembali dan ini terjadi berulang-ulang.[3] Setelah melihat kejadian ini rasululah pun bertanya kepada Malaikat Jibril, “wahai Jibril siapakah mereka? Malaikat Jibril pun menjawab” mereka adalah orang yang berjihad di jalan Allah”.
Yang demikian itu adalah karena jihad itu merupakan wasilah yang menyampaikan petunjuk Allah kepada makhluk-Nya. Jihad fi sabilillah adalah berarti juga melapangkan jalan atau mengalirkan dakhwah yang datang dari Allah kepada manusia supaya mendapat petunjuk. Karena itulah balasan bagi mereka digambarkan dalam peristiwa Isra’ dengan tanaman yang diperoleh secara berlipat ganda.
Mengapa mereka mendaptkan imbalan terus-menerus? Inilah hal yang menjadi pertanyaan bagi umat Islam khususnya, karena mereka telah berjuang di jalan Allah SWT demi membantu agama Allah, dan mereka mencurahkan harta dan tenaganya dengan tidak ada paksaan, semua yang mereka lakukan hanyalah bermodalkan keikhlasan. Sehingga layaklah baginya jika Allah SWT menggantikan apa-apa yang telah diperjuangkannya di jalan Allah SWT dengan imbalan yang terus-menerus.
Dan ini semua adalah balasan dari Allah SWT, karena Allah pasti akan membalas atas semua yang telah diperjungkan di jalan Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:Katakanlah,”Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambanya.”Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik”. (Q.S. Saba’: 39)[4]
Kemudian rasulullah juga diperlihatkan dengan perumpamaan dunia yang begitu indah bagaikan perhiasan, tetapi juga sesuatu yang melalaikan dan sebagai permainan, firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:”Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertempuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik”.(Q.S. Al-‘Imran: 14)[5]
Allah SWT mengumpamakan dunia yang penuh dengan keindahan ini dan bagaikan perhiasan yang begitu indah, dengan wanita yang tua renta yang memakai berbagai macam perhiasan,[6] setelah melihat kejadian ini rasulullah pun bertanya kepada malaikat Jibril, “wahai Jibril siapakah ia? Jibril pun menjawab: “ia adalah perumpamaan akan umur dunia yang sudah tersisa”.
Dengan peristiwa ini seolah-olah rasulullah SAW berkata “tiada yang tersisa dari umur dunia ini kecuali seperti yang tersisa dari umur wanita ini”. Dan yang menjadi permasalahan adalah, mengapa manusia masih saja disibukan dengan perhiasan dunia dan kenikmatan dunia, dan banyak dari mereka yang tidak memikirkan akhirat.
Maka dari itu, ini adalah pelajaran bagi umat manusia agar menabung amal disisa umur dunia ini. Dan inilah pelajaran yang sangat agung bagi umat Islam, bahwasannya kehidupan di dunia ini hanyalah untuk menabung amal kebaikan.
Dalam ayat Al-Qur’an Allah juga memberikan perumpamaan yang berbeda kepada dunia, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya:”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(Q.S. Al-Hadid: 20)[7]
Sungguh dunia ini adalah permainan dan kehidupannya adalah suatu kelalaian bagi manusia, akan tetapi itu semua tergantung kepada diri kita sendiri, apakah kita menggunakan kehidupan kita disisa dunia ini dengan kebaikan, ataukah dengan keburukan. Dan perumpamaan yang rasulullah dapatkan dari perjalanan Isra’ Mi’raj dengan wanita tua yang memakai berbagai macam perhiasan, dan ini adalah perumpamaan sisa umur dunia, akan tetapi dalam ayat ini Allah mengumpamakan dunia yang indah akan tetapi melalaiakan dengan tanaman padi yang telah tersirami air hujan dan membuat bangga para petani, dan menjadikan padi itu menguning, akan tetapi ketika padi itu hendak panen, padi itu hancur dan tidak memberikan hasil yang bagus. Inilah perumpamaan dunia yang penuh dengan kesenangan, akan tetapi kesenangan itu hanyalah suatu kebohongan yang nyata bagi manusia yang menyadarinya.
Kemudian rasululah juga diperlihatkan oleh Allah SWT kepada pemandangan yang lain lagi, yaitu orang-orang yang menggunting bibir dan lidahnya sendiri. Setelah melihat kejadian itu, rasulullah pun bertanya kembali kepada Malaikat Jibril. “wahai Jibril siapakah mereka? Jibril pun menjawab pertanyaan rasulullah tersebut, “sesungguhnya mereka adalah umat mu yang selalu menyebarkan fitnah dan tidak pernah melakukan apa-apa yang telah ia sampaikan kepada seluruh umat manusia, dan lisannya lebih manis dari pada madu, akan tetapi perbuatannya selalu menjengkelkan hati orang lain.
Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an, bahwasannya orang yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah orang yang tidak melakukan atas apa-apa yang telah ia sampaikan kepada orang lain, firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang kamu kerjakan.(Q.S. As-Saff: 2-3)[8]
Inilah rahasia yang tersirat dalam peristiwa Isra’ rasulullah, banyak hal yang tidak rasulullah mengerti, dan membuatnya bertanya-tanya kepada Malaikat Jibril. Sungguh ini semua adalah kehendak Allah SWT dengan apa-apa yang Dia kehendaki. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya, semua apa-apa yang Dia inginkan bisa terjadi dengan hanya menyebutkan “Kun Fayakun”. Jadilah maka jadi.
Disinilah banyak peristiwa yang belum diketahui oleh kebanyakan manusia, khususnya umat Islam. Pada saat Mi’raj rasulullah melihat dan bertemu dengan nabi-nabi sebelum beliau dan beliau pun melihat Malaikat Jibril dengan wujud yang aslinya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an menjelaskan tentang penglihatan rasulullah yang tidak berpaling sama sekali, firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya:”(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya”.( Q.S. An-Najm: 16-17)[9]
Sungguh jelas firman Allah yang menjelaskan bahwasannya Nabi Muhammad SAW telah melihat Malaikat Jibril dengan wujud aslinya. Ini adalah kehendak Allah dan kekuasaan Allah untuk memperlihatkan Jibril dengan wujud aslinya. Dan inilah rahasia yang besar yang terjadi dalam peristiwa Mi’raj.
Rahasia dalam peristiwa Mi’raj rasulullah telah terangkum dalam hadits rasulullah yang menjelaskan bahwa setiap penjaga langit sangat menghormati, memuliakan, dan merasa senang dengan kedatangannya (Nabi Muhammad SAW). Dan beliau bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya di setiap tangga langit, dan pertemuan rasulullah dengan nabi-nabi sebelum beliau memiliki makna tersendiri.
Imam Bukhori mengatakan di dalam kitab shahihnya: Babul Mi’raj, telah diceritakan kepada kami oleh Hadibah Ibnu Khalid (katanya): telah diceritakan kepada kami Hammam bin Yahya (katanya): telah diceritakan kepada kami dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
”Ketika aku sedang berada di Hathim dan ada pula beliau berkata: di Hijir sedang berbaring, tiba-tiba aku didatangi oleh seseorang, lalu ia memotong.” Berkata Qatadah, “aku mendengar Anas berkata,”lalu ia (pendatang) itu membelah diantara ini dan ini.”Aku bertanya kepada Jarud, (yang berada disampingku)”apakah yang dimaksud dengan itu?”ia menjawab,”dari bawah lehernya sampai ke bulu ari-arinya. “Sabda Nabi,”lalu orang itu mengeluarkan hatiku. Kemudian aku dibawakan sebuah bejana dari emas berisi iman. Lalu dicucilah hatiku, lantas diisi kemudian dikembalikan. Kemudian didatangkan seekor binatang yang tubuhnya lebih kecil dari pada Baghal dan lebih besar daripada Himar (Keledai), putih rupanya”. Lalu Jarud berkata kepadanya: itu ialah Buraq, ya Aba Hamzah”. Anas berkata: “ya, binatang itu sekali melangkah sejauh mata memandang”. Lalu aku (kata Nabi Muhammad SAW) dinaikan keatasnya. Kemudian Jibril membawa aku sampai ke langit dunia (pertama), lantas ia minta dibukakan, Penjaga langit itu bertanya “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya” maka diucapkan oleh penjaga itu kata sambutan “selamat datang baginya, sebaik-baik orang yang datang telah datang”. Lalu penjaga itu membuka pintu itu, maka disana terdapat Adam As, maka Jibril berkata”ini ayahmu Adam”. Sampaikan salam kepadanya, lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu ia menjawab salam ku, lantas berkata “selamat datang anak yang shalih dan Nabi yang shalih. Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit kedua dan jibril pun meminta agar langit itu dibuka. Penjaga langit itu bertanya “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya” lalu disambut dengan ucapan “selamat datang sebaik-baik orang yang datang. Lalu penjaga itu membuka langit. Maka ketika aku melalui langit itu aku melihat Yahya As dan Isa As, mereka berdua ini anak laki misanan dari pihak bibi mereka. Jibril berkata “ ini Yahya dan Isa, maka berilah salam kepadanya, maka aku pun mengucapkan salam kepada keduanya dan mereka pun membalas salamku, lalu mereka berkata “selamat datang bagi saudara yang shaleh dan Nabi yang shalih”. Kemudian Jibril naik membawaku ke langit ketiga, lalu ia meminta langit itu dibuka.
Ia ditanya oleh penjaga itu “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya, benar” lalu penjaga itu berkata “selamat datang sebaik-baik orang yang datang”. Maka ketika aku telah melewati langit itu, terdapat Yusuf As. Jibril berkata “ ini Yusuf sampaikanlah salam kepadanya.
Aku pun mengucapkan salam kepadanya, lalu ia menjawab salamku. Kemudian ia berkata “ selamat datang bagi saudaraku yang shaleh dan Nabi yang shalih”. Kemudian naiklah Jibril denganku sampai ke langit kempat.
Maka ia mohon dibuka langit itu. Kemudian Jibril ditanya “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya”. Berkatalah penjaga itu “selamat datang, berbahagialah orang yang datang. Setelah aku melalui langit itu, maka kelihatanlah Idris As, sampaikanlah salam kepadanya. Maka aku pun memberikan salam kepadanya, dan ia pun mejawab “selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih”. Kemudian naiklah Jibril bersamaku ke langit kelima, lalu ia minta langit itu dibuka.
Ia ditanya pula oleh penjaga langit itu “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya”. Maka penjaga itu pun mengucapkan “selamat datang, sebaik-baik yang datang”.
Maka setelah aku lalui langit itu, aku lihat Harun As, maka Jibril berkata “ucapkanlah salam kepadanya, maka aku ucapkan salam kepadanya dan dijawab olehnya, lalu ia berkata “selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih. Kemudian naiklah Jibril bersamaku hingga langit keenam. Lalu ia meminta langit itu dibuka. Penjaga itu bertanya “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya”. Penjaga itu berkata “selamat datang sebaik-baik yang datang”. Maka setelah aku lalui langit itu, disana ada Musa As, maka ucapkanlah salam kepadanya.
Aku pun mengucapkan salam kepadanya dan ia jawab salamku itu lalu berkata “selamat datang saudarku yang shalih dan Nabi yang shalih. Tatkala aku melanjutkan prejalanan ia menangis, lalu ia ditanya “ mengapa engkau menangis?” ia menjawab, aku menangis seorang muda diutus sesudahku dan dari umatnya lebih banyak masuk surga dari pada umatku. Kemudian Jibril membawaku ke langit ketujuh, Jibril pun meminta langit itu dibuka, kemudian ia ditanya “siapakah ini? Jawab Jibril “Jibril” dia bertanya lagi “siapa yang bersama mu? Jibril menjawab “Muhammad”. penjaga itu bertanya lagi “apakah ia telah dipangil untuk menghadap? Jibril menjawab “ya”. Penjaga itu berkata selamat datang baginya, sebaik-baik orang yang datang”.
Maka ketika aku melalui langit itu aku melihat Ibrahim As. Jibril berkata “ini ayahmu, maka berikan salam kepadanya, aku pun mengucapkan salam kepadanya, ia menjawab salamku lalu berkata,”selamat datang anak yang shalih dan Nabi yang shalih. Kemudian diperlihatkan kepadaku “Sidartul Muntaha” yang buahnya seperti labu Hajar dan daunnya seperti telinga-telinga gajah. Jibril berkata “ini Sidratul Muntaha”. Terdapatlah di situ empat sungai, dua sungai di dalam dan dua sungai nampak di luar. Maka aku bertanya kepada Jibril “apa keduanya ini wahai Jibril ? Jibril pun menjawab “dua sungai yang terbit di dalam itu, dua sungai yang di surga, dua sungai yang terbit diluar itu ialah sunagi Nil dan sungai Furat. Kemudian diperlihatkan kepadaku Baitul Ma’mur.
Kemudian didatangkan kepadaku sebuah bejana berisi madu, lalu aku mengambil bejana yang berisi susu maka Jibril berkata “inilah kesucian yang engkau dan umatmu berada di atasnya”. Kemudian diwajibkan atasku shalatlima puluh kali setiap hari. Musa berkata “sesungguhnya umatmu tidak sanggup melakukan lima puluh kali shalat setiap harinya, dan sesungguhnya aku demi Allah, telah mencoba manusia sebelum engkau dan aku pernah merawat Bani Israil dengan perawatan yang betul-betul, maka dari itu kembalilah kepada tuhanmu dan mohonlah dari pada-Nya keringanan untuk umatmu, lalu aku kembali, kemudian Dia memberikan keringanan sepuluh. Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu ia berkata lagi seperti tadi. Maka aku pun kembali menghadap kepada Allah, lalu dikurangkan sepuluh lagi, aku kembali kepada Musa, dan ia pun berkata seperti semula. Maka aku kembali kepada Allah, lalu diperintahkan atasku sepuluh kali shalat setiap hari. Kembali lagi aku kepada Musa dan ia berkata seperti perkataannya semula. Lalu aku kembali menghadap kepada Allah, maka diperintahkan kepadaku lima kali shalat setiap hari. Aku kembali kepada Musa, lalu ia bertanya “apakah yang diperintahkan kepadamu? Aku menjawab “aku diperintahkan melakukan limakali shalat dalam seharinya. Musa berkata “sesungguhnya umatmu tidak sanggup melakukan lima kali shalat setiap hari. Sesungguhnya aku telah mencoba manusia sebelum engkau dan aku telah merawat Bani Israil dengan perawatan yang sebenar-benarnya, maka kebalilah kepada tuhanmu dan mintalah keringanan untuk umatmu. Nabi menjawab “aku telah memohon kepada Tuhanku hingga aku merasa malu, maka aku menerima dan menyerah. Di saat itu aku kembali, ada seorang penyeru menyeru kepadaku “aku telah meluluskan fardhuku dan telah meringankan kepada hamba-hambaku”.[10]
Inilah hadits yang menjelaskan bahwasannya Nabi Muhammad SAW sangat dihargai dan dihormati oleh setiap penjaga langit, dan mereka sangat senang dengan datangnya rasululah, dan di setiap langit, rasulullah bertemu dengan para nabi sebelum beliau. Inilah rahasia yang terkandung dalam peristiwa Mi’raj rasulullah SAW. Sungguh mulia Nabi Muhammad SAW, beliau dapat bertemu dengan nabi-nabi sebelum beliau, padahal ini adalah suatu hal yang mustahil, bagaimana bisa Nabi Muhammad SAW yang masih hidup dapat bertemu dengan nabi-nabi sebelum beliau yang sudah meninggal jauh sebelum beliau terlahir ke dunia. Tetapi inilah kekuasaan Allah yang Maha Agung lagi Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang Dia kehendaki.
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu mempunyai maksud tertentu, di langit pertama rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam As, ini bermaksud agar Nabi Muhammad SAW mengetahui ayahnya, karena Adam As adalah manusia yang pertama kali di ciptakan oleh Allah.
Kemudian di langit kedua rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa As, ini disebabkan karena Nabi Musa As memiliki pengalaman dalam menghadapi penguasa negerinya yang tiran, yaitu Fir’aun. Dan dari pertemuan ini rasulullah mendapatkan pelajaran yang sangat besar untuk membuat strategi dakwah di negeri yang penuh dengan kedzaliman.
Kemudian pertemuan rasulullah SAW dengan Nabi Harun As, ini disebabkan karena Nabi Harun As memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Di saat inilah Nabi Muhammad SAW mendapatkan ilmu untuk berbicara dengan baik dan berkomunikasi dengan baik.
Kemudia Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Yahya As, ini disebabkan karena Nabi Yahya As mempunyai pengalaman dalam menghadapi Raja Romawi, dari pertemuan ini rasulullah Saw mendapatkan cara yang baik untuk melawan Raja Romawi maupun Persia.
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Isa As, ini dikarenakan Nabi Isa As memiliki pengalaman dari umatnya sendiri yang mengkhianati dirinya, rasulullah pun mengambil ilmu yang telah dialami Nabi Isa As tersebut.
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Yusuf As, disebabkan Nabi Yusuf As memiliki kemampun untuk mengelola keuangan Negara. Ilmu yang sangat besar yang diambil rasulullah SAW dari pertemuannya dengan Nabi Yusuf As.
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Idris As, disebabkan karena Nabi Idris As adalah seorang cendikiawan, maka dari itu rasulullah SAW mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat setelah pertemuannya dengan Nabi Idris As.
Dan terakhir di langit ke-tujuh rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim, pertemuan ini disebabkan karena Nabi Ibrahim As adalah “Bapak Tauhid”[11]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar