Tampilkan postingan dengan label sahabat rasul saw yg 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sahabat rasul saw yg 10. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Oktober 2014

Abu Ubaidah bin Al Jarrah radhiallahuanhum

Nasab Abu Ubaidah bin Al Jarrah bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada garis keturunan Fihri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan pengakuan bahwa ia salah seorang penghuni surga dan menjulukinya Aminul Ummat (kepercayan umat). Di samping itu, ia memiliki banyak keistimewaan dan tersohor.
Beliau telah banyak meriwayatkan hadits dan selalu aktif dalam setiap peperangan umat Islam.Diriwayatkan dari Yazid bin Ruman, ia berkata, “Ibnu Madz’un, Ubaidah bin Al Harits, Abdurrahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdul Asad, dan Abu Ubaidah bin Al Jarrah, pernah berangkat dalam misi menemui Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika bertemu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan mereka agar masuk Islam sekaligus menjelaskan tentang syariat kepada mereka. Seketika itu pula, secara bersamaan mereka masuk Islam. Peristiwa itu terjadi sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke Darul Arqam.Abu Ubaidah juga pernah mendapat cobaan (musibah) yang berat pada waktu perang Uhud. Pada saat itu, Abu Ubaidah menahan dua arah serangan musuh yang ditujukan kepada Rasulullah, sehingga ia terkena pukulan yang mengakibatkan dua giginya rompal. Namun hal itu justru membuat mulutnya nampak semakin indah, sehingga muncul rumor bahwa tidak ada yang lebih indah jika kehilangan gigi melebihi indahnya gigi Abu Ubaidah.Diriwayatkan dalam banyak riwayat, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap umat memiliki orang yang dipercaya, dan orang yang dipercaya umat ini adalah Abu Ubaidah Al Jarrah.”Diriwayatkan dari Amr bin Al Ash, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya,‘Siapakah orang yang lebih engkau cintai?’ Beliau menjawab, ‘Aisyah’. Ditanyakan lagi, “(Siapa yang engkau cintai) dari golongan laki-laki?’ Beliau menjawab, ‘Abu Bakar’. Lalu ditanyakan lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Abu Ubaidah bin Al Jarrah’.”Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada beberapa orang sahabat yang sedang duduk bersamanya, “Berharaplah kalian!” Para sahabat pun berharap. Umar berkata lagi, “Tetapi aku mengharapkan sebuah rumah yang dipenuhi oleh orang-orang seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah.” Diriwayatkan dari Thariq, ia mengatakan bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu pernah mengirim surat kepada Abu Ubaidah menyinggung masalah wabah penyakit, “Sebenarnya aku sedang dalam masalah besar dan aku sangat membutuhkan bantuanmu, maka segeralah datang ke sini!” Ketika Abu Ubaidah membaca surat tersebut, ia berkata, “Aku mengerti masalah besar yang sedang dihadapi Amirul Mukminin. Dia sebenarnya ingin menyisakan orang yang seharusnya tidak tersisa.Abu Ubaidah kemudian membalas dan berkata, “Aku sebenarnya telah mengetahui masalahmu, maka urungkan dulu keinginanmu itu padaku sebab aku berada di tengah-tengah pasukan Islam (sedang berperang) dan aku tidak membenci mereka.” Ketika Umar membaca tulisan tersebut, ia pun menangis. Setelah itu ada yang bertanya kepadanya, “Apakah Abu Ubaidah meninggal?” Ia menjawab, “Tidak, tetapi sepertinya ia akan meninggal.” Tak lama kemudian Abu Ubaidah wafat dan wabah itu pun hilang.Ketika Damaskus telah berhasil dikuasai, pada saat itulah dia baru menunjukkan kekuasaannya, yakni membuat perjanjian damai dengan bangsa Romawi hingga akhirnya mereka bisa membuka pintu Selatan dengan jalan damai.Jika Khalid bin Al Walid menaklukkan Romawi dengan cara militer dari arah Timur, maka Abu Ubaidah meneruskan penaklukkan tersebut melalui perjanjian damai.
Diriwayatkan dari Al Mughirah,bahwa Abu Ubaidah membuat perjanjian dengan mereka untuk menjamin keselamatan tempat ibadah dan rumah mereka.Abu Ubaidah adalah pemimpin pasukan Islam dalam perang Yarmuk, perang yang menelan banyak korban dari pihak musuh dan berhasil memperoleh kemenangan. Abu Ubaidah wafat tahun 18 H, dalam usia 58 tahun.
Sumber: Ringkasan Siyar A’lam an Nubala’, Imam Adz-Dzahabi, Penyusun: Dr.Muhammad Hasan bin Aqil Musa asy-Syarif, Pustaka Azzam, Hal.139-145.

Abdurrahman bin Auf radhiallahuanhum

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang kaya raya dan dermawan karena kemahirannya dalam berdagang. Ia termasuk salah satu sahabat nabi yang permulaan menerima Islam (Assabiqunal Awwaluun). Abdurrahman memeluk agama Islam sebelum Rasulullah saw menjadikan rumah al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah SWT dua hari sesudah Abu Bakar al-Shiddiq masuk Islam.Abdurrahman bin 'Auf dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun Gajah dan umurnya lebih lebih muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan pada tahun gajah yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman dilahirkan pada tahun 581M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi s.a.w. menggantikannya menjadi Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya bertemu dengan Nabi s.a.w. pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya adalah Abu Muhammad sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama Asysyifa binti 'Auf bin Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama.Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa ia berfatwa tatkala Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain. Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”Beliau merupakan salah seorang shahabat Nabi s.a.w. yang dijamin masuk syurga Diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Sa'id bin Zayd berkata: Rasulullah s.a.w. berkata: sepuluh orang yang dijamin masuk syurga: Abu Bakar, Umar, Ali, Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Beliau berkata: beliau telah menyebutkan satu persatu dari yang sembilan orang dan kemudian berhenti sejenak pada bilang yang kesepuluh. Maka orang bertanya-tanya: kami memohon kepadamu atas nama Allah siapakah orang yang kesepuluh? Beliau menjawab: kalian meminta keseriusan saya atas nama Allah, (orang yang yang kesepuluh adalah) Abu al-A'war (kinayah terhadap Sa'id bin Zaid).Nabi s.a.w. juga bersabda: "Engkau adalah orang kepercayaan penduduk bumi dan engkau juga orang kepercayaan penduduk langit.Abdurrahman bin Auf meninggal pada tahun 31H, dalam pendapat lain disebutkan pada tahun 32H ketika berumur 75tahun. Dalam pendapat lain disebutkan berumur 72tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi' yang diimami oleh Utsman berdasarkan wasiatnya. Diriwayatkan oleh Ibnu al-Najjar di dalam kitab Akhbar al-Madinah dengan sanadnya dari Abdurrahman bn Humaid dari Bapaknya berkata: ketika ajal hendak menjemputnya Aisyah mengirimkan seseorang kepadanya supaya dikuburkan di sisi Rasulullah s.a.w. dan kedua saudaranya, maka ia menjawab: saya tidak mau menyempitkan ruang rumahmu karena sesungguhnya saya telah berjanji kepada Ibnu Maz'un siapa saja yang meninggal maka akan dikuburkan di sisi sahabatnya dan dengan demikian makam Utsman bin Maz'un dan Abdurrahman bin Auf berada di sisi qubah Ibrahim bin Nabi s.a.w.


Sa’id bin Zaid radhiallahuanhum


Menjelang hembusan nafas terakhirnya, Zaid berkata, Ya Allah, jika Engkau memang tidak menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka janganlah Engkau halangi anakku (Sa’id) darinya.”
Doa Zaid ini masih menggantung di antara langit dan bumi, hingga pada suatu hari ketika Sa’id sedang berada di Makkah, dia mengetahui bahwa Rasulullah telah diutus. Karenanya, dia beserta istrinya, Fatimah binti Khaththab, yang merupakan saudara perempuan ‘Umar bin Khaththab, segera beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.Said masih merahasiakan keimanannya dan dia sangat sabar menghadapi siksaan yang berasal dari kaumnya, sehingga dia pun tidak diusir dari Makkah, seperti yang dialami sebelumnya oleh orang tuanya. Akan tetapi kemudian, ‘Umar mengetahui keimanan Sa’id. ‘Umar pun bermaksud membunuhnya, lalu dia memukulnya hingga darah mengalir dari wajah Sa’id . Akan tetapi, kesabaran Sa’id dalam menghadapi sikap ‘Umar inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab masuknya ‘Umar radhiallahu ‘anhu ke dalam Islam.a’id pergi berhijrah ke Madinah bersama istrinya, Fathimah. Sebelum terjadinya perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memilihnya dan mengutusnya untuk pergi bersama Thalhah bin Ubaidillah dengan tujuan agar dia mengetahui jumlah pasukan kaum musyrikin dan mematai gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, Sa’id pun tidak ikut serta dalam peperangan Badar. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberinya bagian ghanimah (harta rampasan) yang diperoleh dalam perang tersebut. Dia dianggap seperti orang yang ikut serta dalam perang itu.
Setelah itu Sa’id ikut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia bertempur dengan menggunakan pedangnya dan beriman dengan menggunakan hatinya. Bahkan pada suatu hari dia pernah berada bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di gua Hira’ dengan para shahabat lainnya. Ketika itu tiba-tiba gunung Hira’ bergetar, maka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  Tenanglah, wahai Hira’, karena sungguhnya tidak ada yang berada di atasmu, kecuali seorang nabi, seorang yang sangat jujur (ash-shiddiq), dan seorang syahid.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda tentang Sa’id, Sa’id bin Zaid di surga.”
Sa’id merupakan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira bakal masuk surga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoinya.Dia memegang teguh janjinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memerangi kaum musyrikin di negeri Persia, sehingga melalui tangannya dan juga tangan shahabat-shahabatnya, Allah pun memadamkan api yang menjadi sesembahan kaum Majusi ; dan berkat perjuangannya pula para penduduk Persia beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setelah penaklukan terhadap negeri Persia selesai, Sa’id tidak tinggal diam. Dia mengangkat pedang dan barang-barangnya untuk pergi ke negeri-negeri lain yang sedang di perangi oleh kaum muslimin.Pada masa Dinasti Bani Umayyah, Sa’id bin Zaid menangisi shahabat-shahabat Islam yang telah meninggal sebelumnya. Tinggalah dia seorang diri menyaksikan terjadinya fitnah (kerusuhan) dan menyaksikan bagaimana kehidupan dunia dengan segala macam perhiasannya telah masuk ke dalam hati kaum muslimin, maka Sa’id pun lebih memilih untuk kembali ke Madinah dan tinggal disana. Pada waktu itu yang menjadi gubernur di Madinah adalah Marwan bin Hakam bin ‘Ash.Saat itu seorang wanita yang bernama Arwa binti Uwais keluar, lalu dia berkata, Sesungguhnya Sa’id telah mencuri tanahku dan telah memasukkannya ke bagian tanahnya.” Sungguh perkataan itu sangat menyakitkan hati Sa’id bin Zaid, shahabat Rasulullah dan salah satu dari sepuluh orang yang mendapat kabar gembira berupa surga. Karenanya, Sa’id pun berkata, Ya Allah, jika dia berbohong, maka hilangkanlah penglihatannya dan bunuhlah ia di tanahnya sendiri.”Seketika itu pula hujan turun dari langit sampai diperbatasan tanah yang menurut wanita itu Sa’id telah melampaui batas tersebut. Seketika mata wanita itupun menjadi buta dan hanya selang beberapa hari, wanita itu terjatuh dalam sebuah lubang yang berada di tanah miliknya hingga dia meninggal dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doa Sa’id bin Zaid yang terzhalimi dan telah dituduh sebagai seorang pembohong dan pendusta.Pada suatu pagi penduduk Madinah dikagetkan oleh suara seorang pelayat yang menangisi kepergian Sa’id bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Peristiws itu terjadi pada masa kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan, tepatnya pada tahun ke-50 Hijriyah. Dia di kuburkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu dan ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu. Salam sejahtera baginya.Sumber:Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk Anak, Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, Irsyad Baitus Salam, 2006

Sa'ad bin Abi Waqqash radhiallahuanhum

“Aku adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan aku adalah orang yang pertama kali memanah musuh di jalan Allah.” Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqash memperkenalkan dirinya. Dia adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan orang pertama yang memanah musuh di jalan Allah.Sa'ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin ‘Abdi Manaf hidup di Bani Zuhrah, yang merupakan paman-paman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari pihak ibu. Wuhaib adalah kakek Sa’ad. Dia adalah paman Aminah binti Wahab, ibu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang-orang mengenal Sa’ad sebagai paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari pihak ibu. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihatnya, beliau merasa bangga kepadanya karena keberanian, kekuatan, dan kesungguhan imannya, maka beliau bersabda, “Ini adalah pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan kepadaku istrinya.”Sa’ad sangat suka memanah. Dia selalu berlatih melempar anak panah. Dia masuk Islam dengan mudah dan tidak sulit, bahkan sangat cepat masuk Islam. Dia adalah orang ketiga dari tiga orang yang masuk Islam lebih dulu. Kondisi yang dialami Sa’ad tidak berbeda dengan kondisi orang-orang lain. Ketika ibunya ynag bernama Hamnah mengetahui tentang keislamannya, sang ibu pun sangat marah kepadanya.Mengenai anggapan bahwa Sa’ad adalah orang yang pertama kali melemparkan anak panah dalam rangka berjuang di jalan Allah, dikisahkan bahwa suatu ketika kaum muslimin Makkah sedang mengerjakan shalat di lorong-lorong jalan yang ada di Makkah secara sembunyi-sembunyi. Namun sebagian kaum musyrikin melihat mereka, lalu kaum musyrikin pun menyerang kaum muslimin, maka Sa’ad bin Abi Waqqash bangun dan langsung menyerang , mereka. Dia memanah salah seorang dari mereka hingga darah mengalir dari tubuh orang tersebut. Inilah darah pertama yang ditumpahkan oleh umat Islam.
Umair bin Abi Waqqash berhijrah bersama saudaranya, Sa’ad, ke Madinah. Ketika orang yang bertugas untuk mengumandangkan seruan jihad berkata, Hayya ‘alal jihad” (Mari berjihad). Sa’ad pun segera keluar dengan membawa pedang dan panahnya. Saat itu usia Sa’ad telah lebih dari dua puluh tahun, sedangkan Umair masih kecil. Umurnya belum mencapai tiga belas atau empat belas tahun. sa'ad merupakan salah seorang sahabat yang selalu aktif ikut serta dalam berbagai pertempuran melawan kaum musyrik. senjata utama beliau adalah panah dan doa. beliau menyebut senjatanya dengan "anak panah yang diberkahi" sa'ad selalu teringat akan sabda rasulullah yang ditujukan kepadanya, "makanlah yang baik-baik,wahai sa'ad, niscaya doamu akan dikabulkan" beliau juga teringat sabda rasulullah yang lainnya "ya allah, tepatkanlah lemparanya dan kabulkanlah doanya" Sejak saat itu yang menjadi senjata Sa’ad dalam setiap peperangannyaa adalah “anak panah yang diberkahi” dan “doa yang dikabulkan” itu. Sa’ad selalu teringat akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditujukkan kepadanya, “Makanlah yang baik-baik, wahai Sa’ad, niscaya doamu akan dikabulkan.”
Dia juga teringat sabda Rasulullah lainnya, “Ya Allah, tepatkanlah lemparannya dan kabulkanlah doanya.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi-Nya itu, maka Sa’ad radhiallahu ‘anhu pun menjadi pemanah jitu dan doanya selalu terkabulkan.
Mengenai lemparan jitu dan anak panah yang selalu mengenai sasaran, dapat dilihat dengan jelas dalam pertempuran-pertempuran yang selalu diikuti oleh Sa’ad dalam melawan orang-orang musyrik, terutama ketika dia menjadi pemimpin pasukan kaum muslimin dalam penaklukan negeri Persia dengan tujuan menyebarluaskan Islam disana.
Setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, tidak banyak kebaikan dunia yang masih tersisa. Sebagian kaum muslimin saling berseteru dengan sebagian yang lainnya. Adapun Sa’ad berrusaha menjauhkan diri dari fitnah (kerusuhan) tersebut. Dia juga tidak turut berperang dalam kubu ‘Ali ataupun Muawiyah. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk tinggal di Madinah yang berada jauh dari tempat terjadinya kerusuhan tersebut. Dia menjadi wali (gubernur) disana.
Ketika hari kematiannya datang, dia sempat berkata, “Aku mempunyai sebuah jubah yang terbuat dari bulu. Ketika menghadapi pasukan kaum musyrikin pada peperangan Badar, aku mengenakan jubah tersebut. Sesungguhnya aku ingin bertemu Allah dengan menggunakan jubah tersebut. Karenanya, kafanilah aku dengan jubah itu bila aku meninggal.”
Pada pagi hari di tahun ke-55 Hijriyah, kaum muslimin melayat Sa’ad. Mereka memakamkannya di Baqi’ di samping kuburan para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (Ummahat Almu’minin) ikut mendoakannya. Mereka semua menangis tersedu-sedu, karena sang pelempar jitu dan pemilik doa yang selalu terkabulkan itu telah meninggal dunia./telah berpulang ke rahmatullah. 

Selasa, 28 Oktober 2014

Zubair bin Awwam radhiallahuanhum

Ketika Zubair bin Awwam sedang berada di rumahnya di Makkah, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan yang berbunyi, “Muhammad bin ‘Abdullah telah terbunuh!” Mendengar itu, Zubair pun keluar dalam keadaan telanjang dan tidak mengenakan sesuatu pun yang menutupi tubuhnya. Dia keluar sambil memegang pedangnya guna mencari orang yang telah membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia ingin membunuh orang tersebut.Namun betapa bahagia hatinya tatkala dia menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih dalam keadaan hidup dan tidak terluka sedikitpun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun merasa heran dengan kondisi Zubair yang telanjang itu, maka beliau bertanya, Ada apa denganmu, wahai Zubair?”
Zubair menjawab, “Wahai Rasulullah , tadi aku mendengar berita bahwa engkau telah terbunuh.”
Sembari tersenyum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Lalu apa yang akan kamu perbuat, wahai Zubair ?”
Zubair menjawab, “Aku akan membunuh semua penduduk Makkah (maksudnya orang-orang kafir ).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun merasa gembira mendengar hal itu, lalu beliau berdoa agar Zubair mendapatkan kebaikan dan pedangnya mendapatkan kemenangan.Pedang Zubair ini merupakan pedang yang pertama kali dihunuskan dalam rangka berjuang di jalan Allah. Sementara tentara Islam pertama yang berjuang di jalan Allah adalah Zubair bin Awwam bin Khuwailid radhiyallahu ‘anhu, putra dari bibi Rasulullah yang bernama Shafiyah binti ‘Abdil Muthalib.
 Zubair kemudian berhijrah bersama kaum muslimin ke Madinah dengan tujuan agar dia dapat memulai perjuangannya di jalan Allah melawan pasukan kemusyrikan dan kekafiran.Zubair merupakan salah satu hawari  (pengikut setia) rasulullah. Sejak hari itu Zubair pun menjadi hawari (pengikut setia) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, tampuk kekhilafahan dipegang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu, dan setelah itu diteruskan oleh Umar bin Khattab. Pada masa-masa itu Zubair radhiyallahu ‘anhu merupakan salah seorang tentara Islam yang kuat yang selalu berdiri di barisan terdepan dengan harapan agar negeri-negeri yang musyrik dapat di taklukan, lalu para penduduknya pun mau masuk Islam dan selamat dari “api” kekufuran.
 Kaum muslimin telah mengetahui betapa besarnya pengorbanan dan perjuangan Zubair. Bahkan salah seorang dari kaum muslimin pernah berkata, Sungguh aku telah melihat dada Zubair, dan sungguh pada dadanya itu terdapat goresan-goresan akibat sabetan pedang dan tusukan tombak yang menyerupai aliran-aliran air.”
Seperti halnya dengan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, Zubair adalah orang kaya, dermawan, sering bershadaqah, dan telah membagikan seluruh hartanya kepada orang-orang fakir, sehingga dia tidak meninggalkan sedikitpun dari hartanya itu untuk dirinya sendiri. Bahkan dia telah mencurahkan jiwa dan hartanya di jalan Allah .
Zubair dan Thalhah bin Ubaidillah hidup dalam keadaan keduanya saling bersaudara karena Allah , hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “ Thalhah dan Zubair adalah dua tetanggaku di surga (nanti).” 
Akan tetapi, para pembuat fitnah (kerusuhan) menolak untuk mundur, kecuali setelah mereka membunuh Zubair dan Thalhah. Pertama kali mereka membunuh Thalhah ; dan tatkala Zubair sedang mengerjakan shalat, tiba-tiba seorang laki-laki yang biasa dipangil dengan nama Ibnu Jurmuz melemparkan anak panahnya ke arah Zubair, hingga akhirnya Zubair pun terbunuh.
Selanjutnya, Ibnu Jurmuz pergi ke tempat ‘Ali bin Abi Thalib dengan maksud untuk menemuinya. ‘Ali berkata, “Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘ Berilah kabar buruk kepada orang yang membunuh Ibnu Shaffiyah –maksudnya Zubair- bahwa dia akan masuk neraka.’”
‘Ali radhiyallahu ‘anhu pergi untuk melihat jenazah Zubair yang telah berlumuran darah. ‘Ali membalikkan jenazah Zubair itu guna menciumnya. Saat itu dia menangis sambil berkata :Demi Allah , sungguh dia adalah pedang Allah yang selalu membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Jasad Zubair pun dikuburkan di samping jasad Thalhah agar mereka berdua dapat saling berdampingan di dalam kubur, sebagaimana ketika berada di dunia. Mereka telah menjadi dua orang yang saling bersaudara, lalu mereka berdua akan menjadi tetangga Rasulullah di dalam surga, sebagaimana sabda beliau, Thalhah dan Zubair adalah dua tetanggaku di surga.”
Peristiwa pembunuhan Zubair bin Awwam ini juga terjadi pada tahun ke-26 Hijriyah.
SUMBER: http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com/2012/04/zubair-bin-awwam-biografi.html

Senin, 27 Oktober 2014

Thalhah bin Ubaidillah radhiallahuanhum

Beliau ialah Thalhah bin Ubaidillah bin Usman bin Ka’ab bin Sa’ad, seorang sahabat Quraisy.
Merupakan salah seorang daripada 6 (enam) orang ahli majlis yang dicalonkan sebagai pengganti Khalifah Umar bin Khattab sepeninggalnya, dan juga merupakan salah seorang yang dijanjikan syurga. Beliau masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra. Thalhah adalah seorang pemuda Quraisy, ia memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua. beliau adalah sahabat Rasulullah SAW kelima yang dijamin masuk surga. pada perang uhud terkena lebih dari 70 tikaman/ anak panah serta jari tangannya putus. namun talhah yang berperawakan kekar serta sangat kuat melindungi Rasulullah SAW di saat kondisi pasukan islam sedang genting. beliau memapah Rasulullah SAW yang tubuhnya telah berlumuran darah untuk menaiki bukit uhud yang berada di ujung medan pertempuran saat kaum musyrikin pergi meninggalkan medan peperangan karena mengira rasulullah telah wafat. saat itu talhah berkata kepada rasulullah " aku tebus engkau ya Rasulullah SAW dengan ayah dan ibuku." Nabi tersenyum seraya berkata, " engkau adalah talhah kebajikan." sejak itu beliau mendapat julukan  "Burung elang hari Uhud."/ burung elang dari uhud. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya, "orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa yang senang melihat seorang yang sahid berjalan di muka bumi maka lihatlah talhah." beliau adalah seorang sahabat rasul yang pemurah dan dermawan. Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah merupakan salah seorang dari (8) delapan orang yang pertama masuk Islam, sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat. Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah ? Begitulah Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan.Talhah bin Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656 Masehi. Thalhah wafat pada usia 60 (enam puluh) tahun dan dikubur di suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Beliau meninggal dunia terkena panah pada peperangan Jamal. Sewaktu terjadi pertempuran "Aljamal", Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra dan Ali Ra memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian beliau wafat karena lukanya yang cukup parah. 
DIKUTIPDARI:http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com/2012/04/thalhah-bin-ubaidillah-ra-biografi.html 

Senin, 06 Oktober 2014

BAITULMAL DAN PELAKSANAANNYA DI ZAMAN KHULAFA’ AL-RASYIDIN

Baitulmal merupakan institusi kewangan yang berperanan menyelenggarakan segala sumber pendapatan dan perbelanjaan negara serta menjadi tempat penyimpanan barangan yang berharga seperti emas, perak, batu permata, barang perhiasan dan harta-harta amanah (wakaf).

Baitumal telah wujud pada zaman Nabi Muhammad SAW tetapi tidak berapa digunakan oleh baginda kerana sumber kerajaan ketika itu agak terbatas serta baginda tidak suka menyimpan barang-barang amanah kerana tidak mahu menimbulkan masalah. Semua hasil pendapatan akan diagihkan segera oleh Nabi Muhammad SAW kepada yang berhak.

Pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Siddiq, Abu Ubaidah telah dilantik sebagai pemegang kunci baitulmal ketika itu. Namun, pelaksanaannya agak terhad dan tidak menyeluruh.

Peranan institusi ini semakin penting pada zaman Khalifah Umar bin al-Khattab disebabkan harta negara Islam semakin bertambah berikutan kejayaan ekspedisi ketenteraan. Antara sumber pendapatan negara Islam ialah zakat, fay’, jizyah, kharaj, usyur, ghanimah dan sedekah.
PERANAN BAITULMAL :

  • Menyelesaikan masalah kemiskinan serta kedaifan dalam kalangan golongan Islam.
  • Peranan seterusnya ialah adalah untuk membina infrastruktur dan pelaburan dalam aktiviti sosial, perdagangan dan perindustrian
  • Menyediakan keperluan-keperluan asas bukan sahaja untuk tujuan pembangunan negara bahkan ia merupakan tanggungjawab dari sudut kebajikan.
  • Sumber-sumber dari Baitulmal juga digunakan untuk membayar gaji pegawai kerajaan dan golongan tentera yang berkhidmat  secara tetap ataupun sukarela.
  • Dapat mempertingkatkan pendapatan umat Islam melalui pinjaman subsidi dan mengeluarkan biasiswa untuk keperluan pelajar Islam.                                                                                                                                                                                     1.PELAKSANAAN BAITULMAL ZAMAN KHALIFAH ABU BAKAR AS-SIDDIQ

Pada zaman pemerintahan Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, institusi baitulmal telah wujud. Abu Ubaidah telah dilantik sebagai pemegang kunci baitulmal. Pelaksanaan baitulmal pada ketika ini agak terhad dan tidak menyeluruh.

Pelaksanaan baitulmal pada zaman Khalifah Abu Bakar dapat dilihat apb beliau menyerahkan sebidang tanah Nabi Muhammad SAW kpd baitulmal apabila Fatimah menyatakan bahawa Nabi tidak melakukan pindah milik kpdnya sebelum wafat.

Khalifah Abu Bakar telah berjaya melaksanakan ekspedisi ketenteraan terhadap Parsi dan berjaya mendapat kutipan jizyah dan zakat lalu disimpan di baitulmal.

Ketika Khalifah Abu Bakar as-Siddiq hampir meningggal dunia, beliau berpesan kpd Umar al-Khattab supaya mengambil hartanya sebanyak 8 000 dirham utk dikembalikan kpd baitulmal.         

                  2.PELAKSANAAN BAITULMAL ZAMAN KHALIFAH UMAR AL-KHATTAB

Peranan institusi ini menjadi penting pada zaman Khalifah Umar al-Khattab. Beliau telah mewujudkan pengurusan baitulmal secara sistematik dengan menyediakan buku kira-kira negara untuk mengetahui pengaliran wang masuk dan keluar.

Harta  negara Islam semakin bertambah dan pelbagai antaranya zakat, jizyah, sedekah , kharaj, usyur dan ghanimah. Seterusnya sumbangan melalui ekspedisi kemenangan ketenteraan dan dakwah.

Peringkat awal, Khalifah Umar telah melantik Uqail bin Abu Talib, Makhramah bin Naufal dan Jubair bin Mut’am untuk mengendalikan institusi yang sebelum ini dikenali sebagai Diwan atau Khazanah.

Kota Madinah telah dijadikan  pusat pentadbiran Baitulmal yang kemudiannya ditubuhkan di setiap cawangan.

Pegawai-pegawai akan lantik secara khusus dan bertanggungjawab kepada Baitulmal peringkat pusat. 

Khalifah Umar telah memastikan tidak ada kemasukan sesuatu ke dalam baitulmal atau pengeluaran baitulmal sekiranya bertentangan dengan hukum syarak. Mengharamkan sebarang tindakan untuk kepentingan peribadi kerana harta berkenaan adalah amanah Allah.

Khalifah Umar pernah mengambil bahan makanan seperti gandum, mentega dan kurma dari stok simpanan di baitulmal utk diberikan kpd seorang wanita dan anak-anaknya akibat kelaparan.

Khalifah Umar juga melarang golongan tentera memiliki tanah dan rumah sebagai rampasan perang. Tanah-tanah di wilayah yag ditakluki diusahakan oleh pemilik asalnya dan melarang orang Islam memilikinya. Golongan tentera Islam telah diberi elaun atau gaji drp baitulmal.


                  3.PELAKSANAAN BAITULMAL ZAMAN KHALIFAH UTHMAN AFFAN

Khalifah Uthman juga turut menggunakan baitulmal dan memastikan pengurusan harta negara yang sistematik. Pendapatan negara semakin meningkat dan telah digunakan utk kepentingan serta kebajikan rakyat seperti membina jalan, jambatan, projek perumahan dan kelengkapan tentera.

Namum, mula timbul masalah mengenai baitulmal sehingga membawa penentangan terhadapnya. Beliau telah dituduh menyalahgunakan harta baitulmal utk kepentingan diri dan keluarganya. Beliau juga turut dituduh menaikkan kadar cukai yg dikenakan terhadap rakyatnya, tidak mengagihkan harta perang dan dituduh boros dlm perbelanjaan.

Hakikatnya, beliau terpaksa mengerahkan rakyatnya membayar cukai lebih drp biasa bagi menyekat serangan musuh spt menghadapi ancaman laut oleh Byzantine di Mesir. Beliau juga terpaksa menggunakan wang negara utk memperkuatkan angkatan laut spt membeli kapal dan senjata.

Khalifah Uthman juga tidak mengagihkan harta rampasan perang kerana harta itu diperuntukkan oleh beliau bagi keperluan negara. Beliau juga tidak menggunakan harta baitulmal utk diberikan kpd kaum keluarganya iaitu Abdullah bin Saad (gabenor Mesir) sehingga penduduk Mesir bangkit menentangnya.

Semua ini adalah tuduhan orientalis Barat semata-mata di mana Khalifah Uthman tidak akan berbuat demikian kerana beliau adalah seorang yang kaya serta dermawan. Harta rampasan perang yang diberikan kpd Abdullah bin Saad digunakan utk membayar gaji tentera laut.

Khalifah Uthman sanggup menyerahkan perdagangannya yang besar kpd kaum keluarga dan wakil utk menguruskan harta tersebut dan menjadikan rumahnya sebagai baitulmal sebelum kerajaan Islam menubuhkan baitulmal yang sebenar.


                       4.PELAKSANAAN BAITULMAL ZAMAN KHALIFAH ALI ABI TALIB

Khalifah Ali bin Abi Talib juga meneruskan sistem baitulmal dan menguruskan dengan jujur dan amanah serta tidak menggunakan harta baitulmal. Beliau hidup dlm keadaan sederhana, menerima gaji sama seperti Khalifah Abu Bakar dan Umar, memakai pakaian yang singkat dan bertampal-tampal serta tidak pernah menyimpan harta sepanjang kehidupannya.

Ketika berperang dgn Muawiyah, Khalifah Ali tidak menggunakan harta baitulmal bagi mempertahankan diri seperti mana Muawiyah yang menggunakan wang dan hadiah utk mendapat sokongan orang lain. Malah beliau turut menolak permintaan saudaranya iaitu Aqil bin Abi Talib yang meminta harta baitulmal.


SUMBER BAITULMAL PADA ZAMAN KHULAFA’ AL-RASYIDIN:

1. ZAKAT

Zakat dari segi bahasa berasal drp kata dasar zaka iaitu penambahan atau penyucian. Dalam al-Quran, zakat disebut sebanyak 58 kali. Zakat juga mempunyai makna lain sebagai syahadah, zakat, kebaikan, zakat fitrah, suci, halal dan sadaqah.

Zakat merupakan salah satu drp rukun Islam dan wajib mengeluarkan zakat apabila cukup sayartnya.

Amil dilantik utk melaksanakan urusan pemungutan dan pengagihan drp pihak yang layak berzakat mengikut ukuran dan kadar nisabnya. Zakat pula terbahagi kpd 2 iaitu zakat fitrah dan zakat harta benda.

Zakat akan diagihkan kpd 8 golongan asnaf iaitu orang fakir, hamba yg hendak memerdekakan diri, orang miskin, orang yang berhutang, orang yang berjihad, mualaf, musafir dan amil.

Antara peranan dan kepentingan zakat ialah mendatangkan kesyukuran dan penyuburan pahala, menyucikan jiwa drp kekotoran dan dosa, memperoleh keberkatan, dapat mendamaikan dan mewujudkan kedamaian, dapat menyemaikan semangat bertanggungjawab serta tolong-menolong antara satu sama lain, dan dapat mengikis sifat tamak dlm pemilikan harta.

Dengan pengeluaran zakat berdasarkan syarat yang dikenakan, maka ini membuktikan ketaatan kpd Allah

Pada zaman Khalifah Abu Bakar, beliau bertindak tegas dgn memerangi orang yang enggan membayar zakat seperti yang dilakukan oleh penduduk di Yaman, Yamamah dan Oman. Beliau amat tegas menyatakan bahawa solat adalah tiang agama manakala zakat pula sebagai jambatannya.

Kutipan zakat semakin bertambah pada zaman Khalifah Umar al-Khatab ekoran berlakunya peluasan kuasa terutama di Parsi.

Zakat ternakan kuda telah diperkenalkan oleh Khalifah Uthman bin Affan kerana beliau menjelaskan bahawa perkembangan ekonomi yang dinikmati oleh masyarakat Islam sehingga mereka berupaya memiliki binatang seumpama itu.


2. KHARAJ

Kharaj hanya dikenakan pada zaman Khalifah Umar al-Khattab. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, tanah-tanah yang dikuasai dikembalikan kpd tuannya dgn syarat membayar cukai. Pada zaman Khalifah Abu Bakar al-Siddiq pula, tanah-tanah yang dikuasai melalui peperangan akan diagihkan kpd anggota tentera yg terlibat.

Kharaj akan dikenakan kpd tanah yg ditakluki terutama di Iraq. Tanah ini tidak akan dikenakan cukai sekiranya tuannya memeluk Islam.

Kharaj juga dikenakan ke atas tanah lain seperti tanah rampasan perang yg dimiliki oleh tentera Islam dan pengusahanya bukan org Islam, tanah yang diusahakan oleh gol dhimmi dgn kebenaran pemerintah Islam, tanah terbiar yg dikerjakan oleh org Islam dan tempat tinggal gol dhimmi yg diubah menjadi kawasan pertanian.

Pemegang Amanah @ gol Ahl al-Ayyam telah dilantik oleh Khalifah Umar mengawasi dan mentadbir tanah tidak bertuan yg diusahakan oleh petani tempatan.

Gol Ahl al-Ayyam bert/jawab utk memunggut cukai tanah ini dan 1/5 drp hasilnya dihantar kpd kerajaan pusat. Manakala bakinya diagihkan kpd mereka yg terlibat dlm penaklukan Iraq.

Kharaj dpt dibhg kpd 2 jenis iaitu kharaj wazifah/masahah dan kharaj muqasamah.

  • Kharaj wazifah/masahah dikenakan bergantung kpd keluasan tanah atau jumlah pokok yang ditanam. Contoh di Iraq, setiap jarib anggur dikenakan kharaj sebyk 10 dirham. Cukai ini dikenakan sekali dlm setahun tanpa mengira berapa byk hasil yang diperolehi.
  • Kharaj muqasamah pula cukai yg dikenakan berdasarkan jumlah hasil yg diperolehi drp tanaman. Cukai ini dikenakan kpd setiap hasil yg diperolehi berdasarkan byk perkara utk mengelakkan penganiayaan kpd petani.

Kadar kharaj tidak membebankan dan bergantung kpd kemampuan seseorang. Kadar maksimum ialah ½ drp keseluruhan hasil dan dibayar dlm bentuk mata wang atau hasil yang diusahakan.

Kadar kharaj juga ditentukan berdasarkan kualiti tanah, disirami air hujan atau penyiraman, jenis dan kualiti benih tanaman dan lokasi kws tanaman dgn bandar.

Kharaj tidak akan dikenakan jika tanaman penduduk musnah akibat bencana alam. Sekiranya pemilik tanah tidak berkemampuan utk mengerjakan tanah tersebut, kerajaan akan menyerahkan kpd org lain.

Kharaj akan dikenakan kepada:

  • Pemilik tanah yg berkemampuan mengerjakan tanah tersebut tetapi tidak mengerjakannya.
  • Sekiranya tanah tersebut dipajak atau disewa, kharaj akan dikenakan ke atas pemilik tanah dan bukannya ke atas pemajak.
  • Kharaj juga dikenakan ke atas tanah kediaman yang dijadikan kawasan pertanian.

Pengutipan kharaj dijalankan secara adil. Sekiranya kharaj tidak dibayar disebabkan masalah kewangan, pembayarannya boleh ditangguhkan sehingga mampu. Jika pemiliknya enggan membayar kharaj sedangkan mampu, kerajaan boleh mengambil tindakan undang-undang atau tanahnya boleh dijual.

Pada zaman Khalifah Abu Bakar, sistem kharaj masih belum diperkenalkan kerana tanah-tanah yang ditakluki pada zamannya masih dianggap sebagai harta rampasan perang. Oleh itu, tanah-tanah ini telah diagihkan kpd tentera yg terlibat dlm ekspedisi penaklukan tersebut.

Semasa Khalifah Umar al-Khattab, tanah-tanah yang ditakluki di Iraq telah dijadikan tanah kharaj. Bagi tanah yang tidak bertuan telah dijadikan hak milik bersama dan diusahakan oleh petani tempatan di bawah pengawasan Pemegang Amanah. Beliau telah menyerahkan tugas mengutip kharaj kpd golongan Ahl al-Ayyam.

Di akhir pemerintahan Khalifah Uthman, gol ini tdk lagi diberi kuasa utk mengurangkan kadar cukai. Kuasa ini telah diberikan kpd pentadbiran gabenor.

Hasil kharaj yang dikutip akan diserahkan kpd baitulmal utk dimanfaatkan spt memperbaiki infrastruktur, prasarana, memajukan kegiatan pertanian, mewujudkan keamanan, memperbaiki sistem perhubungan, mewujudkan sistem pengairan dan memperbaiki saliran yg sedia ada.


3. JIZYAH

Jizyah pula merupakan cukai politik yg dikenakan terhadap orang-orang kafir dhimmi sebagai balasan terhadap perlindungan atau jaminan keselamatan jiwa dan harta benda mereka.

Jizyah hanya dikenakan kpd mereka yang sihat fizikal dan mental, akil baligh, berkemampuan, merdeka serta bukan ahli agama spt paderi atau pendeta.

Jizyah terbahagi kpd 2 kategori iaitu jizyah dgn kadar ditetapkan berdasarkan persetujuan bersama dan jizyah dgn kadar ditetapkan oleh kerajaan Islam.

Jizyah boleh dibayar dalambentuk tunai atau barangan atau kedua-duanya sekali. Mereka yang enggan membayar jizyah dianggap tidak setia kpd negara Islam dan boleh dikenakan hukuman berat.

Jizyah akan dikenakan pada setiap awal tahun, paling minima kadarnya ialah 1 dinar. Bagi sesetengah mazhab seperti Mazhab Hanafi dan Hambali, kadarnya ialah antara 12 hingga 48 dirham bergantung kpd status seseorang individu.

Pembayaran jizyah tidak akan dikenakan sekiranya orang kafir dhimmi telah memeluk Islam atau pemerintah Islam gagal memberi jaminan keselamatan nyawa dan harta benda.

Amalan jizyah telah diteruskan pada zaman Khalifah Abu Bakar terutama ketika ekspedisi sebelum menyerang Byzantine dan Parsi. Mereka ditawarkan 3 pilihan sama ada menerima Islam, berperang ataupun membayar jizyah. Kadar jizyah yang dipersetujuai ialah sebanyak 19 ribu dirham setahun dan dibayar kpd kerajaan Islam Madinah.

Pada zaman Khalifah Umar al-Khattab, sumber pendapatan dari jizyah semakin meningkat kesan drp berlakunya peluasan kuasa ke atas Iraq, Syam, Mesir, penduduk Qibti, penduduk Adzerbaijan dan termasuklah pemimpin Baitulmuqaddis bersetuju utk membayar jizyah.

Jizyah akan dikutip oleh gabenor-gabenor wilayah yang dilantik dan dipert/jawabkan ke atas wilayah masing-masing.

Pada zaman Khalifah Uthman pula, jizyah dikenakan ke atas wilayah-wilayah yg ditakluki spt Tripoli, Nubah dan Qairawan setelah termenteraianya perjanjian damai.

Pada zaman Khalifah Ali, jizyah juga diamalkan seperti sepucuk surat yg dihantar kpd al-Asytar al-Nakhaii supaya menerima perjanjian damai yg dihulurkan oleh orang kafir dhimmi utk membayar jizyah.


4. GHANIMAH DAN AL-FAY’

Harta ini diperuntukkan kpd perbelanjaan kerajaan pusat Madinah dan selebihnya dibahagikan kpd tentera yg terlibat dlm peperangan.

Setelah dewan tentera ditubuhkan pada tahun 20 H, tentera Islam diberi gaji mengikut kadar yg telah ditetapkan.


5. USYR

Usyr merupakan cukai perniagaan yg dikenakan ke atas perniaga Islam atau bukan Islam, namum kadarnya berbeza.

Golongan kafir harbi akan dikenakan cukai sebanyak 10%, manakala golongan kafir zimmi pula 5% dan orang Islam hanya 2.5%. Cukai ini hanya akan dikenakan apabila cukup nisabnya sebanyak 200 dirham.


KESIMPULAN

Pemerintah Khulafa’ al-Rasyidin menganggap bahawa baitulmal adalah amanat Allah SWT. Mereka kan memastikan tidak akan berlaku kemasukan sesuatu ke dalamnya atau pengeluaran drinya yang bertentangan dgn syariat Islam. Pemerintah Khulafa’ al-Rasyidin mengharamkan sebarang tindakan utk menggunakan baitulmal bagi tujuan peribadi.

Penubuhan Baitulmal sesungguhnya dapat memastikan urusan pemungutan dan perolehan pendapatan negara Islam menjadi lebih tersusun dan kemas. Kesannya ianya bukan sahaja dapat menghulurkan bantuan secepat mungkin kepada individu yang memerlukan bahkan  ia dapat membangunkan dan memberi manafaat kepada sesuatu wilayah dan penduduk berdasarkan syariat yang ditetapkan.

Hal inilah yang memberi sumbangan besar dalam pembentukan iklim politik yang stabil serta ekonomi yang teguh pada zaman Khalifah Umar al-Khattab.
sumber: cikgustpm.blogspot.com

Kamis, 02 Oktober 2014

Ali bin Abi thalibin karomallahwajhah

Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang terkemuka di kalangan umat Islam sekaligus sepupu Nabi Muhammad yang menjadi khalifah (khulafaur rosyidin) setelah kekhalifhan Utsman bin Affan. Ali adalah sosok yang cerdas dan tampan. Ali lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak kecil. Sejak kecil Ali telah berada dalam didikan Rasulullah SAW, sebagaimana dikatakannya sendiri: "Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau kemanapun beliau pergi, seperti anak unta yang mengikuti induknya. Tiap hari aku dapatkan suatu hal baru dari karakternya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintah".
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan) dan ada juga yang menyebutkan tahun ke dua puluh sebelum kenabian. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Ali bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).
Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani.
beliau adalah sosok dengan penuh kemuliaan. keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. setiap kali ali menghadap musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ali akan mengalahkannya. seseorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at.seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. ali makan cukup dengan berlaukkan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. ia memakai pakaian yang kasar, sekedar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas.
 Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lain.Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali dan pasukannya.masa kekhalifahan ali bin abi thalibin hanya sekitar 5 tahun. Ali kw, terbunuh pada Ali ditikam pada hr Jum’at 17 Ramadhan tahun 40 H, tanpa ada perselisihan dalam usia 63 tahun, semoga Allah meridhai beliau.
dikutip dari: http//kisahrasulnabisahabat.blogspot.com
 

Selasa, 30 September 2014

Mushaf Usmani Al-Qur’an

Mush-haf Utsmany adalah mush-haf dari ayat-ayat Allah yang dikumpulkan kaum Muslimin pada zaman khilafah (pemerintahan) shahabat Utsman bin ‘Affan. Yang demikian disebabkan pada saat meninggalnya Nabi Muhammad, Al-Qur’an dalam keadaan belum terkumpul menjadi mush-haf. Al-Qur’an pada waktu itu terdapat di dada-dada kaum muslimin, pelepah-pelepah daun kurma, batu putih yang tipis dan halus, dan yang lainnya. Kemudian dikumpulkan pada khilafahnya shahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika terbunuhnya sebagian besar para shahabat Rasululloh yang qurro’ (hafal Al-Qur’an), yaitu pada saat terjadinya peperangan Yamamah. (Sebagaimana hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari no. 4986).
Kemudian pada zamannya Khalifah Utsman bin ‘Affan dikumpulkan karena sabda Rasulullah (artinya): “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf.”
Pada waktu itu kaum Muslimin membaca Al-Qur’an dengan huruf-huruf yang berbeda. Perbedaan dialek/logat dalam membaca Al-Qur’an menyebabkan terjadinya perselisihan pada pasukan-pasukan kaum muslimin di daerah-daerah Islam. Para pimpinan pasukan tersebut khawatir akan terjadi fitnah. Mereka menulis risalah kepada Khalifah Utsman bin ‘Affan tentang apa yang terjadi sehingga diperintahkanlah para shahabat untuk mengumpulkan mush-haf.
Disatukanlah bacaan-bacaan Al-Qur’an menjadi satu huruf (bahasa), yaitu dengan bahasa Quraisy. Bahasa Quraisy dipilih karena bahasa yang paling mulia, bahasa yang digunakan oleh Rasululloh, bahasa yang paling tinggi kedudukan tata bahasanya dan bahasa yang paling suci/bersih di negara Arab. Dikumpulkanlah mush-haf-mush-haf menjadi satu mush-haf yaitu dengan bahasa Quraisy dan yang selainnya dibakar.
Maka, kaum muslimin bersatu di atas satu mush-haf. Sampai kepada kita Mush-haf Al-Qur’an Utsmany dengan nukilan yang mutawatir. Tidak ada perbedaan/perselisian sedikitpun dalam nukilan tersebut. Bahkan mush-haf Al-Qur’an yang disebut sebagai Mush-haf Utsmany akan tetap terpelihara di atas pemeliharaan Allah Subhaanahu wa ta’ala sampai hari kiamat. Di sana masih terdapat bacaan-bacaan yang keluar dari Mush-haf Utsmany dan bacaan tersebut shahih dari Rosululloh.
Gambar : (Al-Qur’an Mushaf Ustami)
CIRI-CIRI AL-QURAN MUSHAF UTSMANI FORMAT 18 BARIS
Format Al-Quran Standar Kajian Majelis Pengajian Darul Qohar
Disadari atau tidak, Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang berisi susunan huruf, lambang sekaligus simbol. Dengan kata lain, Al-Qur’an tidak hanya semata bahasa bunyi atau verbal. Karena memuat lambang dan simbol tentunya harus ada metode atau alat untuk memahami simbol tersebut.
Model pendekatan struktur Al-Qur’an ini berdasarkan atas pengamatan terhadap fenomena susunan Al-Qur’an dengan sistematika yang sudah kita kenal dengan tipe fomat cetak mushaf. Hasil pengamatan ini kemudian disusun berdasarkan isyarat-isyarat Al-Qur’ an yang relevan untuk dikenali hubungan strukturnya serta dianalisis maksud pesannya secara kontekstual.
Bertolak dari keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang memiliki sifat terang yang menerangi dan menerangkan, maka proses penggalian pesan keilmuan yang terkandungdalam.Al-Qur’an sebenamya terpulang kepada diri kita masing-masing sejauh mana kita mau membuka hati dan fikiran terhadap terangnya cahaya llahi.
Bentuk susunan Al-Qur’an sangat unik dan mengesankan. Sistem AIQur’an menunjukkan adanya sebuah titik yang seolah berada diluar sistem, namun mengontrol sistem. Indikator tentang adanya titik kontrol bisa kita lihat pada kekhasan penempatan “satu ayat tertinggal” diakhir juz 13. Ayat tersebut adalah QS.15 AI-Hijr ayat 1.
Seringkali kita mengingatkan bahwa format penyusunan mushaf AlQur’an mempunyai peranan penting dalam metode struktur Al-Qur’an. Sederhananya seperti cara komputer, bukankah selalu ada perintah untuk memformat terlebih dahulu disket yang baru akan dipergunakan ?.
Maka perlu ditemukan terlebih dahulu Al-Qur’an yang dimaksud, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Jumlah seluruh halaman penulisan ayat adalah 484 halaman, dimulai nomor halaman 2 sampai 485. Halaman I adalah halaman Qur’an.
  2. Setiap Juz terdiri dari 16 halaman, kecuali Juz I dan Juz 3o terdiri atas  15 halaman dan 21 halaman.
  3. Setiap halaman terdiri dari 18 baris, kecuali halaman 2,3 dan 485. Halaman 2 dan 3 terdiri dari masing-masing 6 baris, sedangkan halaman 485 terdiri dari 15 baris ditambah ‘ruang kosong” setara dengan 3 baris.
  4. Halaman 2 dan 3 tercetak secara khas berbeda dengan halaman halaman lainnya, memiliki ornamen/hiasan.
  5. Setiap ayat dirulis selesai pada satu halaman, kecuali ayat 4 dari surat 111 Al-Lahab. Ayat tersebut ditulis berawal dari halaman 484 dan berakhir pada halaman 485 (satu ayat terpurus pindah ke halaman lain).
  6. Awal Juz ditandai dengan huru-huruf yang dicetak tebal.
  7. Enam buah surat pada iuz 30 ditempatkan secara khas dalam posisi sejajar baris dan berada pada halaman 482 Dan 483.
  8. Muqadimah surah menempati 2 baris, kecuali 3 buah surat yang muqadimahnya menempati 1 baris. Ketiga surat tersebut adalah :
    •  QS. At Taubah (9).
    •  QS. Al Hiir (15 ).
    •  QS. An Naml ( 27 ).
    9.   Tanda ruku’ berupa huruf ع (‘Ain) yang terdapat pada setiap tepi halaman Al-Qur’an tercantum ditempat tanda ruku’ berakhir.
    Ciri-ciri tersebut diatas meniadi tanda bantu yang sangat berguna dalam proses belajar untuk memahami, mendalami dan menggali pesan keilmuan yang terkandung didalam Al-Qur’an.
    Demikian sebuah pengantar dari kami, mudah-mudahan bermanfaat dan semoga menambah kecintaan kita pada AI-Qur’an untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan,
    Hormat kami yang setinggi-tingginya serta ucapan terimakasih yang sebanyak-banyak kepadaalm.Bapak Luqman AQ Soemabrata atas dedikasinya dalam menemukan kajian Format dan Struktur Al-Qur’an.
    1. Ciri-Ciri Al Qur’an Format 18 Baris :
    • Juz  = 30
    • Surat = 114
    • Ayat = 6236
    • Jumlah Baris = 18
    • Manzil  =  7
    • Halaman per-Juz  = 16, kecuali Juz 1 & Juz 30
    • Jumlah’Ain/Ruku’  = 558
    • Jumlah seluruh halaman  = 484 (dari 2 s /d 485)
    • Judul surat yang hanya berada pada 1 baris, yaitu surat = At-Taubah, Al-Hijr, dan An Naml.
    • Halaman 482 & 483 tergambar sangat simetris.
    • Setiap akhir halaman habis dalam satu ayat, kecuali halaman 484 Yaitu surat AL-Lahab.
    • Awal Juz selalu tercetak huruf tebal
    • Ada 2 halaman yang masing-masing penuh terisi oleh sebuah surat, yaitu halaman 2 (QS.1 Al-Fatihah) dan 475 (QS.89 Al-Fajr).
    Lampiran lampiran :
    1. Halaman Memuat 18 Baris
    2. Judul Surat Yang Hanya berada pada 1 Baris
    3. Halaman 482 & 483 Tergambar sangat SIMETRIS
    4. Setiap akhir Halaman habis dalam satu ayat, kecuali halaman 484 ( Surat AL-LAHAB ).
    5. Setiap Awal Juz di cetak Tebal.
    6. Ada 2 halaman yang masing-masing penuh terisi oleh sebuah surat full.
    7. Huruf Yaa tanpa Titik 2, di mulai dari QS 2 ayat 18..dst.. yang umum huruf Yaa nya ada titik 2 di bawahnya..