Sabtu, 06 Desember 2014


Gunung Sadahurip di Kabupaten Garut

Menguak Misteri Gunung Sadahurip di Garut

Menguak Misteri Gunung Sadahurip di Garut
Oleh: Syeh Pandrik (Argawi Kandito)

Saat ini, Pebruari 2012, berita di media massa ramai membahas tentang fenomena gunung Sadahurip di Kabupaten Garut yang memiliki bentuk mirip piramida. Karena bentuknya itu, lalu orang-orang berpendapat “jangan-jangan itu memang betul piramida?” Apalagi, berita tentang fenomena itu mendapat penguatan-penguatan dari berbagai tokoh, seperti staf ahli presiden tentang bencana, juga orang yang disebut sebagai paranormal karena mengaku mendapat bisikan gaib, dan sebagainya. Ditambah lagi adanya isu yang beredar bahwa itu konon telah diteliti dengan uji sinar fisika dan sebagainya. Lebih heboh lagi ketika media mengangkatnya dengan tayangan-tayangan yang dibumbui analisis gambar, dicoba dihubungkan dengan teori-teori yang bisa menguatkan, maka perdebatan menjadi semakin asyik untuk diperhatikan.

Namun demikian, ilmuwan-ilmuwan yang tergolong dalam antropolog, dan beberapa geolog, juga sejarawan, banyak yang membantah bahwa itu merupakan piramida tinggalan kebudayaan kuno. Mereka berargumen bahwa tidak ada tanda-tanda kebudayaan di sekitarnya yang memperkuat adanya proses pembangunan piramida. Tentu juga ada alasan-alasan lain. Paparan mereka disiarkan di berbagai media televisi maupun media cetak. Meskipun demikian, paparan mereka ini diperhatikan minir oleh sebagian orang, terutama orang yang berharap bahwa itu benar-benar piramida.

Orang-orang yang berharap bahwa gunung Sadahurip itu adalah berasal dari piramida ternyata banyak sekali. Mungkin mereka akan menjadi lebih bangga jika itu benar-benar terbentuk dari piramida. Karena, dengan demikian akan bisa menepuk dada lebih kencang bahwa ternyata Indonesia (terutama Jawa) dulu itu adalah berperadaban tinggi. Dengan semangat itu, maka mulai mengkaitkan dengan bukunya Santos tentang Atlantis itu adalah Indonesia, dan sebagainya. Argumen-argumen lain seperti kebudayaan Jawa yang ternyata mempunyai kemiripan dengan kebudayaan kuno Negara-negara lain juga menjadi penguat. Argumen ini tetap mendapat sokongan, karena selama ini tidak ada (baca: minim) data tercatat tentang peradaban di Jawa ini. Karena tidak ada catatan itu, maka pendapat apa saja bisa berprobabilitas benar.

Dengan memerhatikan perdebatan-perdebatan di atas, saya mencoba untuk melacak apa yang terjadi dengan gunung Sadahurip itu. Hasil dari pelacakan saya dengan metode spiritual (metafisis) dengan cara melihat terbentuknya gunung Sadahurip itu, maka saya bisa menyatakan bahwa:

1. Gunung Sadahurip itu bukan bentukan manusia. Artinya bukan terbentuk karena adanya upaya manusia untuk membangun piramida seperti pembangunan piramida di Mesir.

2. Gunung Sadahurip itu murni terbentuk akibat peristiwa geologi yang terjadi pada jutaan tahun lampau.

3. Bentuknya yang menyerupai piramida disebabkan adanya gempa yang cukup besar kala itu dengan episentrum di bawah gunung itu. Tepat di bawah gunung itu ada sesar yang saling berseberangan. Ketika ada gempa maka energii dari bawah terpompa ke atas hingga memunculkan gundukan material yang lalu membentuk gunung tersebut. Bentuknya yang seperti piramida itu terjadi karena energy ketika gempa itu tegak simetris dan beresonansi, maka bentuknya material yang menyembul itu menjadi simetris dan karena resonansinya itu maka strukturnya berlapis-lapis menyerupai bangunan punden berundak.

4. prosesnya yang sudah jutaan tahun itu, maka struktur materialnya membatu, dan dilapisan luarnya berupa tanah pada umumnya di permukaan bumi lainnya.

Setelah adanya kehidupan manusia, bentuk gunung yang simetris itu mendapat perhatian penduduk sekitarnya. Bahkan, ketika masyarakat masih berkepercayaan Syiwa-Budha, maupun peradaban Hindu, gunung itu diapresiasi sebagai tempat bersemayamnya Dewa Syiwa. Ketika peradaban itu, gunung itu digunakan sebagai tempat pemujaan.
Begitulah keterangan saya, semoga bisa menjadikan tambahan referensi. Adapun pendapat itu mempunyai probabilitas benar maupun salah, maka saya harapkan adanya kebijaksanaan para pembaca untuk mencerna informasi ini.
Wa Allahu ‘alam bi al-showab.

Ditulis oleh: Syeh Pandrik (Argawi kandito). 9-2-2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar