Pemerintahan Dinasti Umayah Di Andalusia
Sejak pertana kali menginjakkan kaki ditanah Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat yang dilalui umat Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode:
1. Periode Pertama (711 – 755 M)
Pada periode ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Andalusia belum tercapai secara sempurna, gangguan–gangguan masih terjadi baik dari dalam maupu luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan, terutama antara Basbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Ara Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkna konflik politik, terutama ketika tidak ada figus penguasa yang tangguh. Itulah sebabnya di Andalusia pada saat itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasannya dalam jangka eaktu yang agak lama.
Gangguan dari luar dari sisa-sisa musuh lama di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd AL Rahman Al Dakhil pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan amir, tetapi tumduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah abbasiyah di Baghdad. Penguasa Andalusia pada periode ini adalah Abd Al Rahman Al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al Rahman Al Ausath, Muhammad bin Abd Al Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.
Mengenai Ad Dakhil, diceritakan sewaktu dinasti bani umayyah tumbang oleh dinasti abbasiyah terjadi pembunuhan massal dan pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayah. Ia melarikan diri menyusuri Afrika Utara hingga tiba di Meknes. Maroko dan pindah ke Melilla, dekat Ceuta di pesisir laut tangah menghadap semenanjung Liberia. Inilah buat pertama kalinya seorang pangeran Bani Umayyah masuk ke Andalusia, sehingga ia mendapat gelar Ad Dakhil. Setelah melumpuhkan penguasa Andalusia, Yusuf bin Abd Ar Rahman, ia akhirnya berkuasa disana.
Pada periode ini, Andalusia mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang perdaban. Abd Al Rahman Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah dikota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hukum dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Andalusia. Sedang Abd Al Rahman Al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pada periode ini, berbagai ancaman dan kerusakan terjadi. Pada pertengahan abad ke 9 M. Stabilitas munculnya gerakan Kristen fanatic yang mencari kesyahidan (Martydom). Tetapi gerakan ini tidak mendapat simpati dikalangan intern Kristen sendiri, karena pemerintahan Islam kala itu mengembangkan kebebasan beragama. Peribadatan tidak dihilangi, bahkan mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerinthan atau emnajdi karyawan pada intansi militer. Gangguan politik paling serius dating dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk Negara kota dan bertahan sampai 80 tahun. Disamping itu, sejumlah orang yang tidak puas terhadap penguasa melancarkan revolusi, yang terpenting diantaranya pemberontakan Hafshun dan anaknya yang berpusat dipegunungan dekat Malaga.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini, Andalusia diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan gelar ini berawal dari berita bahwa al muktadir. Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Maka Abdurrahman III menilai bahwa keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan moment yang paling tepat untuk mmakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Maka dari itu, gelar khalifah ini mulai dipakai sejak tahun 929 M Khalifah besar yang memerintah pada periode ini yaitu Abd Al Rahman Al Nasir (912-916 M), Hakam II (961-976M) dan Hisyam II (976-1009M).
Pada periode ini, Andalusia mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi Baghdad di timur. Al Nashir mendirikan universitas di cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga juga seoreang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
4. Periode ke empat ( 1013 – 1086)
Pada periode ini Andalusia terpecah menjadi lebih 20 kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al – Thawaif (Raja Golongan ) mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis Barbar. Slovia ata u Andalus yang bertikai satu sama lain sehingga menimbulka keberania umat Kristen di utara untuk menyerang. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, para pihak yangbertikai sering meminta bantuan kepada raja – raja Kristen. Periode ini meskipun terjadi ketidakstabilan tetapi dalam bidang peradaban mengalami kemajuan karena masing – masing ibu kota kerajaan local ingin menyaingi Cordova sehingga muncullah kota –kota besar seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada.
5. Periode ke lima ( 1086 – 1248)
Pada periode ini meskipun Andalusia terpecah – pecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yakni dinasti Murabhitun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-1235 M). murabhitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasytin di afrika utara. Ia masuk ke Andalusia atas undangan penguasa islam disana yang tengah menikul beban berat perjuangan mempertahankan negri dari serangan orang Kristen. Ia dan tentaranya masuk Andalusia pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan castilia. Karena perpecahan dikalangan raja- raja muslim, yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Andalusia dan berhasil. Tetapi sepenggantinya adalah raja – raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir baik di afrika utara maupun Andalusia sendiri.
Sepeninggal murabhitun, muncul-muncul dinasti kecil, tapi berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M, dinasti muwahidun di afrika utara yang didirikan oleh mehammad bin tumart. Dinasti ini datang ke Andalusia dibawah pimpinan abd al mun’im. Antara tahun 1114 dan 1115 M, kota-kota muslim penting di Andalusia seperti cordova. Almeria dan cannada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa decade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan – kekuatan Kristen dapat dipukul mundur akan tetapi, tidak lama setelah itu Muwahhidun mengalami keambrukan. Tentara Kristen, pada tahun 1212 M, mendapat kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan – kekalahan yang dialami oleh Muwahhidun memaksa penguasanya keluar dari Andalusia dan kembali ke afrika utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh di tahun 1248 M. Seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari kekuasaan islam.
6. Periode ke enam (1248 – 1492)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada. Di bawah dinasti bani ahmar (1232-1492 M) yang didrikan oleh Muhammad bin Yusuf bin Nasr bin al-Ahmar. Peradaban mengalami kemajuan tetapi hanya berkuasa di wilayah yang kecil seperti pada masa kekuasaan Abdurrahman an –Nashir. Namun pada decade terkhir abad 14 M, dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan. Kesempatan ini dimanfaatkan olen kerajaan Kristen yang telah mempersatukan diri melalui pernikahan antar Esabella dan Aragon dengan raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama – sama merebut kerajaan Granada. Pada tahun 1487 menguasai Almeria tahun 1492 menguasai Granada. Raja terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke afrika utara.
B. Kebijakan Politik
a. Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian di ambil alih oleh Bani Umayah. Oleh penguasa muslim kota ini di bangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota spanyol islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancak istana Damsyik.
Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova. Ciri-ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tidak dapat di minum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 KM.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordava diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
C Sistem Sosial dan Ekonomi
Al Andalus berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada.
Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah, diselatan benmua Afrika yang terhlang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra atlantik dan utara ole teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islamm bagi daerah yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vadalusia. Sebutan ini berasal dari kata Vandalusia, yang berarti negeri bangsa vandal, karena bagian selatan semenanjung itu pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara oleh Bangsa Goth pada abad ke 5 M.
Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas satu,dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan anak kecil. Tuan tanah kecil adalah golongan rakyat kecil adalah golongan rakyta kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas tiga terdiri atas pada budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang mereka grap. Rakyat kelas dua dan tiga yang sangat teritindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi mereka.
Penaklukan oleh pasukan atas Andalusia memberidampak positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat pengembangan budaya. Ketika peradaban Eropa tenggelam dalam kegelapan dan kehancuran, obor Islam menyinari seluruh Eropa melalui Andalusia, kepada bangsa Vandhal, Goth dan berber. Islam menegakkan keadilan yang belum dikenal sebelumnya. Rakyat jelata tertindas yang hidup dalam kegelapan mendapat sinar keadilan, memiliki kemerdekaan hidup dan menentukan nasibnya sendiri. Para budak pada bangsa Goth dimerdekakan oleh para penguasa Muslim dan diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Sikap toleransi kaum muslim adalah perjanjian damai dengan pihak para penguasa yang telah ditaklukan. Kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang diterapkan, memungkinkan bangsa-bangsa yang ditaklukkan itu ikut ambil abgian dalam pemerintahan bersama-sama dengan para penguasa Muslim. Jadi Islam tidak mengenal adanya perbedaan kasta dan keyakinan. Saat ditaklukan, tingkat peradaban Andalusia sangat rendah dan keadaan umumnya begitu menyedihkan, sehingga kaum Muslim lebih banyak mengajar dari pada belajar. Eropa sendiri di satu pihak diganggu oleh bangsa Berber Jerman. Sementara itu filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan telah lama pindah tempat ke Syria dan Persia.
Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawah pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun 91 H/710 M. Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan tariff kembali ke Afrika Utara membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal Al Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekpsedisi kedua ini mendarat dibukit karang Gibraltar (Jabal At Thariq ) pada tahun 92 H/711 . Diatas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semngat juang pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000 orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.
Pertempuran pecah didekat muara sungai Salado (Lagend Janda) pada bulan Ramadhan 92 H/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya Toledo, ibukota Gothia Barat, dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 M. Musa berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukkan oleh Thariq sampai bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera, Thariq menyerahkan kepemimpinan pada Musa. Pada saat itu pula Musa mengumumkan Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan selanjutnya diarahkan ke kota-kota bagian utara hingga mencapai kaki pengunungan Pyrenia. Di balik pegunungan itu terbentang tanah Galia dibawah kekuasaan bangsa Prancis. Musa berambisi menaklukkan wilayah dibalik pegunungan itu, namun khalifah al walid tidak merestuinya bahkan ia memanggil Musa dan Thariq untuk pulang ke Damaskus. Sebelum berangkat Musa menyerahkan kekuasaan kepada Abd Al Aziz bin Musa. Abd Aziz berhasil menaklukkan Andalusia sudah jatuh ke tangan umat Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan tandus di bagian barat laut semenanjung itu.
Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Umayyah sampai tahun 132 H/ 750 M. Selama periode tersebut, para gubernur Umawiyah di Andalusia berusaha mewujudkan impian Musa bin Nushair untuk menguasai Galia. Akan tetapi, dalam pertempuran Poitiers didekat Tours pada tahun 114 H / 732 M tentara Islam dibawah pimpinan Abd Al – Rahman Al – Ghafiq di pukul mundur oleh tentara Nasrani Eropa dibawah pimpinan Kartel Martel. Itulah titik akhir dari serentetan sukses umat Islam diutara pegunungan Pyneria. Setelah itu mereka tidak pernah meraih kemenangan yang berarti dalam menghadapi serangan balik kaum Nasrani Eropa. Ketika daulah Bani Umayyah runtuh pada tahun 132 H / 750 M. Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Abbas sampai Abd Al Rahman bin Muawiyah, cucu khalifah Umayah kesepuluh hisyam bin Abd Malik, memproklamasikan propinsi itu sebagai Negara yang berdiri sendiri pada tahun 138 H/756 M. Sejak proklamasi itu. Andalusia memasuki babak baru sebgai sebuah Negara berdaulat dibawah kekuasaan Bani Umayyah II yang beribukota di Codova sampai tahun 422 H/1031.
B. Perkembangan Peradaban
Kemajuan perkembangan islam pada masa Dinasti Umayyah II ini terjadi pada masa pemerintahan Abdurahman III dan Hakam II, yaitu pada tahun 350- 366 H / 961- 976 M. Perkembangan pada masa kejayaan Daulah Umayyah ini yang termasyhur adalah perkembangan kota dan seni bangunan, perkemangan bahasa dan sastra arab dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dimana dasar pemikiran hikumnya adalah hadits. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali ole Ziad ibn Abd al- Rahmanibn Ziyad al- lahmi. Tokoh lainya antara lain ibn Hazm.Semula ibn Hazm menganut mahzab Sya fi’I, tetapi kemudin beralih menjadi pengikut imam Daud al- Dhahiri. Ia telah berperan mngembangkan 2 mahzab ini di Andalusia.
Andalusia pada saat itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga penduduknya terhindar dari buta huruf. Kemajuan ini didukung karena para khalifahnya yang cinta akan ilmu pengetahuan.
Telah di sebut bahwa arus ekspansi islam di mulai setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (632 M) dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah umayah (sebut Umayah) VI, Al-Walid, di mana peta islam meluas ke barat sampai semenanjung Liberia dan di kaki gunung Pyrenia (Pyreenes), prancis termasuk Afrika Utara, fi utara meliputi Asia Kecil dan Armenia dengan rute-rute pantai laut kaspia menyebrangi sungai Oxus, Asia tengah bagian Rusia yang di kuasai setelah penaklukan Azerbeijan, sebagian Georgia, seberang sungai jihun, dan ke timur sampai india dan perbatasan China. Dalam waktu yang relative singkat di bawah kepemimpinan gubernur jendral Al-Maghrib, Musa bin Nushair, dengan panglima perang gubernur Tangier, Thariq bin Ziyad, seorang mu’allaf, masih remaja dari Lowata, Anak suku barbar, yang berhasil menaklukkan Andalusia.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa peradaban islam sudah bersifat internasional, meliputi tiga benua: sebagian Eropa, sebagian Afrika, sebagian besar Asia. Penduduknya meliputi puluhan bangsa, menganut bermacam-macam bahasa. Semua itu di satukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu dan agama islam menjadi agama resmi Negara.
Perkembangan peradaban islam di Andalusia di antaranya
- Bidang Politik
- Bidang Sosial
- Bidang Sastra
- Bidang Ekonomi
- Bidang Ilmu pengetahuan
- Bidang Kota dan Arsitektur
C. Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Umayah Di Andalusia
a. Faktor Internal
1. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat- tempat lain para muallaf diperlukan sebagai seorang islam yang sederajat, di spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan oleh Bani Umayyah di Damaskus , orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad kesepuluh masehi, mereka masih memberi istilah’ Ibad dan muwaladdin kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
2. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini penyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayah runtuh dan Muluk al-Thawa’if muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
3. Kesulitan Ekonomi
Diparuh kedua masa Islam di Spanyol, para pengusa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuandengan sangat “serius”, sehingga lalai mebina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
b. Faktor Eksternal
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisonal, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Selain itu, ada gerakan Renaissance di Eropa yang membangkitkan semangat orang-orang Barat untuk merebut kembali kejayaannya. Orang-orang Kristen Eropa mengadakan konsolidasi politik untuk menyusun kekuatan mengusir umat islam.
BANI UMAYYAH II : PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL ANDALUSIA
. Berdirinya Daulah Umayyah II
a. Islam masuk di Andalusia
Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.[1]
Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.
Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
a. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.
b. Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
c. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
d. Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721 M)
e. Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.
f. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.[2]
2. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:[3]
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.
5. Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja kristen
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
3. Masa Kejayaan Daulah Umayyah II
a. Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova.
a. Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b. Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1. Al-Qashr al-Kabir
adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2. Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3. Masjid Jami’ Cordova
4. Jembatan Cordova
5. Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolam-kolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum
6. Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah,
pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova.
b. Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadibahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah:
1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih
Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair, sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan
3. Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta. Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain
4. Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masa itu. Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula music dan seni suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.[4]
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits. Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
4. Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:[5]
1. Konflik Islam dengan Kristen
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat – tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad danmuwalladun kepada para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan
tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa islam di Spanyol,para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
Read more: http://syafieh.blogspot.com/2014/02/bani-umayyah-ii-perkembangan-islam-di.html
Dinasti Umayyah II
1. a. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah II
Pemerintahan Bani Umayyah II merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi. Dia melarikan diri ke Andalusia dari kejaran orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Pada saat itu, sedang terjadi sebuah konflik yang sengit antara al Mudhariyah dan Yamaniyah. Dan kekuasaan berada ditangan Yusuf al Fihri. Orang-orang Yaman bersatu dibawah pimpinan Abdurrahman dan melakukan pertempuran dengan Yusuf al Fihri selama setahun, Akhirnya, Abdurrahman berhasil mengalahkannya pada tahun 756 M.
Karena pengaruhnya semakin besar dan keadaan berada dibawah kendalinya, maka Abu ja’far al Manshur mengirimkan pasukannya beberapa kali untuk mengalahkan Abdurrahman. Namun, usahanya untuk mengalahkan Abdurrahman selalu tidak berhasil. Karena itulah, dia memberinya gelar “Shaqr Quraisy” karena dia sangat kagum padanya dan akhirnya berhenti memeranginya.
Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Andalusia yang dinamakan Dinasti Umayyah II.
Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Andalusia yang dinamakan Dinasti Umayyah II.
b. Khalifah – Khalifah Dinasti Umayyah II
Diantara khalifah-khalifah Umayyah II yang terkemuka diantaranya,
* Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
* Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
* Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
* Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
* Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
* Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
* Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
* Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
* Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
* Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
* Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
1. c. Kemajuan Peradaban Dinasti Umayyah II
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Diantara kemajuan tersebut diantaranya,
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun, Barbar, al-Shaqalibah[1], Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan perkembangan ilmu pengetahuan di Spanyol. Perkembangan tersebut meliputi,
a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn alSayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Pada akhir abad ke-12 M, muncullah seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayatul Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Islam di Spanyol dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Islam di Spanyol mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi’ yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
1. Kemajuan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal hal tersebut sebelumnya.
Disamping pertanian dan perdagangan, industri merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
d. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Umayyah II
Dinasti Umayyah II runtuh pada tahun 422 H/1030 M. Pemerintahan Bani Umayyah II tercabik-cabik dan akhirnya menjadi negeri-negeri kecil yang tersempal-sempal. Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya,
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen yang ditaklukkan dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Jika di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Islam di Spanyol bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
[1] penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran.
Bani Umayyah II di Andalusia
Sejarah merupakan suatu Ilmu yang tak luput dan tak akan berakhir untuk dikaji. Karenanya sejarah tidak akan pernah berakhir untuk ditulis. Seperti misalnya sejarah Islam di Andalusia (Spanyol). Masa Islam Spanyol yang dipelopori oleh Daullah Bani Umayyah II ini mengukir sejarah tersendiri bagi runtutan sejarah Islam di Dunia. Banyak hal yang menarik yang terjadi pada masa ini. Seperti perihal sistem pemerintahan yang membawa spanyol ke arah kemajuan yang pesat. Sampai perihal faktor kemundurannya yang disebabkan oleh kemajuan itu sendiri dan didukung oleh faktor eksternal pula tentunya.
Al Andalus berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada. Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah, diselatan ada benua Afrika yang terhalang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra atlantik dan utara oleh teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vadalusia. Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Yakni terjadinya perbedaan status sosial antar masyarakat yang sangat fanatik. Ketika Islam telah menguasai wilayah ini dan berhasil mencapai masa keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat penting, menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “Guru” bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Oleh karena hal yang menarik itu juga maka
pemakalah mencoba sedikit menjabarkan tentang sejarah yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah II di Andalusia (Spanyol). Pembahasan meliputi awal kedatangan, sistem pemerintahan, perkembangan peradaban serta faktor penyebab kemajuannya dan beberapa faktor yang membuat Daulah Umayyah di Spanyol mengalami keruntuhan.
Al Andalus berarti “untuk menjadi hijau pada akhir musim panas” dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Zadiz, Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada. Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas ditimur dan tenggara adalah laut tengah, diselatan ada benua Afrika yang terhalang oleh selat Gibraltar, dibarat samudra atlantik dan utara oleh teluk Biscy. Pegunungan Pyneria ditimur laut membatasi Andalusia dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah yang dikenal dengan senanjung Liberia (kurang lebih 93 % wilayah Spanyol, sisanya Portugal) dan Vadalusia. Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam sangat memperihatinkan. Yakni terjadinya perbedaan status sosial antar masyarakat yang sangat fanatik. Ketika Islam telah menguasai wilayah ini dan berhasil mencapai masa keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat penting, menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “Guru” bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Oleh karena hal yang menarik itu juga maka
pemakalah mencoba sedikit menjabarkan tentang sejarah yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah II di Andalusia (Spanyol). Pembahasan meliputi awal kedatangan, sistem pemerintahan, perkembangan peradaban serta faktor penyebab kemajuannya dan beberapa faktor yang membuat Daulah Umayyah di Spanyol mengalami keruntuhan.
A. Penaklukan Spanyol dan sejarahterbentuknya dinasti Umayyah Spanyol
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayah yang berpusat di Damaskus.[1] Bani Umayyah merebut Spanyoldari bangsa Gothia pada masa khalifah al Walid ibn ‘Abd al Malik (86-96/705-715). Penaklukan Spanyol diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91/710. Pengiriman pasukan Tarif dilakukan atas undangan salah satu raja Gothia Barat, dimana salah satu putri ratu Julian yang sedang belajar di Toledo (ibu kota Visigoth) telah diperkosa oleh raja Roderick. Karena kemarahan dan kekecewaannya, umat Islam diminta untuk membantu melawan raja Roderick. Pasukan Tarifa mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarifa kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak Ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Jenderal al Maghrib di Afrika Utara pada masa itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Ekspedisi II ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al Thariq) pada tahun 92/711. Sehubungan Tentara Gothia yang akan dihadapi berjumlah 100.000 orang, maka Musa Ibn Nushair menambah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang.Pertempuran pecah di dekat muara sungai Salado (Lagund Janda) pada bulan Ramadhan 92/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya ibu kota Gothia Barat yang bernama Toledo dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 Musa ibn Nushair berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukan oleh Thariq sampai pada bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera Thariq menyerahkan kepemimpinan kepada Musa, dan pada saat itu pula Musa mengumumkan bahwa Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan Islam di Andaluisa oleh Thariq hampir meliputi seluruh wilayah bagiannya, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan Musa ibn Al Nushair.Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun 132/750, Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abbas. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang bernama Abd al Rahman ibn Mu’awwuyah, cucu khalifah Umawiyah kesepuluh Hisyam Ibn Abd al Malik berhasil melarikan diri dari kejaran-kejaran orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi gelar al Dâkhil.Keberhasilan pemuda 21 tahun itu, merupakan sejarah menarik dalam sejarah peradaban islam. Dalam pengepungan yang dilakukan oleh pengikut Abbasyiah, ia berhasil lolos dan bersembunyi dirumah seorang arab badui ditepi sungai Euffart, akan tetapi para pengepung itu muncul dekat dengan tempat persenbunyiannya lalu Abdurrahman mencuburkan diri kesungai dan selamat sampai keseberang. Lolos dari pengepungan itu Abdurrahman ke Spanyol setelah melewati Palestina, Mesir, dan Afrika Utara selama 5 tahun, tetapi ketika di Afrika Utara ia hampir dibunuh oleh gubernur setempat.Kedatangan Abdurrahman di bumi Spanyol disambut baik oleh penduduk di beberapa kota di bagian selatan, dan menjadikannya sebagai penguasa mereka. Misalnya, Sidona dan Sevilla. Akan tetapi ada juga penguasa yang tidak menyukai kedatangan abdurrahman yaitu Yusuf ibn Rahman Al-fihri, gubernur Spanyol (Andalusia) waktu itu. Ketika Abdurrahman dan pengikutnya ke Coedoba. Yusuf al-fihri mempersiapkan pasukannya untuk menghadang Abdurrahman, dan kedua pasukan ini bertemu di Bakkah.Pada tahun 138/756 al Dâkhil berhasil menyingkirkan Yusuf ibn Abd al rahman al Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani Abbas, dan sejak saat itu ia memporklamirkan bahwa Spanyol lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas. Al Dâkhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar amîr al mu’minîn. Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah.Pendirinya adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi. Karena pengaruhnya semakin besar dan keadaan berada dibawah kendalinya, maka Abu ja’far al Manshur mengirimkan pasukannya beberapa kali untuk mengalahkan Abdurrahman. Namun, usahanya untuk mengalahkan Abdurrahman selalu tidak berhasil. Karena itulah, dia memberinya gelar “Shaqr Quraisy” karena dia sangat kagum padanya dan akhirnya berhenti memeranginya.Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II)
B. Masa Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol
Diantara khalifah - khalifah Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
* Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
* Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
* Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
* Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
* Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
* Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
* Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
Al Dâkhil berhasil meletakan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah bani Umayyah II di Spanyol. Pusat kekuasan Umayyah di Spanyol dipusatkan di Cordova sebagai ibu kotanya. Al Dâkhil berkuasa selama 32 tahun, dan selama masa kekuasaannya ia berhasil mengatasi berbagai masalah dan ancaman, baik pemberontakan dari dalam maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhan al Dâkhil sangat disegani dan ditakuti, karenanya ia dijuliki sebagai Rajawali Quraisy.Pada masa didirikannya dinasti Umayyah II ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath. Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaannya pada masa al Nashir dan kekuasaannya masih tetap dapat dipertahankan hingga masa kepemimpinan Hakam II al Muntashir (350-366/961-976).Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom). Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadiNamun ada yang berpendapat pada masa ini dibagi menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013). Jadi Gelar yang digunakan pada masa dinasti ini adalah Amîr, dan ini tetap dipertahankan oleh penerusnya sampai awal pemerintahan amir kedelapan Abd al Rahman III (300-350/912-961). Proklamasi Khilafah Fathimiyyah di Ifriqiyah (297/909, serta merosotnya kekuatan Daulah Abasiyyah sepeninggal al Mutawakkil (232-247/847-861) mendorong Abd al rahman III untuk memproklamasikan diri sebagai khalifah dan bergelar amîr al mu’minîn.Ia juga menambahkan gelar al Nashir dibelakang namanya mengikuti tradisi dua khalifah lainnya. Jadi penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada masa ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas CordovaAkhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Kekuasaan Umayyah mulai menurun setelah al Muntashiru wafat. Ia digantikan oleh putera mahkota Hisyam II yang beru berusia 10 tahun. Hisyam II dinobatkan menjadi khalifah dengan gelar al Mu’ayyad. Muhammad ibn Abi Abi Amir al Qahthani yang merupakan hakim Agung pada masa al Muntashir berhasil mengambil alih seluruh kekuasaan dan menempatkan khalifah dibawah pengaruhnya. ia memaklumkan dirinya sebagai al Malik al Manshur Billah (366-393/976-1003) dan ia terkenal dalam sejarah dengan sebutan Hajib al Manshur.Kekuasaan Hakim Agung al Manshur diteruskan oleh Abd al Malik ibn Muhammad yang bergelar al Malik al Mudhaffar (393-399/1003-1009). Pada masa selanjutnya al Mudhaffar digantikan oleh Abd al rahman ibn Muhammad yang bergelar al Malik al Nashir li Dinillah (399/1009) dan sejak saat itu kestabilan politik Umayyah mulai merosot dengan terjadinya berbegai kemelut di dalam negeri yang akhirnya meruntuhkan dinasti Umayyah.Keruntuhan Bani Umyyah diawali dengan pemecatan al Mu’ayyad sebagai khalifah oleh sejumlah pemuka-pemuka Bani Umayyah. Kemudia para pemuka tersebut bersedia mengangkat al Nashir sebagai khalifah. Akan tetapi pada kenyataanya dengan turunnya al Mu’ayyad perebutan kursi khilafah menjadi tidak bias dihindari. Dalam tempo 22 tahun terjadi 14 kali pergantian khalifah, yang umumnya melalui kudeta,dan lima orang khalifah diantaranya naik tahta dua kali. Daulah Umawiyah akhirnya runtuh ketika Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang bergelar al Mu’tadhi (418-422/1027-1031) disingkirkan oleh sekelompok angkatan bersenajata.
C. Eksisitensi Bani Umayyah spanyol
Kemajuan Peradaban Dinasti Umayyah II
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Diantara kemajuan tersebut diantaranya:
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol. Perkembangan tersebut meliputi:
A. Filsafat.
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama.
Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun. Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.
B. Sains.
Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dan Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini pada tahun 1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan, mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan kenyataan yang berhubungan dengan fisika.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
C. Fiqih.
Dalam bidang fikih, Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
D. Musik dan Kesenian.
Seni musik Andalusia berkembang dengan datangnya Hasan ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggilan Ziryab. Ia adalah seorang maula dari Irak, murid Ishaq al Maushuli seorang musisi dan biduan kenamaan di istana Harun al Rasyid. Ziryab tiba di Cordova pada tahun pertama pemerintahan Abd al Rahman II al Autsath. Keahliannya dalam seni musik dan tarik suara berpengaruh hingga masa sekarang. Hasan ibn Nafi’ dianggap sebagai peketak pertama dasar dari musik Spanyol modern. Ialah yang memperkenalkan notasi do-re-mi-fa-so-la-si. Notasi tersebut berasal dari huruf Arab. Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus, Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain, menunjuk kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering disebut adalah De Scientiis dan De Ortu Scientiarum.
E. Bahasa dan Sastra.
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
Pada permulaan abad IX M bahasa Arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia. Pada waktu itu seorang pendeta dari Sevilla menerjemahkan Taurat kedalam bahasa Arab, karena hanya bahasa Arab yang dapat dimengerti oleh murid-muridnya untuk memahami kitab suci agama mereka. Hal seperti itu terjadi pula di Cordova dan Toledo. Menurut al Siba’i pada saat itu tidak jarang dari penduduk setempat yang beragama Nashrani lebih fasih berbahasa Arab daripada (sebagian) bangsa Arab sendiri.
Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di Andalusia masa dinasti Bani Umayyah :
No
|
Nama
|
Bidang Keahlian
|
Keterangan
|
1
|
Abu Ubaidah Muslim Ibn Ubaidah al Balansi
|
Astrolog , Ahli Hitung
Ahli gerakan bintang-bintang
|
Dikenal sebagaiShahih al Qiblat karena banyak sekali mengerjakan penetuan arah shalat.
|
2.
|
Abu al Qasim Abbas ibn Farnas
|
- Astronomi
- Kimia
|
Ilmi kimia, baik kimia murni maupun terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya dengan ilmu kedokteran.
|
3
|
Ahmad ibn Iyas al Qurthubi
|
Kedokteran
|
Hidup pada masa Khalifah Muhammad I ibn abd al rahman II Ausath
|
4.
|
Al Harrani
| ||
5.
|
Yahya ibn Ishaq
|
Hidup pada masa khalifah Badullah ibn Mundzir
| |
6.
|
Abu Daud Sulaiman ibn Hassan
|
Hidup pada masa awal khalifah al Mu’ayyad
| |
7
|
Abu al Qasim al Zahrawi
|
- Dokter Bedah
- Perintis ilmu penyakit telinga
- Pelopor ilmu penyakit kulit
|
Di Barat dikenal dengan Abulcasis. Karyanya berjudul al Tashrif li man ‘Ajaza ‘an al Ta’lif, dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M) buku tersebut menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa.
|
8
|
Abu Marwan Abd al Malik ibn Habib
|
Ahli sejarah, Penyair dan ahli nahwu sharaf
|
salah satu bukunya berjudul al Tarikh
|
9
|
Yahya ibn Hakam
|
Sejarah, Penyair
| |
10
|
Muhammad ibn Musa al razi
|
Sejarah
|
wafat 273/886. Menetap di Andalusia pada tahun 250/863
|
11
|
Abu Bakar Muhammad ibn Umar
|
- Sejarah
|
Dikenal dengan Ibn Quthiyah , Wafat 367/977 dan Bukunya berjudul Tarikh Iftitah al Andalus
|
12
|
Uraib ibn Saad
|
- Sejarah
|
Wafat 369/979, Meringkas Tarikh al- thabari, menambahkan kepadanya tentang al Maghrib dan Andalusia, disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut.
|
13
|
Hayyan Ibn Khallaf ibn Hayyan
|
- Sejarah & sastra
|
Wafat 469/1076, Karyanya : al Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan al Matin.
|
14
|
Abu al Walid Abdullah ibn Muhammad ibn al faradli.
|
- Sejarah
- Penulis biografi
|
Lahir di Cordova tahun 351/962 dan wafat 403/1013. Salah satu karyanya berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus
|
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat pada masa Umayyah tidak terlepas dari kecintaan dan hasrat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya dikalangan penduduk akan tetapi juga terlebih di kalangan penguasa. Pada masa al Muntashir terdapat tidak kurang dari 800 buah sekolah, 70 perpustakaan pribadi disampin perpustakaan umum.
2. Kemegahan bangunan fisik.
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.
Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat api yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
D. Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah Spanyol (Cordova)
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.38 Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
E. Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.
PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH II DI ANDALUSIA
PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH II DI ANDALUSIA
A. Penaklukan Andalusia
andalusia adalah sebutan bagi semenanjung Iberia periode Islam berasal dari kata Vandalusia. Yang dikuasai BANI UMAYYAH pada masa Khalifah al-walid ibn Abd al-Malik (86-96/705-715).Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang di pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91/710. Dan berhasil menguasai TARIFA serta membawa banyak ghanimah, Musa ibn Nushair Gubernur Afrika Utara pada kala itu mengirimkan 7000 orang tentara di pimpinan Thariq bin ziyad mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal Thariq) pada tahun 92/7l1 .Di atas bukit, THARIQ memberi semangat pada pasukannya,karena jumlah lawan lebih banyak. Dan mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara, sehingga jumlah pasukannya menjadi 12.000 orangPertempuran pecah di dekat muara sungai Sarado pada bulan Ramadhan92/19 Juli 7l1 dan dapat menguasai Toledo, ibu kota Gothia Barat, pada Bulan Juni 712 Musa berangkat ke Andalusia membawa 10.000 orang tentara dan menyerang kota kecil Talavera. Thariq menyerahkan kepemimpinan kepada Musa. Pada saat itu pula Musa memaklumkan Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.Penaklukkan selanjutnya diarahkan ke kota-kota di bagian utara hinggamencapai kaki pegunungan pyrenia. Tempat yang ingin ditaklukkan tapi tidak di restui oleh khalifah. sebelum berangkat, Musa menyerahkan kekukasaan kepada Abd al-Aziz ibn Musa. Abd al-Aziz berhasil menaklukkan Andalusia bagian timur, sehingga dengan demikian seluruh Andalusia sudah jatuh ke tangan umat Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan tandus di bagian barat laut semenanjung itu.Andalusia menjadi salah satu propinsi dari Daulah Bani umayyah sampai tahun 132/750. Selama periode tersebut para Gubernur Umawiyah di Andalusiaberusaha mewujudkan impian Musa bin Nushair untuk menguasai Galia. Akantetapi, dalam pertempuran poitiers di dekat Tours pada tahun l 14/733 tentaraIslam di bawah pimpinan Abd ar-Rahman al-Ghafiqi dipukul mundur olehtentara Nasrani Eropa di bawah pimpina Karel Martel. Itulah titik akhir dariserentetan sukes umat Islam di utara pegunungan pyrenia. setelah itu merekatidak pernah meraih kemenangan yang berarti dalam menghadapi serangan balik kaum Nasrani EropaKetika bani umayyah runtuh andalusia menjadi satu propinsi dari bani abbas sampai Abd Al Rahman ibn muawiyyah dan memproklamasikan Umayyah II di Cardova sampai tahun 422/1031
B. Ihwal Pemerintah
Abd al rahman ibn muawiyyah lolos dari pembunuhan saat revolusi Abbasiyyah tahun 132/750. Dan di sebut ad dhakhil karena dapat menyingkirkan yusuf ibn al rahman al fihri pada tahun 138/756. Dan tahun 757 ia menghapus nama khalifah dari khatbah jumat yang di lakukan gubernur sebelumnya. Tapi beliau lebih senang di panggil dengan sebutan amir. Selama 32 tahun ia mampu mengatasi dari dalam maupun luar dan dijuluki RAJAWALI QURAISY. Gelar amir dipertahankan sampai pemerintahan amir ke 8 abd al rahman III ( 300-350/912-961 ) dan menambahi gelar al nashir di belakang namanya.Pada masa al-Nashir inilah Bani umayyah II mencapai puncak kejayaan dan masih dipertahankan di bawah kepemimpinan Hakam Il al-Mustanshir (350- 366/ 961-976). Ketika al-Mustanshir wafat putera Mahkota Hisyam II yang baru berusia l0 tahun dinobatkan menjadi khalifah dengan gelar al-Mu’ayyad. Muhammad ibn Abi Amir al-Qahthani yang diangkat menjadi Hakim Agung pada akhir kekuasaan al-Mustanshir. mengambil alih seluruh kekuasaan dan menempatkan khalifah di bawah pengaruhnva. Ia memaklumkan dirinya sebagai al malik almansur billah (366-393/976-1003) Untuk memperkuat kedudukannya, al-Manshur menyingkirkan pangeran pangeran Bani umayyah dan pemuka-pemuka suku yang berpengaruh. Ia membentuk polisi rahasia yang terdiri dari orang-orang Barbar, sedangkan tentara khalifah yang terdiri dari orang Slavia dibubarkan dan diganti dengantentara baru dari orang-orang Barbar dan orang Nasrani dari Leon, castilla danNavarre. Garis kebijakan al-Manshur diteruskan oleh Abd al-Malik ibn Muhamrnad yang bergelar aI-MaIik aI-Mudhaffar (393-399/1033- 1009). Sampai saat itu Daulah Umayyah masih disegani oleh lawan-lawannya di belahan utara. Akan tetapi. ketika al-Mudhaffar digantikan oleh Abd al-Rahman ibn Muhammad yang bergelar al-Malik al-Nashir li Dinillah (399/1009) terjadi kemelut di dalam negeri yang menghantarkan kedaulatan Umawiyah ke tepi jurang kehancuran. Malapetaka kehancuran mulai melanda istana ketika pemuka-pemukaBani umayyah memecat al-Mu’ayyad dari jabatan khalifah, karena ia bersedia memberikan jabatan tertinggi negara itu kepada al-Nashir li Dinillah sepeninggalnya kelak. Mulai saat itu perebutan kursi khilafah sudah tidak bisadihindari. Dalam tempo 22 tahun terjadi l4 kali pergantian khalifah, umumnyamelalui kudeta, dan lima orang khalifah di antaranya naik tahta dua kali. Daulahumawiyah akhirnya runtuh ketika Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yangbergelar ql-Mu’radhi (418/1027-422/103l) disingkirkan oleh sekelompok angkatan bersenjata. Para pemuka penduduk cordova segera meminta umayyahbin Abd al-Rahman agar bcrsedia menduduki jabatan khalifah. Akan tetapi, iatidak sempat menikmati jabatan tertingi negara itu, karena terpaksa harusbersembunyi untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengancam dirinya. Dalam pada itu, wazir Abu al-Hazm ibn Jahwar memaklumkan penghapusan khilafah untuk selamanya karena dianggap tidak ada lagi orang yang layak atas jabatan itu. Di atas puing-puing Daulah Umayyah Andalusia memasuki babak baru yang dikenal dengan Periode Muluk al-Thawaif
C. Hubungan Luar Negeri
Bani Umayyah II telah menjalin pcrsahabatan dengan Bizantium untukmenghadapi ancaman Bagdad. Pada masa al-Nashir, hubungan dengan negara negara tetangga diperluas. Pada tahun 334/945 Raja Otto dari Jerman telahmengirim dutanya ke cordova. sebagaimana dilakukan Raja Prancis dan raja raja lainnya. Italia menjalin persahabatan dengan cordova setelah menderitakerugian akibat serbuan Fathimiyah ke Genua. sebagaimana halnya Bizantiumyang ingin melepaskan Sicilia dari cengkraman kekuasaan Khalifah al-qaim bi Amrillah al-Fathimi (322-334/934-945). Kaisar Bizantium constantine Porphryogenitus (911-959) mengirimkan dutanya ke cordova pada tahun 336-337/947-948 untuk mengikat perjanjian damai dengan al-Nashir, guna menghadapi Abbasiyah dan Fathimiyah. Hubungan dengan Bizantium ternyatatidak terbatas hanya dalam bidang politik, sebagaimana ditunjukkan dengan andil Bizantium dalam pembuatan mihrab Masjid Agung cordova dan pembangunan al-Zahra. Bizantium pernah mengirim Nicholas untuk menerjemahkan sebuah buku kedokteran, yang dihadiahkan kepada al-Nashir,dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin yang selanjutnya diterjemahkan olehIbn Syibruth ke dalam bahasa Arab.Provense adalah salah satu negara yangmerasakan langsung ancaman perluasan kekuasaan muslim di Laut Tengah. Menyadari hal itu, Raja Provense meminta bantuan kepada otto (936-973) Kaisar Jerman yangpada tahun 966 dinobatkan menjadi Kaisar Imperium RomaSuci, untuk menghadapi ancaman tersebut. Pada tahun 345, otto mengirimkandelegasinya ke cordova di bawah pimpinan Uskup Jean de Gorza. Al-Nashirmengirim delegasi balasan ke Jerman dibawah pimpinan Uskup Rabi’ bin Zaid,yang dalam catatan Spanyol lebih dikenal dengan nama Recemundo. Kondisipolitik yang demikian memberi pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban Andalusia.
D. Komposisi Penduduk
Penduduk Andalusia terdiri dari banyak unsur, antara lain Arab, Barbar,spanyol, Yahudi dan Slavia. Bangsa Arab dan Barbar datang ke daratan ini sejak masa penaklukan. orang-orang Arab ini terdiri dari dua kelompok besar, yaitu keturunan Arab utara atau suku Mudlari dan keturunan Arab Selatan atau suku . Yamani. Kebanyakan orang Mudlari tinggal di roledo, Saragossa, Sevilla dan valencia, sedangkan orang-orang yamani banyak bermukim di Granada, cordova, sevilla, Murcia dan Badajoz. orang-orang Barbar banyak ditempatkan di daerah-daerah perbukitan yang kering dan tandus di bagian utara negeri ini, berhadapan dengan. basis-basis kekuatan Nasrani, padahal pada saat yang sama orang-orang Arab menempati lembah-lembah subur yang jauh dari ancaman kelompok-kelompok gerilya orang-orang salib itu. oleh karena itu, wajar apabila dalam beberapa kerusuhan yang timbul salah satu penyebabnya berakar pada kemarahan orang-orang Barbar yang semakin meluas terhadap penguasa Arab yang diskriminatif . Ketidakpuasan orang Barbar ini mereda ketika al- Nashir berkuasa, namun kekecewaan mereka muncul kembali sepeninggal al- Manshur bin Abi Amir.Penduduk keturunan Spanyol terdiri dari; (l) kelompok yang telah memeluk Islam, (2) kelompok yang tetap pada keyakinannya tapi meniru adat kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata: mereka dikenal dengan sebutan Musta’ribah dan (3) kelompok yang tetap berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya.Tidak sedikit pemeluk agama Nasrani yang menjadi pejabat sipil maupun militer dan ada pula yang bertugas sebagai pemungut pajak. Sebagaimana umatNasrani, bangsa Yahudi pun menikmati kebebasan beragama yang cukup luas dibawah kekuasaan Bani Umayyah II ini.Kelompok lain yang tidak kalah penting dalam kehidupan politik dansosial budaya di Andalusia adalah golongan Slavia. Ketika al-Nashir menyadaribahwa semangat kesukuan Arab yang berlebihan merupakan sumber perpecahan dan persengketaan, ia melimpahkan kepercayaan kepada kelompok budak itu untuk dijadikan pengawal di istananya. Mereka dididik dalam bidang kemiliteran dan diangkat menjadi tentara pemerintah. Menurut al-Maqarri jumlah mereka di istana al-zahra pada waktu itu mencapai 3750 orang. Ketika al-Manshur memberi kepercayaan yang lebih besar lagi kepada orang Barbar,orang Slavia tersingkir dari istana. Oleh karena itu, kelompok ini segera terlibatdalam pemberontakan tidak lama setelah al-Manshur wafat.
E. Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Penduduk Andalusia, baik Muslim maupun bukan, memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam pembangunan negara. Oleh karena itu, Bani Umayyah II yang merupakan inti kekuasaan Islam di Andalusia, mampu menempatkan Cordova sejajar dengan Konsrantinopel dan Bagdad sebagai pusat peradaban dunia. Cordova menjadi penting sejak Samah ibn Malik al-Khaulani menjadikan kota ini sebagai ibu kota propinsi Andalusia menggantikan Sevilla pada tahun 100/719. Ia membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang dibangun oleh penguasa Romawi dan membangun kisaran air.Ketika al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibukota negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan air bersih, digalinya danau yang airnya didatangkan dari pegunungan. Air danau itu selain dialirkan melalui pipa ke istana dan rumah-rumah penduduk, juga dialirkan melalui parit parit ke kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian. Sepeneninggal al-Dakhil Cordova terus berkembang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia. Perkembangan paling pesat terjadi pada masa al Mustanshir dan al-Mu’ayyad. Pusat kota yang dikelilingi oleh dinding tembokdengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karenaberkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya. Daerah pinggiran itu menurutJurji Zaidan berjumiah 21 distrik yang masing-masing memiliki banyak masjid,beberapa pasar dan pemandian umum. sedangkan menurut Hasan Ibrahim Hasan jumlah daerah pinggiran itu tidak kurang dari 28 distrik. Adapun luas Cordova pada waktu itu sekitar 144 mil persegi; panjang 24 mil dan lebar enam mil.Jumlah penduduk Cordova kira-kira 500.000 orang, sedangkan rumahnyaberjumlah 13.000 buah, tidak termasuk istana-istana megah, daerah pinggiran,300 buah pemandian umum dan 3000 buah masjid. Tidak ada satu kota pun yang menandingi Cordova pada waktu itu selain Bagdad. Menurut Jurji zaidanpenduduk Cordova (termasuk daerah pinggiran) pada masa al-Manshur bin Abi Amir kira-kira dua juta orang. Bangunannya berjumlah 124.503 buah, terdiri dari 113.000 rumah penduduk,430 buah istana,6.300 rumah pegawai negeri.3.873 buah masjid dan 900 buah pemandian umum. Seluruh jalan di Cordova pada waktu itu sudah diperkeras dengan batu dan diterangi lampu pada waktu malam. Bandingkan dengan london yang 700 tahun kemudian hampir belum ada sebuah lentera pun yang menerangi jalan di sana, juga di Paris selama berabad-abad kemudian, tebalnya lumpur di musim hujan bisa setinggi mata kaki bahkan sampai ke ambang pintu rumah.Kebanggan Cordova tidak lengkap tanpa al-Qashr al-Kabir, al-Rushafa,Masjid Jami Cordova, Jembatan Cordova al-Zahra dan al-Zahirah. Al-Qashr al- Kabir adalah kota satelit yang dibangun oleh al-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang pengantinya. Di dalamnya dibangun 430 gedung yang di antaranya merupakan istana-istana megah. Masing-masing istana itu diberi nama khusus, seperti al-Kamil , al-Mujaddid, al-Hair, al-Raudlah, al-Zahir, al-Ma’syuq al-Mubarak al-Rasyiq, Qashr al-Surur, al-Taj, al Badi’ dan sebagainya- Rushafah adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil di sebelah barat laut Cordova. Istana itu mencontoh bentuk Istana dan Taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria. Banyak tanaman pengisi taman yang sengaja didatangkan dari luar Andalusia. Seperti tuhfah Persia dan delima. Sebatang pohon palem yang hanya satu-satunya tumbuh di taman itu, mungkin palem pertama yang sejenis, dikirim dari Syria oleh Ummu Asbagh saudara perempuan al-Dakhil.Peninggalan al-Dakhil yang hingga kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami cordova, didirikan pada tahun 170/786 dengan dana 80.000 dinar. Dalam tahun 177/793 Hisyam I menyelesaikan bagian utama masjid ini dan menambah menaranya. Al-Ausath, al-Nashir, al-Mustanshir darr al-Ma’shur, memperluas dan memperindahnya, sehingga menjadi masjid paling besar dan paling indah pada masanya. Menurut al-Bithuni, panjang masjid dari utara ke selatan adalah 175 meter, sedangkan lebarnya dari barat ke timur 134 meter. Masjid ini memiliki sebuah menara yang tingginya 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Di sekeliling kubah besar itu terdapat 19 buah kubah kecil. Di muka mihrab terdapat empat buah tiang dari batu pualam yang bcrdiri bertentangan, dua berwarna hijau dan dua lagi berwarna biru. Bangunan ini tidak scluruhnya beratap, melainkan ada sebagian yang sengaja terbuka supaya cahaya dan udara segar dapat masuk ke ruangan sebanyak-banyaknya. Atap masjid didukung oleh 1293 tiang pualam bertatahkan permata, sedangkan talangnya yang berjumlah 280 buah terbuat dari perak murni. Di tengah masjid terdapat tiang agung yang menyangga l000 buah lentera. Ada sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga, kecuali pintu maqshurah yang terbuat dari emas murni. Ketika cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236. masjid ini dijadikan gereja dengan nama santa Maria, tetapi di kalangan masyarakat Spanyol lebih populer dengan sebutan la Mezquita, berasal dari kata Arab al-masjid.Dalam tahun 325/936 al-Nashir membangun kota satelit dengan nama salah seorang selirnya, al-Zahra, di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena, sekitar tiga mil di sebelah utara cordova. Menurut al-ldrisi, alzahra terdiri atas tiga bagian yang masing-masing dipisahkan oleh pagar tembok. Bagian atas terdiri atas istana-istana dan gedung-gedung negara lainnya, bagian tengah adalah taman dan tempat rekreasi. sedangkan di bagian bawah terdapat rumah-rumah. toko-toko, masjid-masjid dan bangunan-bangunan umum lainnya. lstana-istana al-zahra di bagian atas itu, yang terbesar di antaranya diberi nama Dar al-Raudlah.Pembangunan kota ini memakan waktu sekitar 40 tahun dan baru selesaipada masa al-Mustanshir. Setiap harinya menyerap tenaga kerja sekitar 10.000orang dan l500 hewan pengangkut. Marmer yang diperlukan didatangkan dariNumidia dan Kartago, sedangkan sokoguru-sokoguru dan bak-bak berukir emas dari Constantinopel. Arsirek dan tenaga ahli banyak didatangkan dari luar negeri, termasuk dari Konstantinopel dan Baghdad.Kemegahan al-zahra hampir menyamai al-qashr al-Kabir. Ia dilengkapitaman indah yang di sela-selanya mengalir air dari gunung, danau-danau kecilberisi ikan aneka warna dan sebuah taman margasatwa berisi aneka binatangbuas dan berbagai jenis burung serta satwa-satwa lainnya. Di dalam komplek ini terdapat sebuah pabrik senjata dan pabrik perhiasan serta sebuah masjid berukuran panjang 57 meter dan lebar 30 meter. Masjid Agung al-zahra dibangun tidak beratap. selain pada mihrabnya. Mimbarnya ditempatkan pada ruangan khusus berlantai marmer merah muda, sedangkan di tengah masjid mengalir air yang tidak pernah kering. Pembangunan masjid ini melibatkan 300 orang tukang batu, 200 orang tukang kayu dan 500 orang pekerja kasar lainnya.Sejalan dengan perkembangan bahasa Arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit disebut adab, baik dalam bentuk puisimaupun prosa. Di antara jenis prosa adalah khithabah, tarassul maupun karyafiksi lainnya Beberapa contoh khithabah dari Andalusia tcrmuat dalam Nafh al-Thayyib min Ghushn al-Andalus at-Rathib karya al-Maqarri, dan dalam Qala’idal-Iqyan fi Mahasin al-A’yan buah pena al-Fath ibn Khaqan.Menurut Ameer Ali “orang-orang Arab Andalusia adalah penyair-penyairalam. Mereka menemukan bermacam jenis puisi. yang kemudian dicontoh olehorang-orang Kristen di Eropa Selatan.” Sebagaimana halnya di Timur, jenissyair yang berkembang di Andalusia adalah madah, ratsa, ghazal, khimar, washf, himasah, hija, zuhd dan hikmah. Sebelum lslam masuk ke Andalusia,orang Spanyol suka berseloka. Kedatangan Islam telah memperluas seloka seloka Spanyol yang tidak beraturan itu, sehingga lahir muwasysyah, dan muwasysyah ini melahirkan zajal.Di antara sastrawan terkemuka Andalusia adalah Abu Amr Ahmad ibnMuhammad ibn Abd Rabbih, lahir di cordova 246/860. Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada sastra dansejarah. Ia semasa dengan empat orang Khalifah Umawiyah yang bagi merekatelah ia gubah syair-syair pujian (madah), sehingga ia memperoleh kedudukanterhormat di istana. Pada masa al-Nashir ia menggubah 440 bait syair denganmenggunakan bahan acuan sejarah. Ketika memasuki usia lanjut, ia menyesalikehidupan masa mudanya, dan lebih menyukai hidup zuhud. Oleh sebab itu, iamenggubah syair-syair zuhdiyat yang ia himpun dalam al-Mumhishat. Sebagianbesar karya syairnya sudah hilang, sedangkan yang berupa prosa ia tuangkandalam karyanya yang diberi nama al-‘Aqd al-Farid. Ia wafat dalam keadaanlumpuh pada tahun 328/940.Sastrawan lain yang tidak kalah populer adalah Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid, lahir di Cordova pada tahun 382/992. Sejak muda ia dekat dengan penguasa. Bahkan ketika Cordova dilanda kemelut politik ia tetap mendekat kepada khalifah yang sedang berkuasa. Akan tetapi. orang-orang yang tidak suka selalu berusaha untuk menyingkirkannya dengan menjelek-jelekkan namanya di depan penguasa. Pada masa kekuasaan Hamudiyah penyair ini dipenjarakan dan menerima penghinaan serta penganiayaan yang berat. Ia dibebaskan dalam keadaan lumpuh sampai wafat pada tahun 427/1035 .Karya lbn Syuhaid, baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan. Karyanya dalam bentuk prosa antara lain Risalah al-Tawabi’ wa al-Zawabigh, Kasyf al-Dakk wa Atsar al-Syakk dan Hanut ‘Athar. la juga menulis beberapa risalah untuk para amir, wazir, sastrawan dan penulis di antaranya berupa kritik sosial. Puisi-puisinya yang bisa ditemukan hanya yang diriwayatkan oleh Ibn Bassam dalam al-Dzahirah, al-Fath ibn Khaqan dalam Matmah al-Anfus, al-Maqaari dalam Nafh al-Thay-yib, Al-Tsa’alibi dalam Yatimah al-Dahr dan Ibn Khallikan dalam Wafayat al-A’yan. Puisi-puisi lbn Syuhaid itu berkisar sekitar madah, ratsa, ghazal, syakwa, fakh, dan washf .Sastrawan lain yang semasa dengan Ibn Syuhaid ialah Ibn Hazm (384/994-455/1063). seorang penyair sufi yang banyak menggubah puisi-puisi cinta. Puisi-puisinya yang dihimpun dalam sebuah antologi Permata Seorang Dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri danpengalaman orang lain. Kedua orang sastrawan terkemuka itu sempat menyaksikan keruntuhan Khilafah Umawiyah dan meratapi istana Cordova ketika di landa kehancuran.Kecuali yang tersebut di atas masih banyak sastrawan lainnya- antara lainIbn Hani al-Ilbiri (w.362/972), al-Zabidi (w.379/989), Ibn Zamanain (w. 398/ 1007), al-Mushhafi (w. 372/982),Ibn Idris al-Jaziri (w. 394/1003), Ibn Darra al-Qasthili (w. 1030 M), Ibn Bard (w. 394/1003 ) dan Ibn Zaidun (394/1003- 463/1071). Yang disebut terakhir ini melejit namanya pada masa Muluk al- Thawaif, karena hanya sampai usia 28 tahun ia menyaksikan eksistensi Daulah Bani Umayyah Cordova. Selama 40 tahun berikutnya ia hidup dalam periode Muluk at-Thawaif. Ia dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masanya.Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik dan senisuara. Dalam hal ini tidak bisa dikesampingkan jasa besar Hasan bin Nafi’ yangIebih dikenal dengan panggilan Ziryab.la seorang maula dari lrak, murid Ishaqal-Maushuli seorang musisi dan biduan kenamaan di istana Harun al-Rasyid.Ziryab tiba di Cordova pada tahun pertama pemerintahan Abd al-Rahman ll al Ausath. Keahliannya dalam seni musik dan tarik suara. pengaruhnya masihmembekas sampai sekarang, bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar dari musik Spanyol modern. Tidak diingkari, baik oleh sarjana Barat maupun Timur, bahwa orang Arab pula yang memperkenalkan hot: do, re, mi, fa, sol, la, Si. Bunyi-bunyi itu diambil dari huruf-huruf Arab: Dal, Ra, Mim, Fa, Shad, Lam,Sin.
F. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Baghdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula ulama dari Timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia. Oleh karena itu, pengaruh Timur cukup besar terhadap perkembangan ilmu dan peradaban di Andalusia.Kebanyakan umat Islam Andalusia adalah penganut madzhab Maliki. Konon madzhab ini diperkenalkan pertama kali di Andalusia oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman ibn Ziyad al-Lahmi. Ia hidup pada masa Hisyam I bin Abd al- Rahman al-Dakhil, dan belajar Ilmu Fiqh di Madinah dari Imam Malik bin Anas (96-179-715-795). Jejaknya diikuti oleh Yahya bin Yahya al-Laitsi, yang selain memperoleh ilmu dari al-Lahmi, ia juga berguru kepada Imam Malik. Atas usaha al-Laitsi ajaran Malikiyah semakin tersebar di Andalusia, dan menjadi anutan sebagian besar umat Islam di sana. Sebelumnya mereka menganut ajaran Imam Auza’i, seorang Faqih besar yang fahamnya tersebar luas di Syam pada masa kejayaan Daulah Bani Umayyah I.Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan Ilmu Fiqh di Andalusia, ialah seorang sastrawan Abu Bakar Muhammad ibn Marwan ibn Zuhr (w. 422/1031), di samping Abu Muhammad Ali ibn Hazm w. 455/1063) penyusun al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa f at-Nihal. Semula Ibn Hazm menganut madzhab Syafi’i, tetapi kemudian beralih menjadi pengikut ImamDaud al-Dhahiri. Oleh karena itu, ia telah berperan dalam mengembangkan dua madzhab ini di Andalusia, di samping ia juga sebagai pemuka gerakan Asy’ariyah di sana. Ia telah menulis sekitar 400 buku tentang sejarah, theologi, Hadits, puisi dan lain-lain.Dasar pemikiran hukum madzhab Maliki adalah Hadits,. Al-Muwaththa yang memuat sekitar 1700 Hadits Rasulullah saw, adalah karya besar Malik ibn Anas yang sekaligus merupakan Kitab Fiqh madzhab Maliki. oleh karena itu. perhatian muslimin Andalusia terhadap Hadits Rasulullah saw amat besar. Penghafal Hadits terkenal adalah Abu Abd al-Rahman al-Mukhallad (w. 276/887) yang belajar dari para imam dan ulama Hadits di Timur. Selain al- Mukhallad tercarat pula Abu Muhammad Qasim ibn Ashbagh dan Muhamnrad ibn Abd al-Malik ibn Aiman sebagai ulama Hadits kenamaan pada masanya.Ilmu agama yang juga berkembang amat pesat ialah Ilmu qira’at, yaitu ilmu yang membahas cara membaca lafadh-lafadh al-qur’an yang baik dan benar, Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said (w. 444/1052) adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya. la telah menulis 120 buku, diantaranya al-Muqni’u wa al-Taisir.Menurut Muhammad Shaghir al-Mas’umi, pada abad lV H/X M para pelajar Andalusia pergi ke Bagdad, Bashrah. Damaskus dan Mesir untuk mempelajari Hadits, Tafsir, fiqh, logika dan filsafat. Muhamnrad ibn Abdun al-Jabali pada tahun 347/952 belajar logika kepada Abu Sulaim Muhammad ibn Thahir ibn Bahran al-Sijistani, dan kembali ke Andalusia pada tahun 360/ 965. Sebelumnya dua orang bersaudara Ahmad dan umar ibn yunus al Barrani belajar berbagai ilmu kepada Tsabit ibn Sinan ibn tsabit ibn qurrah di Bagdad sejak tahun 339/935, kembali ke Andalusia pada tahun 35l/956. Abu al-qasim Maslamah ibn Ahmad al-Majriti (w. 391/1007) pergi ke Timur mempelajari manuskrip-manuskrip Arab dan Yunani, kemudian mengembangkan ilmu yang diperolehnya itu di Andalusia. Ia sangat besar jasanya dalam bidang ilmu matematika, astronomi, kedokteran dan kimia dan dianggap sebagai orang yang memperkenalkan Rasail lkhwan al-shafa ke Eropa. pengikutnya antara lain Ibn Shafar, al-zahrawi, al-Karmani dan Abu Muslim Umar ibn Ahmad ibn Khaldun al-Hadlrami. Menurut Qadli Said dan al-Maqarri, ar-Kannani (w. 450/1063) adalah orang pertama yang memperkenalkan Rasair lkhwan al-shafa di Spanyol.Luthfi Abd al-Badi’ mengemukakan, bahwa Muhammad ibn Abdillah ibn Misarrah al-Bathini (269-319 H) dari cordova dikenal sebagai orang pertama yang menekuni filsafat di Andalusia. Hal ini berarti, filsafat sudah dikenal di semenanjung ini sebelum munculnya al-Jabali. Ilmu tersebut berkembang pesat pada masa al-Nashir dan mencapai puncaknya pada masa al-Mustanshir. Sewaktu para filosuf dikutuk pada masa daulah Amiriyah, ilmu ini mengalami kemunduran drastis, tetapi kemudian muncul kembali dan mengalami kemajuan pesat pada masa Muluk al-Thawaif.Sejalan dengan perkembangan firsafat, berkembang pura ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari pada tahun 154/ 771. Dengan perantaraan ini bangsa Arab mengenal dan mempergunakan angka-angka India yang di Eropa lebih dikenal dengan angka ‘Arab. Sarjana Andalusia kenamaan dalam periode ini antara lain Abu ubaidah Muslim ibn ubaidah al-Balansi, seorang astrolog dan ahli Ilmu Hitung. Ia yang dikenal sebagai shahib al-qiblat, karena banyak sekali mengerjakan shalat, adalah seorang alim mengenai gerakan bintang-bintang. Astronomi berkaitan erat dengan ilmu pasti. Astronomer Andalusia terkenal selain yang tersebut di muka, antara lain Abu al-qasim Abbas ibn Farnas. Tokoh legendaris ini juga menekuni ilmu pengetahuan alam dan kimia. Percobaan percobaannya yang spektakurer pada masa itu, terah menyebabkan ia dituduh sebagai orang tidak waras. IImu kimia, baik kimia murni maupun kimia terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya dengan ilmu kedokteran. Al-siba’i mengemukakan, bahwa farmasi dan ilmu kedokteran telahMendorong para ahli untuk menggali dan mengembangkan ilmu kimia dan ilmu tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan pengobatan. oleh karena itu, demikian siba’i dengan mengutip Homeld, ulama-ulama Arablah yang menciptakan apotek dan farmasi.Dalam bidang kedokteran, muslimin Andalusia tidak ketinggalan olehsaudara-saudaranya di Timur. Dokter dokter Andalusia kenamaan di antaranyaadalah Ahmad ibn Iyas al-Qurthubi dan at-Harrani pada masa Muhammad I ibnAbd al-Rahman II al-Ausath, yahya bin Ishaq pada masa Abdullah ibn Mundziryang kemudian diangkat menjadi menteri oleh al-Nashir, al-Majriti sebagaimana telah disebut di muka pada masa al-Mustanshir, dan Abu Daud sulaiman ibn Hassan pada masa al-Mu’ayyad. selain nama-nama tersebut, Abu al-qasim al- zahrawi yang di Barat dikenar dengan Abulcasis, memberi kesan tersendiri dalam dunia kedokteran. Ia dikenal sebagai dokter bedah, perintis ilmu penyakit telinga dan pelopor ilmu penyakit kulit. Karyanya yang berjudul at-Tashrif li Man ‘Ajaza ‘an al-Ta’lif, pada abad XII M telah diterjermahkan oleh Gerard of cremona dan dicetak ulang di Genua (1497 M), Basle (1541 M) dan di oxford (1778 M). Beberapa abad lamanya buku tersebut menjadi literatur di universitas universitas Eropa.Kegemaran mempelajari Hadits menumbuhkan kecenderungan untukmenekuni sejarah. Aktivitas pengumpulan Hadits melahirkan minat untukmenghimpun kisah Rasulullah saw, yang dalam tahap berikutnya telah melahirkan usaha ke arah penulisan sejarah yang lebih luas. sejarawan Andalusia terkemuka pada masa awal di antaranya Abu Marwan Abd al-Malik ibn Habib (w. 238/852), seorang penyair yang juga ahli dalam ilmu Nahwu dan Arudl. Mula-mula ia tinggal di Elvira dan cordova, kemudian mempelajari Hadits dan Fiqh Maliki di timur. ia menulis dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya sejarah yang salah satu bukunya berjudul al-Tarikh. Buku ini menyerupai model Tarikh al-Thabari. Isi buku ini dimulai dengan pembicaraan mengenai permulaan bumi dan langit diciptakan, sampai kepada penaklukan Andalusia oleh umat Islam. Tampak sekali pengaruh Israiliyat terhadap isi ceritera buku tersebut.Sejarawan lainnya ialah Yahya ibn Hakam, seorang penyair yang dikenaldengan al-Ghazzal dan Muhammad ibn Musa al-Razi (w.273/886); yang disebutterakhir ini mulai menetap di Andalusia pada tahun 250/863. Setelah itu munculAbu Bakar Muhammad ibn Umar yang lebih dikenal dengan Ibn al-quthiyah (w.367/977). Bukunya yang berjudul tarikh lftitah al-Andalus memiliki nilaitersendiri, karena penafsirannya mengenai peristiwa-peristiwa di Spanyol yangsebelumnya tidak diketahui oleh orang Arab. Isi buku ini dimulai daripenaklukan Andalusia sampai masa pemerintahan Abd al-Rahman III al-Nashir. Sezaman dengan Ibn al-Quthiyah ialah Uraib ibn Saad (w. 369/979).Moyangnya adalah keturunan Nasrani cordova yang sudah masuk Islam. Iameringkas Tarikh al-Thabari dan menambahkan kepadanya tentang Maghrib dan Andalusia, di samping memberi catatan indek terhadap buku tersebut.Sejarawan lainnya yang juga tidak bisa dikesampingkan ialah Hayyan ibnKhallaf ibn Hayyan (w.469/1076). Ia adalah sastrawan kenamaan di sampingsebagai seorang sejarawan besar pada masanya. Banyak buku yang ia tulis,tetapi hanya dua judul yang masih bisa dikenal, yaitu al-Muqtabis fi Tarikh Rijal al-Andalus dan al-Matin. Al-Muqtabis yang isinya dimulai dari ceritera tentang penaklukan Andalusia itu, terdiri dari sepuluh jilid. tetapi hanya tiga jilid yang bisa ditemukan. Adapun al-Matin terdiri dari 60 jilid, dan hanya bagian kecil yang dikutip oleh Ibn Bassam dalam al-Dakhirah, yang masih bisa diketahui. Ia juga dikenal sebagai ahli ilmu bumi. Hal ini tampak jelas ketika iamenceriterakan tentang kota al-Zahra yang dibangun oleh al-Nashir.Seorang lagi penulis biografi kelahiran Cordova, bernama Abu al-WalidAbdullah bin Muhammad ibn al-Faradli. Ia dilahirkan pada tahun 351/962 danpernah menjabat sebagai qadli di Valencia sampai wafat pada tahun 403/1013.Salah satu bukunya yang berjudul Tarikh Ulama’i al-Andalus dilengkapi olehIbn Basykuwal Abu al-Qasim Khalif ibn Abd al-Malik, dengan judul Kitab al-Shilah fi Tarikh A’immah al-Andalus dan diterbitkan pada tahun 533/1139. Al Shilah dilengkapi lagi oleh Abu Abdillah Muhammad ibn al-Abrar (1199-1260),dengan judul al-Takmilah li Kitab al-Shitah.Masih banyak lagi sejarawan terkenal, seperti Ibn Abd Rabbih, Ibn Hazmdan lain-lain yang sudah disinggung di muka. Yang menarik dari uraian di atas,ialah bahwa setiap sarjana pada waktu itu dapat mahir bahkan menjadi ahlidalam berbagai cabang ilmu. Seorang filosuf misalnya, secara serentak ia jugasebagai astronomer, penyair atau musikus; seorang sejarawan bisa menjadi ahlifiqh. ahli bahasa, theolog, dokter, ahli filsafat dan sebagainya. Hal ini dikarenakan, “penuntutan ilmu di dalam dunia kuno dari Abad Pertengahan – teristimewa dalam dunia Islam jauh berkurang spesialisasinya dibanding dengan kebiasaan orang zaman sekarang”.Prestasi umat Islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak diperolehsecara kebetulan, meiainkan dengan kerja keras melalui beberapa tahapan sistem pengembangan. Mula-mula dilakukan penerjemahan kitab-kitab klasik yunani, Romawi, India dan Persia, kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan-terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi terhadap teori-teori yang sudah ada, yang acapkali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir-pemikir muslim sendiri. oleh karena itu, umat Islam tidak hanya berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari zaman klasik ke zaman baru, melainkan telah berjasa pula menemukan teori-teori baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka yang besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Tahapan-tahapan seperti ini terbatas dalam pengembangan ilmu aqliyah, tidak dalam ilmu naqliyah.Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidakterlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan danulama. umat Islam di negara-negara Islam waktu itu berkeyakinan bahwamemajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakan salah satukewajiban pemerintahan. Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmupengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasratuntuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, di samping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar sampai ke desa desa. cordova yang oleh philip K. Hitti dijuluki Mutiara Dunia, pada masa al-Mustanshir memiliki tidak kurang dari 800 buah sekolah, 70 perpustakaan pribadi di samping perpustakaanumum. Al-Mustanshir konon berhasil mengumpulkan buku sebanyak 400.000.eksemplar untuk perpustakaannya, baik dengan cara membeli maupun menyalindari naskah aslinya. Untuk keperluan itu ia telah mengirim agen-agennya keIskandariyah, Damaskus maupun Bagdad. Judul-judul buku itu dimuat dalamkatalog yang terdiri dari 44 bagian: setiap bagian memuat 20 halaman tentangkarangan yang merupakan syair. Ketika ia mendengar bahwa di Irak Abu ar-Faraj al-Isbahani sedang menyusun Kitab al-Aghani, iamengirimkan uang 1.000dinar kepada pengarangnya, untuk mendapatkan copy pertama dari bukutersebut. oleh karena itu, kitab al-Aghani ini lebih dulu dibaca orang di Andalusia daripada di Irak di mana pengarangnya berada.Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangatmaju, sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf.Dalam pada itu, Eropa Kristen baru mengenal asas-asas pertama ilmu pengetahuan, itu pun terbatas hanya pada beberapa orang pendeta saja. DariAndalusia ilmu pengetahuan dan peradaban Arab mengalir ke negara-negaraEropa Kristen, melalui keompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah,menuntut ilmu di universitas cordova, Maraga, Granada, sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia. Dengan demikian, besar sekaliperananAndalusiadalammengantarkanEropamemasukiperiodebarumasakebangkitan.SUMBER: https://aannabris.wordpress.com/2013/05/19/peradaban-islam-masa-bani-umayyah-ii-di-andalusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar