Dalam segala hal dan bentuk, apapun yang ada di Bali dikemas sebagai daya tarik wisata. Kebudayaan, adat, kondisi alam tropis, pantai dengan pasir putihnya, bahkan Agama pun dijual demi pariwisata. Semuanya dijual, demi uang, tanpa menghiraukan dampaknya.
Wisatawan sudah terbiasa menyaksikan atraksi tarian-tarian, yang mudah sekali ditemukan di berbagai tempat. Atau juga biasa dengan tawaran berbagai perjalanan menuju berbagai Pura, terutama dengan tujuan Pura Besakih, tempat suci Umat Hindu terbesar di Bali. Dan mungkin, tak terbiasa bagi wisatawan untuk mengunjungi wisata religi umat Muslim Bali bernama Ziarah Wali Pitu (7).
Pada umumnya, Bali selalu tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan yang bercirikan Hindu. Seolah bicara Bali, ya bicara agama Hindu. Tak jamak orang tahu bahwa di Bali juga ada umat muslim yang tersebar di seluruh pulau Bali. Bukti telah berkembangnya Islam sejak lama di Bali, dengan adanya berbagai makam Islam, yang kemudian di keramatkan.
Ziarah Wali Pitu diperkenalkan ke publik pada awal abad ke XXI, diatas tahun 2000. Banyak para peziarah dari Jawa. Tak tanggung-tanggung, di berbagai kota di Jawa, terutama Jawa Timur, Ziarah Wali Pitu ke Bali dijadikan promosi andalan utama oleh berbagai Biro perjalanan wisata. Sehinnga di Jawa, keberadaan Wali Pitu di Bali sudah tidak asing lagi.
Anehnya, keberadaan Wali Pitu sangat asing bagi umat Muslim Bali. Umat Muslim di Bali baru mengetahui ada Wali Pitu setelah banyaknya gelombang peziarah dari Jawa, yang selalu memadati makam-makam keramat yang masuk daftar Wali Pitu tersebut.
Muncul berbagai pertanyaan, kenapa umat Muslim sendiri yang berada di Bali tidak mengetahui Wali Pitu? Kapan sebenarnya istilah Wali Pitu muncul? Apakah hanya 7 makam keramat yang ada di Bali? Berikut ini beberapa analisa sederhana Penulis;
Pertama, Wali Pitu di Bali tidak kemudian bisa disamakan dengan keberadaan Wali Sangha di Jawa. Wali Sangha di Jawa keberadaannya sangat terasa bagi umat Muslim di seluruh Jawa, bahkan umat Islam Nusantara. Genealogi penyebaran Islam di Jawa, pastinya berawal dari para Wali Sangha. Sedangkan di Bali, keberadaan Wali Pitu justru tidak terasa. Ini artinya, Wali Pitu belum tentu menyebarkan Agama Islam layaknya Wali Sangha di tanah Jawa.
Kedua, pengertian Wali Sanga bukan hanya jumlah Wali yang berjumlah Sembilan. Tapi Wali Sangha merupakan Dewan para Ulama kala itu, yang mempunyai otoritas dalam penyebaran Agama Islam. Wali=Kumpulan, Sangha=Orang Suci/Mulia. Wali Sangha semacam lembaga tertinggi umat Islam di tanah Jawa. Sedangkan Wali Pitu bukanlah suatu lembaga atau Dewan kumpulan para Wali/orang suci umat Muslim di Bali. Seandainya dilacak sejarah penyebaran Islam di Bali, tak akan pernah satupun menemukan istilah Wali Pitu.
Ketiga, para Wali Pitu yang dimaksud, tidak memiliki latar sejarah yang jelas, apalagi keterlibatan dalam proses penyebaran Islam di Bali. Makam Wali tersebut dikunjungi bukan karena apa yang telah dilakukan di Bali, justru karena adanya cerita-cerita mistis di makam, yang kemudian dianggap sebagai makam atau tempat keramat. (kecuali Habib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih, mempunyai pengaruh besar terhadap umat Islam di Jembrana, memiliki Pondok Pesantren yang sampai sekarang masih aktif, dan dibeberapa buku, Beliau merupakan murid terakhir Kyai Kholil Bangkalan).
Keempat, Wali Pitu sengaja dimunculkan demi kepentingan Pariwisata. Selama ini, para Agen wisata di Jawa, selalu mengandalkan anak-anak siswa sekolah untuk berlibur ke Bali. Sedangkan masa perjalanan hanya ada pada saat liburan sekolah. Nah, untuk mencari segmen lain selain para siswa, para agen memunculkan paket Ziarah ke makam. Kemudian, entah dari mana, muncullah istilah Ziarah Wali Pitu ke Bali dengan segmentasi para orang-orang yang mayoritas sudah berkeluarga dan kalangan tua. Mengingat juga, masyarakat Jawa, sangat menggemari Ziarah ke para makam Wali di Jawa.
Kelima, sebenarnya masih ada beberapa makan lain selain daftar nama-nama Wali Pitu. Bisa jadi makam-makam yang masuk daftar Wali Pitu, karena kemudahan akses, juga dekat dengan berbagai tempat wisata, sekaligus rute untuk jalan pulang ke Jawa.
Analisis ini, bukan bermaksud untuk meremehkan keberadaan para pendahulu (makam)Muslim di Bali. Ini hanya sebuah kritik terhadap mereka yang mengeksploitasi Bali dengan menggunakan alasan Agama.
Berikut ini nama-nama para Wali Pitu : Habib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih (Jembrana), Pangeran Mas Sepuh (Badung), Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid (Klungkung), Chabib Ali Bin Zainul Abidin Al Idrus (Karangasem), Syeh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi (Karangasem), Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Maghribi (Bedugul-Tabanan), dan The Kwan Lie atau Syeh Abdul Qodir Muhammad (Buleleng).
SUMBER:http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/07/wali-pitu-7di-bali
WALI PITU DI PULAU BALI penyebar Agama Islam ala Ahlisunnah Wal Jamaah
Ditulis oleh seorang habib dari Kota Sidoarjo Jawa Timur bernama CHABIB TOYYIB ZAEN ARIFIN ASSEGAF, pada tahun 1998 telah diterbitkannya sebuah buku SEJARAH WUJUDNYA MAKAM WALI PITU DI BALI. Buku tersebut adalah sebuah himpunan penelitian ilmiah oleh Team Peneliti dari Jamaah Manaqib Al Jamali Jawa - Madura - Bali Indonesia.
Dalam Buku tersebut antara lain Penulis menuturkan bahwa wujudnya Makam Wali Pitu di Pulau Bali tersebut adalah awal dari penelitian yang diadakan oleh satu Team dari Jamaah Manaqib Al Jamali yang perlu ditindak lanjuti penyelidikan dan penelitiannya lebih mendalam untuk mendapatkan bukti-bukti otentik tentang keberadaan makam itu sendiri, terutama menggali dan meneliti sejarah hidup dari masing-masing Wali yag dimakamkan termasuk mencari data nasab, keturunan dan asal usulnya, benda-benda peninggalannya, perjuangannya, pengorbanannya, terutama mencari dan meneliti adanya suatu tonggak prasasti untuk dijadikan bukti otentik terjadinya peristiwa sejarah yang benar dan untuk keperluan tersebut sangat dibutuhkan waktu yang panjang, ketekunan dan kejelian serta terus berusaha tanpa mengalami putus asa.
SUSUNAN MAKAM WALI PITU DI BALI ( Sab'atul Auliya')
1. Pangeran Mas Sepuh / Syeh Ahmad Hamdun Choirussoleh / Raden Amangkuringrat. Makamnya di Desa Munggu. Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Di Kenal dengan Makam Keramat Pantai Seseh.
2. Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Magribi, makamnya diatas bukit Bedugul Kabupaten Tabanan. Dikenal dengan Makam Keramat Bedugul
3. Chabib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid, makamnya di kampung Islam Kusumba Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Dikenal dengan Makam Keramat Kusumba.
4. Syeh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi, makamnya di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Babandem, Kabupaten Karangasem. Dikenal dengan Makam Keramat Kembar
5. Chabib Ali Bin Zainul Abidin Al Idrus, makamnya di Desa Bungaya Kangin Kecamatan Babandem, Kabupaten Klungkung. Dikenal dengan Makam Keramat Kembar.
6. The Kwan Lie bergelar : Syeh Abdul Qodir Muhammad, makamnya di Desa Temukus, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Dikenal dengan Makam Keramat Karang Rupit.
7. Chabib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih, makamnya di jalan Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Dikenal dengan Makam Keramat Loloan.
Dalam Buku tersebut antara lain Penulis menuturkan bahwa wujudnya Makam Wali Pitu di Pulau Bali tersebut adalah awal dari penelitian yang diadakan oleh satu Team dari Jamaah Manaqib Al Jamali yang perlu ditindak lanjuti penyelidikan dan penelitiannya lebih mendalam untuk mendapatkan bukti-bukti otentik tentang keberadaan makam itu sendiri, terutama menggali dan meneliti sejarah hidup dari masing-masing Wali yag dimakamkan termasuk mencari data nasab, keturunan dan asal usulnya, benda-benda peninggalannya, perjuangannya, pengorbanannya, terutama mencari dan meneliti adanya suatu tonggak prasasti untuk dijadikan bukti otentik terjadinya peristiwa sejarah yang benar dan untuk keperluan tersebut sangat dibutuhkan waktu yang panjang, ketekunan dan kejelian serta terus berusaha tanpa mengalami putus asa.
SUSUNAN MAKAM WALI PITU DI BALI ( Sab'atul Auliya')
1. Pangeran Mas Sepuh / Syeh Ahmad Hamdun Choirussoleh / Raden Amangkuringrat. Makamnya di Desa Munggu. Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Di Kenal dengan Makam Keramat Pantai Seseh.
2. Chabib Umar Bin Maulana Yusuf Al Magribi, makamnya diatas bukit Bedugul Kabupaten Tabanan. Dikenal dengan Makam Keramat Bedugul
3. Chabib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid, makamnya di kampung Islam Kusumba Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Dikenal dengan Makam Keramat Kusumba.
4. Syeh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi, makamnya di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Babandem, Kabupaten Karangasem. Dikenal dengan Makam Keramat Kembar
5. Chabib Ali Bin Zainul Abidin Al Idrus, makamnya di Desa Bungaya Kangin Kecamatan Babandem, Kabupaten Klungkung. Dikenal dengan Makam Keramat Kembar.
6. The Kwan Lie bergelar : Syeh Abdul Qodir Muhammad, makamnya di Desa Temukus, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Dikenal dengan Makam Keramat Karang Rupit.
7. Chabib Ali Bin Umar Bin Abu Bakar Bafaqih, makamnya di jalan Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Dikenal dengan Makam Keramat Loloan.
SUMBER: http://langlangbuana-sakrip.blogspot.com/2012/12/wali-pityu-di-pulau-bali-penyebar-islam.html
Wali 7 Bali
Pulau Bali yang identik dengan sebutan Pulau Dewata ini yang menyimpan keindahan alam berupa pegunungan, pantai, dan danau dengan pemandangan yang indah, sebut saja pantai Kuta, pantai Sanur, Nusa Dua atau Tanah Lot yang sangat terkenal. Atau mungkin pasar seni Sukawati yang menawarkan oleh-oleh khas Bali dan tempat-tempat yang indah lainnya. Tapi taukah anda jika Bali juga menyimpan sajian wisata lain? Wisata religi.
Bagi sebagian orang ketika mendengar wisata religi di Bali pasti akan diasosiasikan dengan kunjungan ke Pura-Pura yang ada disana, misalnya ke Pura Besakih, Pura Tanah Lot, atau Pura Luhur Uluwatu, anggapan tersebut tidak salah karena memang Bali adalah pulau di Indonesia yang mayoritas warganya beragama Hindhu dan pengaruh budaya Hindhu sangat kental terasa disana. Tapi wisata religi yang dimaksudkan disini bukan wisata mengunjungi Pura-Pura Hindhu, melainkan ziarah ke makam muslim, makam wali-wali yang berjasa menyebarkan agama Islam di Pulau Dewata, Bali.
Agama Islam mungkin menjadi agama kedua di Bali, tapi tetap tak dapat dipungkiri bahwa agama Islam tetap masuk dan berkembang di pulau yang mayoritas beragama Hindhu ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya kampung-kampung muslim dan ditemukannya makam muslim dan makam wali-wali yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Bali. Jadi tak hanya pulau Jawa yang memiliki wisata religi dengan nuansa sejarah penyebaran agama Islam, yaitu Wali Songo, tapi Bali juga memiliki wisata religi tersebut dengan sebutan Wali 7 Bali.
Berikut ini adalah nama-nama dan sedikit penjelasan tentang Wali 7 Bali :
1. Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih.
Makam Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih ini terletak di Jl. Semangka Loloan Barat Kec. Negara, Kab. Jembrana, Bali.
Gang masuk ke makam |
Makam Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih |
Meninggal pada tanggal 27 Februari 1998 M di Loloan Barat Jembrana dalam usia 100 tahun lebih. Chabib Ali Bafaqih pendiri pondok Syamsul Huda semasa hidupnya dalam menjalankan syiar Islam telah menunjukkan menjadi hamba Allah pilihan, banyak yang menyaksikan waktu beliau mengisi di suatu majelis, tetapi ada orang yang melihat beliau mengisi di majelis di tempat lain di hari yang sama.
2. Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid.
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid terletak di Kusumba, Kec. Dawan, Kab. Klungkung.
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid |
Waktu kerajaan Klungkung pada masa pemerintahan Raja Dhalem/Dewa Agung Jambe, pada saat itu kerajaan memerlukan guru bahasa Melayu maka dipilihlah Chabib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid sebagai guru bahasanya. Dengan sabar dan tekun amanah dilaksanakan, walau berbagai macam ujian tetap diterima dan raja pun makin simpatik karena sang guru sangat disiplin juga lemah lembut tutur katanya.
Pada suatu hari waktu pulang mengajar sang guru tidak tahu kalau berpapasan dengan salah satu putra raja dan sang guru tidak turun dari kudanya, hal tersebut membuat putra raja marah. Masalah itu sampai juga di telinga raja. Maka sang guru diperintah melalui jalur tepi pantai. Hari berganti minggu berganti bulan banyak orang melihat ada orang berkuda berjalan di tepi pantai/laut, ia dikira saudagar kaya raya. Suatu hari saat sang guru hendak pulang ke Kusamba, di tengah perjalanan dihadang beberapa orang, karena perlawanan yang tidak seimbang banyaknya, maka sang guru pun tewas.
Keanehan yang terjadi, setelah dimakamkan, malam harinya Chabib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid atau sang guru mengeluarkan bola-bola api terbang mencari para pembunuhnya dan memang benar semua pembunuh tewas tak tersisa.
Patung replika Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid |
3. Habib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus.
Makamnya di Desa Bungaya Kangin Kec. Bebandem, Kab. Klungkung. Dikenal dengan “Makam Keramat Kembar.”
Chabib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus meninggal tanggal 9 Ramadhan 1493 H atau tanggal 19 Juni 1982 M. Di sebelah makam tersebut ada makam kuno menurut cerita adalah makam Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi.
4. Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi.
Makamnya di Desa Bungaya Kangin Kec. Bebandem, Kab. Karangsem. Dikenal dengan “Makam Keramat Kembar.”
Peziarah yg ingin berziarah |
Makam Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi |
Pada tahun 1963 M waktu Gunung Agung meletus yang mana mengeluarkan lahar panas menyemburkan batu-batu besar dan kecil serta abu ke atas menjulang tinggi di angkasa memporak-porandakan Bali hingga sampai ke wilayah Jawa Timur. Namun anehnya kuno milik Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi tetap tak berubah walaupun hanya berasal dari tumpukan batu merah yang tidak diperkuat dengan adanya semen bahkan tidak ada sebutir pasir yang menyentuh makam tersebut.
5. Pangeran Mas Sepuh Raden Amangkuningrat (Syeikh Achmad Chamdiun Choirussaleh)
Makamnya di Desa Munggu Kec. Mengwi, Kab. Badung. Dikenal dengan “Makam Keramat Pantai Seseh.”
Raden Amangkurat atau Raden Mas Sepuh/Pangeran Mas Sepuh dengan gelar Syeikh Achmad Chamdiun Choirussaleh putra Raja Mengwi ke VII Cokorda I, ibunya dari Blambangan wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Pangeran Mas Sepuh masa kecil dalam asuhan ibunya dalam lingkungan Islam. Setelah dewasa ingin berbakti pada ayahnya tapi untuk menjalankan niatnya banyak ujian tapi tetap diterima dengan sabar hati dan tidak mudah dendam selalu memaafkan pada orang-orang yang menghambat perjalanannya.
6. Syeikh Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi.
Makamnya di atas bukit Bedugul Kab. Tabanan. Dikenal dengan “Makam Keramat Bedugul.”
Lokasi makam yang berada di atas bukit yang tinggi dan berada di tengah cagar alam milik Perhutani Kabupaten Tabanan menyebabkan peziarah harus benar-benar kuat dan mampu untuk bisa sampai ke sana. Biasanya peziarah yang ingin mengirim doa akan diarahkan ke sebuah masjid yang juga berada di atas bukit.
Dari halaman masjid, kita bisa melihat Danau Beratan yang sangat indah.
Ada yang ingat Danau Beratan..?? Coba lihat di uang 50 ribuan yang sisi belakang.. :D
Gambar yg ini 'hampir' mirip kayak yg di balik uang 50 ribu kan..?? :p |
Mengenai kisah tentang Syeikh Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi belum ada yang berani menuliskan kisahnya karena masih banyak versi.
7. Syeikh Abdul Qodir Muhammad ( The Kwan Lie )
Makamnya di Banjar Dinas Labuhan Aji, Desa Temukus Kec. Banjar, Kab. Buleleng. Dikenal dengan “Makam Keramat Karang Rupit.”
Dari dataran Tiongkok/Cina mengembara ke Singapura di Bukit Temasek (sekarang menjadi Stadion Nasional Singapura) bertemu dengan Zaenal Abidin dan Habib Husin. Selang beberapa waktu mengembara ke Palembang setelah bermukim beberapa tahun mengembara ke Jawa mengembara ilmu di Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat. Diperkirakan sudah cukup mendalami ilmunya, The Kwan Lie diantar Sunan Gunung Jati ke Pulau Bali untuk menyebarkan agama Islam, walaupun banyak cobaan dari segala penjuru namun dengan ikhlas, sabar, tawakal, ngalah, loman, Allah SWT memberikan yang terbaik dan mendapat gelar Syeikh Abdul Qodir Muhammad.
Masih ada satu lagi makam yang bisa dikunjungi yaitu makam Keramat Pemecutan Dewi Khodijah
Tampak samping luar |
Tampak samping dalam |
Tampak depan |
Sebatang pohon yang tumbuh di tengah-tengah makam, konon merupakan rambut Dewi Khodijah yang tumbuh. Wallahu'alam.
Keramat Pemecutan yang berada di jalan Batukaru Denpasar adalah Makam Dewi Khodijah ini nama setelah berikrar masuk Agama Islam. Nama aslinya Ratu Ayu Anak Agung Rai adiknya Raja Pamecutan Cokorda III yang bergelar Bathara Sakti th 1653 M.
Catatan :
Kisah para wali saya ambil dari sumber yang ditulis oleh Hari Purwanto, seorang pengelana dari Blitar, Jawa Timur.
Foto/dokumentasi adalah milik pribadi. Diambil saat Ziarah Wali 7 Bali 23-27 September 2011.
SUMBER:http://fitrotulaini.blogspot.com/2012/02/wali-7-bali.html
Syiar Islam di Bali memiliki cerita tersendiri. Meski banyak referensi tentang penyebaran agama Islam di pulau mayoritas pemeluk Hindu itu, namun sedikit sekali yang pernah mendengar kisah Wali Pitu.
Ya, jika di Pulau Jawa terkenal dengan Wali Songo, maka di Bali ada pula mereka yang disebut sebagai Wali Allah. Jumlah mereka tujuh orang, sehingga disebut Wali Pitu. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Denpasar, Mustofa Al Amin menuturkan, nama Wali Pitu merupakan hasil penelitian dari Habib Toyib Zein Assegaf.
"Beliau mendapat isyarat secara kesufian, tentang adanya ketujuh orang penyiar Islam di Bali ini. Berdasarkan isyarat kesufian itu, beliau melakukan penelitian lapangan, dan fakta membuktikan isyarat itu benar adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu," terang Mustofa kepada VIVAnews.com.
Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali.
"Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali," ulasnya.
"Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak boleh menyimpang dari syariah."
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka, imbuhnya, itu merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. "Bagi kami Wali Pitu itu tidak ada masalah," tegasnya.
Ia melanjutkan, MUI Denpasar mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.
Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya untuk segera dilakukan. "Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh tersebut," ajaknya.
"Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan."
Berikut mereka yang disebut Wali Pitu:
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syeh Maulana yusuf Al Magribi
6. Habib Ali Bin Umar Bafaqih
7. Syeh Abdul Qodir Muhammad
"Beliau mendapat isyarat secara kesufian, tentang adanya ketujuh orang penyiar Islam di Bali ini. Berdasarkan isyarat kesufian itu, beliau melakukan penelitian lapangan, dan fakta membuktikan isyarat itu benar adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu," terang Mustofa kepada VIVAnews.com.
Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali.
"Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali," ulasnya.
"Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak boleh menyimpang dari syariah."
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka, imbuhnya, itu merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. "Bagi kami Wali Pitu itu tidak ada masalah," tegasnya.
Ia melanjutkan, MUI Denpasar mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.
Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya untuk segera dilakukan. "Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh tersebut," ajaknya.
"Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan."
Berikut mereka yang disebut Wali Pitu:
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syeh Maulana yusuf Al Magribi
6. Habib Ali Bin Umar Bafaqih
7. Syeh Abdul Qodir Muhammad
Sumber: nasional.news.viva.co.id
SUMBER: http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-66199-Islamiah-Wali%207%20di%20Bali.html
Kisah Wali Pitu dari Bali
VIVAnews - Syiar Islam di Bali memiliki cerita tersendiri. Meski banyak referensi tentang penyebaran agama Islam di pulau mayoritas pemeluk Hindu itu, namun sedikit sekali yang pernah mendengar kisah Wali Pitu.Ya, jika di Pulau Jawa terkenal dengan Wali Songo, maka di Bali ada pula mereka yang disebut sebagai Wali Allah. Jumlah mereka tujuh orang, sehingga disebut Wali Pitu. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Denpasar, Mustofa Al Amin menuturkan, nama Wali Pitu merupakan hasil penelitian dari Habib Toyib Zein Assegaf. "Beliau mendapat isyarat secara kesufian, tentang adanya ketujuh orang penyiar Islam di Bali ini. Berdasarkan isyarat kesufian itu, beliau melakukan penelitian lapangan, dan fakta membuktikan isyarat itu benar adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu," terang Mustofa kepada VIVAnews.com.Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali."Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali," ulasnya."Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak boleh menyimpang dari syariah."MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka, imbuhnya, itu merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. "Bagi kami Wali Pitu itu tidak ada masalah," tegasnya.Ia melanjutkan, MUI Denpasar mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya untuk segera dilakukan. "Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh tersebut," ajaknya."Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan."Berikut mereka yang disebut Wali Pitu:
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syeh Maulana yusuf Al Magribi
6. Habib Ali Bin Umar Bafaqih
7. Syeh Abdul Qodir Muhammad
Laporan: Bobby Andalan | Bali
SUMBER:http://nasional.news.viva.co.id/news/read/239218-kisah-wali-pitu-dari-bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar