Selasa, 26 Mei 2015

Rihlah Asy Syita'i wa Ash Shaif (رحلة الشتاء الى الصيف)

kisah perjalanan  musim dingin ke musim panas

Kisah Al-Quran: Mengenal Lebih Dalam Kaum Quraisy


Kaum Quraisy
Kaum Quraisy di samping 
KAUM Quraisy merupakan salah satu kaum di tanah Arab yang mendapatkan keistimewaan dari Allah SWT. Dalam kitab suci Al-Quran, nama mereka diabadikan dalam satu surah yang mengambil judul nama kaum itu, yaitu Surah Quraisy pada juz Amma (juz ke-30).
Nama Quraisy hanya sekali dikutip ya hanya pada surat ke-106 ini saja: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasan mereka bepergian pada musim dingin  dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik Rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan laar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” – QS Quraisy (106): 1-4.
Bangsa (sya’b) Arab pada waktu itu terdiri dari qabilah Adnan dan Qahtan. Qabilah Qahtan (keturunan Ya’rab bin Qahtan) terutama berdiam di Yaman, Hadhramaut, dan bagian Arab Selatan lainnya. Mereka dianggap berdarah Arab murni. Suku Aus dan Khazraj di Madinah juga berasal dari keturunan Qahtan, yang berpindah ke utara sebelum datang Islam. Keturunan Qahtan terbagai dalam dua bagian pokok, yaitu induk-suku Kahlan dan Himyar. Masing-masing terbagi-bagi lagi menjadi berbagai suku. Dari Kahlan menurunkan suku Tha’i, Hamdan, Madzhij, Amilah, Judzam, Kindah, dan Azd.
Qabilah keturunan Adnan yang berasal dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim alaihissalam beranak pinak dan melahirkan berbagai suku yang terus membengkak dan memekar sesuai perkembangan jumlahnya.
Kemudian berlanjut dengan lahirnya anak suku dan klan.
Keturunan Adnan terdiri dari suku Rabi’ah dan suku Mudhar, yang saling bermusuhan. Rabiah menurunkan anak suku Asad, Wa’il, Qais bin Ailan, Tamim, Hudzail, dan Kinanah. Baik Bani Bakr maupun Bani Taghlib yang saling bermusuhan berasal dari anak suku Wa’il. Anak suku Tamin tinggal di pedalaman Irak, dan yang lain-lain tinggah di Hijaz, sekitar Makkah.
Abdul Muthalib melaksanakan tugasnya melayani jamaah haji selama bertahun-tahun, dalam kemiskinan dan kelemahan. Ia berdoa agar diberi banyak anak lelaki. Sementara itu, ia terus mencari sumber air Zamzam, yang akhirnya ditemukan dan berhasil digali hingga mengeluarkan air yang cukup bagi keperluan orang Makkah dan pendatang.
Di antara keturunan Adan yang tercatat dengan rapi adalah sebagai berikut: Adan – Ma’ad – Nazar – Ilyas – Mudrikah – Khuzamah – Kinanah – Nazar – Malik – Fihr (Quraisy) – Ghalib – Lu’ai – Ka’ab – Murrah – Qushai – Abdul Manaf.
Qushai, ayah Abdul Manaf, adalah syaikh (pemimpin) Makkah dan kepala wilayah sekitarnya. Kekuasaan Qushai meliputi (1) pemegang kunci Kakbah dan pengurusan tempat suci, (2) hak penyediaan air dan pangan para jamaah haji, (3) hak memerintah pasukan dalam peperangan, (4) hak menyerahkan panji kepada staf pemegang panji, (5) hak memimpin dewan Dar al-Nadwa.
Sepeninggal Qushai, jabatan-jabatan itu diwariskan kepada Abdul Manaf. Abdu Manaf berputra Hasyim (442-510 M), Abdu Syam, Muthalib, dan Naufal. Ketika Abdu Manaf meninggal, jabatan kepemimpin Makkah diwariskan kepada Hasyim, Muthalib, Naufal, dan Abdu Syam.
Hasyim mendapat hak menyediakan minuman dan makanan bagi peziarah Makkah. Ia kaya dan mampu melaksanakan tugas itu dengan murah hati, sehingga terkenal di seluruh Arab. Ia juga mengurus kafilah-kafilah dagang ke Yaman pada musim dingin di Makkah, Ethiopia, Gaza, dan Syam pada waktu Makkah dalam musim panas.
Hasyim mempunyai seorang putra bernama Syaibah Al-Hamd yang tinggal dengan ibunya di Madinah. Sepeninggalan Hasyim, Muthalib menjemput  anak itu, sesuai wasiat Hasyim. Ketika sampai di Makkah, orang-orang mengira Muthalib membeli seorang budak, lalu mereka menamakannya Abdul Muthalib (budaknya Muthalib).
Sesuai wasiat Hasyim, semua kekuasaannya diserahkan oleh Muthalib kepada Abdul Muthalib, sementara Muthalib terus melaksanakan pekerjaan itu. Tidak lama, Muthalib meninggal. Abdu Syam dan Naufal, yang bersikap memusuhui Abdul Muthalib, menyerobot hak-hak anak yang masih lemah itu.
Namun para anggota famili pihak ibu Abdul Muthalib dari Madinah datang menyelamatkannya.
Abdul Muthalib memiliki banyak anak, di antaranya Harits, Zubair, Hamzah, Abbas, Abdullah (lahir pada 545 M), Abu Lahab, dan Abu Thalib.
Sepeninggal Abdul Muthalib, putra-putra ternyata tidak mampu mengemban tugasnya, sehingga urusan pelayanan makanan bagi jamaah haji dialihkan ke tangan Bani Umayah.
Sementara itu, Abbas, atas nama Bani Hasyim, hanya mengurusi air, termasuk sumur Zamzam yang dipertahankan hingga datangnya Islam.
Abdullah bin Abdul Muthalib berputra Nabi Muhammad SAW. Abu Thalib berputra Aqil, Ali, dan Ja’far. Keturunan Abdu Manaf melalui putra Hasyim disebut Bani Hasyim.
Bani Hasyim terdiri dari klan-klan Bani Abbas yang mendirikan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad; Keturunan Ali dan Fathimah binti Muhammad menjadi para penguasa di Afrika Utara, termasuk Maroko sekarang, dan sebagian lagi memimpin pemerintahan-pemerintahan kecil di Dailam dan Thabaristan di Iran, di Yaman, di Makkah (hingga 1924 M), dan lain-lain.
Kaum Fathimiyah terdiri dari klan Husaini, dan klan Zainabi. Mereka adalah anak Fathimah dengan Ali yang bernama Hasan, Husin, dan Zainab.
Republik Dagang
Kaum Quraisy tinggal di Makkah dan sekitarnya. Makkah adalah sebuah Republik Pedagang. Sebutan dalam Al-Quran tentang “kebiasaan orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas”, merujuk perjalanan dagang musim panas ke Suriah dan musim dingin ke Yaman, dengan jaminan keamanan dari para penguasa negeri-negeri bersangkutan. Mereka sangat dihormati karena dianggap sebagai tetangga Allah (jarrullah) yang tinggal di dekat Rumah Allah (Kakbah).
Kafilah-kafilah dagang Makkah (Quraisy) cukup besar. Terdiri dari sekitar  2.500 unta dan sekitar 300 anggota kafilah. Dari Yaman, kafilah Quraisy membawa kulit, cendana, ukiran, emas dan perak, dan rempah-rempah; juga wangi-wangian asal Hadhramaut dan Yaman, tenunan Aden, serbuk emas, gading, dan budak dari Afrika, serta sutra asal Cina.
Di Mesir, pedagang Quraisy membeli barang-barang mewah  produksi industri dari kawasan Mediterania, terutama linen, sutra, kain-kain tenun bercelup. Dari Suriah, dibeli senjata, sereal, minyak yang disukai orang Badui, dan lainnya. Keuntungan yang diperoleh para pedagang Quraisy itu sekitar seratus persan dalam setiap perjalanannya.
Karena kemakmuran dan keistimewaan kaum Quraisy yang mereka terima, Allah menuntut bangsa Quraisy untuk “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik Rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”
Sebab bangsa Quraisy menerjemahkan salah tentang Tuhan mereka. Mereka menyembah Kakbah dan patung-patung yang berada di sekitar Kakbah. Ketika Nabi Muhammad SAW diutus untuk mencapaikan risalah yang benar, yaitu menyembah Pemilik Kakbah (Baitullah), mereka menolaknya. Penolakan ini berakhir dengan ditaklukkannya Mekkah oleh Rasulullah, sehingga semua penduduk Mekkah beragama Islam, dan menyembah hanya kepada Allah SWT (“Pemilik Rumah ini”).
Surah ini sering dianjurkan untuk dibaca ketika kaum Muslimin dalam perjalanan. Sebab kesulitan terbesar dalam perjalanan adalah kurangnya makanan (dan minuman) serta gangguan keamanan, sehingga membuat mereka ketakutan.
Hal ini juga bisa dijadikan dalil bahwa sumber ketakutan itu terjadi ketika berkurangnya pasokan makanan dan minuman, serta tidak adanya keamanan lahir dan batin dalam diri seseorang. (Saiful Bahri) wartamerdeka.com/?p=711

Surat Al-Quraisy dan Kandungannya

1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[1602].
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.


Penjelasan Ayat.

Ayat 1 menjelaskan akan kebiasaan suku Quraisy. Zaman dahulu mata pencaharian pada umumnya berdagang. Kota makkah sendiri berada diantara dua Negara yang menjadi pusat perdagangan, yaitu Syam (disebelah utara) dan Yaman (sebelah selatan). Negeri Syam (sekarang syuriah) merupakan pintu perniagaan yang menuju kearah laut tengah dan negeri-negeri sebelah barat Yaman membuka jalan dagang kenegeri-negeri sebelah timur sampai ke Hindia dan tiongkok. Penyebaran Islam di Indonesia melalui perdagangan dari Arab dan Mesir.

Ayat 2 menjelaskan perjalan dagang yang dilakuakan suku Quraisy. Pada musim dingin, suku quraisy biasa melakuan perjalanan kenegeri Yaman. Pada musim panas, mereka pergi ke Syam (Suriah), jalur perdagangan musim dingin, yakni Mekkah – Taif – Asir – Sari’adalah (Yaman). Jalur musim panas terdiri dari 2 jalur yakni Mekkah – Madinah – Damaskus; Mekah – humain – Badar – ma’an (Syirqil Urdun).nabi Muhammad pada umur 12 tahun sudah ikut berdagang ke Syam. Hal itu menunjukan bagaimana kuatnya jiwa berdagang suku Quraisy. Suku Quraisy memperoleh rejeki dari Allah AWT. Guna mencukupi kebutuhan hidup.

Ayat 3 mengingatkan suku Quraisy, umat Islam pada umumnya agar selalu bersyukur atas rejeki yang diberikannya. Mereka diperintahkan untuk beribadah kepada tuhan (pemilik) Ka’bah.

Ayat 4 menjelaskan wujud kasih saying-Nya kepada paa hambanya. Manusia diperintahkan menyembah (taat) kepada-Nya. 2 alasan pertama : Allah AWT telah menjadikan Ka'ba sebagai kiblat peribadatan umat Islam dan setiap tahun dikunjungi orang beribadah haji. Kedua : mereka telah diberikan rasa aman dari kecemasan, baik kecemasan dari hidup melarat maupun dari gangguan sesame manusia.

Penutup

Surat Al-Quraisy menerangkan penghidupan orang Quraisy serta kewajiban yang seharusnya mereka penuhi.

Pokok-pokok Kandungan Surat Al-Quraisy.
Peringatan kepada orang Quraisy tentang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka karena itu mereka diperintahkan untuk menyembah Allah.

Surat Al-Quraisy dan Kandungannya
Kemakmuran dan ketentraman seharusnya menjadikan orang berbakti kepada Allah. Kebiasaan orang Quraisy yaitu:

1) Kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Penjelasan :  Orang Quraisy bias mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Yaman pada musim dingin. Dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari pengusaha-pengusaha dari negeri yang dilaluinya. Ini adalah suatu nikmat yang amat besar dari Tuhan kepada mereka, oleh karena itu sewajarnya mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.

2) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (ka'bah)

3) Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Penjelasan:  Dalam surat Al Quraisy, Allah menyatakan bahwa dia membearkan manusia dari kelaparan.
Dalam surat Al Quraisy Allah memerintahkan menyembahnya (Allah).
artikelkuislami.blogspot.com › Al Qur'an

TAFSIR AL AZHAR oleh BUYA HAMKA QS.QURAISY AYAT 1-4 

Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa di antara Surat Al-Fiil (Surat 105) dengan Surat Quraisy 106 ini pada hakikatnya adalah satu. Mereka mengatakan bahwa kaum yang bergajah itu dibinasakan oleh Tuhan sampai hancur berantakan ialah karena Tuhan hendak melindungi kaum Quraisy, sebagai jiran Allah memelihara Ka’bah-Nya. Atau mereka pertalikan ujung Surat 105 “Mereka dijadikan seperti daun kayu yang dimakan ulat,” dengan ayat 1 dari Surat 106 “Lantaran untuk melindungi kaum Quraisy.”
Tetapi menurut yang sewajarnya saja, tidaklah mungkin hanya untuk memelihara kaum Quraisy sampai Kaum Bergajah dihancurkan laksana daun kayu dimakan ulat. Mari kita tafsirkan saja sebagai biasa:
“Lantaran untuk melindungi kaum Quraisy.” (ayat 1). Yaitu: “Untuk melindungi mereka di dalam perjalanan musim dingin dan musim panas.” (ayat 2).
Kaum Quraisy pada umumnya adalah kaum saudagar perantara, yang negerinya (Makkah) terletak di tengah, di antara Utara yaitu Syam dan Selatan, yaitu Yaman. Sejak lama sebelum Islam mereka telah menghubungkan kedua negeri itu. Syam di Utara adalah pintu perniagaan yang akan melanjut sampai ke Laut Tengah dan ke negeri-negeri sebelah Barat. Yaman yang ibu kotanya sejak dahulu biasanya di Shan’aa di Selatan membuka pula jalan ke Timur sampai ke India, bahkan lebih jauh lagi sampai ke Tiongkok.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang Quraisy itu melakukan dua angkatan perjalanan atau kafilah (caravan). Di musim panas mereka pergi ke Syam dan musim dingin mereka pergi ke Yaman, keduanya untuk berniaga.
Sejak zaman purbakala telah terentang jalan kafilah di antara: Makkah, Madinah dan Damaskus.
Atau: Makkah, Hunain, Badar, Ma’an (Syirqil Urdun).
Itu adalah jalan kafilah Utara.
Jalan kafilah ke Selatan: Makkah, Thaif, ‘Ashr, Yaman (Shan’aa).
Perjalanan itu dipelihara dan diperlindungi Tuhan. Dan lagi negeri Makkah itu berdiri Bait Allah (Rumah Allah) yang bernama Ka’bah, sehingga setiap musim haji orang dari luar pun berduyun ke sana menurut sunnah Nabi Ibrahim.
“Maka hendaklah mereka menyembah kepada Tuhan Rumah ini.” (ayat 3). Sebab banyaklah anugerah dan kurnia Tuhan kepada mereka lantaran adanya rumah itu.
Yaitu Tuhan: “Yang telah memberi makan mereka dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (ayat 4).
Karena ditambah lagi dengan berkat adanya Rumah Allah di tengah kota Makkah itu tidaklah putus-putusnya tiap tahun orang datang ke sana, di samping mereka sendiri mengadakan kafilah perniagaan ke Utara dan ke Selatan. Tidaklah pernah negeri mereka jadi daerah tertutup, sehingga selalulah makanan mereka terjamin, dan tidak ditimpa kelaparan. Disertai aman pula, sebab daerah Tanah Makkah itu dijadikan Daerah Terlarang sejak zaman Nabi Ibrahim, tidak boleh orang berperang di sana, tidak boleh binarang buruannya diburu, tidak boleh tumbuh-tumbuhannya dirusakkan. Aturan ini dihormati oleh seluruh kabilah Arab turun-temurun.
Sebab itu maka tidaklah layak orang Quraisy yang telah mendapat rahmat yang begitu baiknya dari Tuhan, kalau mereka tidak mensyukuri Tuhan. Tidaklah layak kalau mereka menolak risalat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dan di dalam Surat ini pun telah diperingatkan, bukanlah RUMAH itu, bukanlah Ka’bah itu yang mesti disembah, melainkan Tuhan yang empunya rumah itulah yang akan disembah. Syukurilah Tuhan yang telah memperlindungi, membuat peraturan sehingga Tanah Makkah dapat aman dan sentosa, tidak disentuh dan diusik orang.
Maka menjadi lemahlah tafsir yang mengatakan bahwa kaum bergajah dibinasakan karena Allah hendak memelihara orang Quraisy, melainkan orang Quraisy itu sendirilah di dalam Surat ini yang diberi peringatan agar mereka jangan menyembah juga kepada berhala, bahkan jangan menyembah kepada Ka’bah itu sendiri, tetapi sembahlah Tuhan Yang Empunya Ka’bah itu. Maka tidaklah patut mereka menjadi orang musyrikin, menyembah berhala, menggantungkan berhala pada rumah itu sampai 360 buah banyaknya. Melainkan seyogianya merekalah yang akan menjadi pelopor menyambut seruan dan risalat yang dibawa oleh Muhammad, putera mereka sendiri, untuk diikuti oleh seluruh bangsa Arab yang semenjak zaman dulu menghormati kedudukan mereka sebagai Jiran (tetangga) Rumah Allah itu.
Di dalam Surat Al-Qashash (28) ayat 57 diperingatkan Tuhan kepada mereka bagaimana Tuhan menjadikan tanah Makkah itu jadi tempat tinggal tetap mereka, tanah suci tanah terlarang, dan segala macam makanan datang dibawa orang ke sana.
Di dalam Surat Al-‘Ankabut (29) ayat 67 diperingatkan pula, tidaklah mereka perhatikan bahwa tanah itu telah Kami jadikan Tanah Haram, tanah terlarang yang aman sentosa, padahal manusia di luar Tanah Haram itu culik-menculik, rampas-merampas, bunuh-membunuh.
Dari ayat 3 yang memberikan kesadaran bagi orang Quraisy agar mereka menyembah kepada Tuhan Yang Empunya Rumah ini dapatlah dimengerti bahwa Ummat Islam sekali-kali tidaklah menyembah kepada Rumah itu sendiri sebagai penyembah berhala, sebagaimana fitnah dan kata-kata palsu yang dikarang-karangkan oleh zending-zending Kristen untuk menuduh orang Islam menyembah berhala bernama Ka’bah. Malahan sejak zaman purbakala, seketika permulaan Perang Salib, kaum Kristen telah membuat fitnah mengatakan bahwa orang Islam menyembah berhala yang disimpan di dalam Ka’bah itu dua buah. Satu bernama Tarfagan dan satu lagi bernama Mahound. Maksud mereka ialah menimbulkan pengertian bahwa Mahound itu ialah Muhammad. Padahal dalam bahasa Jerman kalimat Hound pada Mahound itu ialah anjing.
Beginilah cara mereka melakukan propaganda!
Di Salt Lake City, Ibu Negeri Utah negeri kaum Kristen Mormon saya ziarah ke pekarangan gereja mereka, yang diberi nama Tabernacle. Di halaman itu ada patung burung. Burung itu adalah catatan kisah tatkala mereka mulai diusir dari sebelah Timur Amerika (New York) membuat negeri di sana. Mula-mula mereka menanam gandum untuk dimakan, dan hampir saja masa menuai, datanglah semacam belalang hendak memakan habis gandum yang hendak mereka ketam. Sehingga kalau jadi belalang itu hinggap, mereka akan mati kelaparan dan hasil usaha berbulan-bulan akan habis punah. Tiba-tiba sedang mereka menengadah ke udara melihat belalang atau kumbang-kumbang yang kejam itu, mereka lihat beratus ekor burung putih datang dari laut. Dalam sekejap mata burung-burung putih tersebut menyerang belalang atau kumbang itu dan memakannya habis sehingga kebun gandum penduduk Mormon itu terlepas dari bahaya berkat burung tersebut.
Sebab itu maka di muka gereja itu mereka dirikanlah patung burung tersebut, untuk menambah keyakinan mereka dalam agama mereka.
Bagi kita Ummat Islam dengan tuntunan ayat 3 Surat Quraisy ini, bukanlah burung Ababil yang melepaskan Ka’bah dari penghancuran yang disembah, dan bukan pula Ka’bah itu sendiri, melainkan Tuhan Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Empunya Rumah tersebut. Rumah pertama yang didirikan oleh Nabi Ibrahim Khalil Allah, untuk berkumpul manusia yang menegakkan kepercayaan atas Allah Yang Maha Esa, Maha Tunggal .tafsir.cahcepu.com/quraisy/quraisy-1-4/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar